Semua Bab Istri Nakal Mas Petani: Bab 181 - Bab 190

281 Bab

181. Mengesahkan Sekali Lagi

Sebuah kehampaan yang tidak ada hubungannya dengan perampokan yang barusan dilakukan oleh istri, sedang diresapi dalam-dalam oleh Wira. Sedikit kehilangan, terampas, sedikit keterpaksaan, tidak bisa marah, jengkel, namun disertai dengan rindu dan sayang yang teramat sangat. Entah perasaan apa itu. Wira menggeleng lemah menatap pantulannya dalam balutan pakaian pilihan ayah mertua. Kemeja krem lengan panjang yang kekecilan, juga selembar kain sarung bermotif kotak-kotak perpaduan krem dan biru.Setelah huru-hara kedatangannya ke rumah mertua, Wira baru terlepas dari teror setelah menyerahkan sebuah buku cek yang ditandatangani dan semua isi kopernya sebagai maskawin. Sully lalu menyerahkan sebuah handuk merah dan memintanya membersihkan diri sebelum berganti pakaian. Kini ia berdiri di depan cermin kamar Sully. Menatapi penampilan aneh yang diinginkan sang ayah mertua darinya.“Bagian lengannya kependekan. Kalau ada jam tangan pasti bagus. Pantas ayahnya nyebut dia setan kecil.” Gumama
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya

182. Bukan Malam Pertama

Nada suara malas-malasan dari seorang pria yang hari itu gagal melamar istrinya, membuat Wira menegakkan tubuh dan merapikan kain sarung yang terlipat rapi di bagian depan. Jelas kalau pria yang didaulat sebagai saksi pernikahan mereka malam itu benar-benar menyukai istrinya. Pria bernama Erizal itu tak melihat Wira sama sekali. Hanya melirik Sully sekilas kemudian menatap ayahnya. Dia adalah pendatang di daerah itu. Sully adalah istrinya dan perkara harus menikah kembali malam itu juga bukan kehendaknya. Kenapa pria bernama Erizal itu terlihat antipati terhadap dia? Ia merasa tidak mencuri Sully dari laki-laki mana pun. Wira berdeham pelan. Ia harus tenang. Tak mau menampakkan kekesalannya, Wira memandang Pak Ramli. “Sudah bisa dimulai, Pak?” “Oh, bisa…bisa. Kalau kamu enggak mau jadi saksi Ayah minta suaminya Utami datang. Pak Muhajir sebentar lagi pasti sampai.” Pak Ramli sedikit tergagap karena pertanyaan Wira. Meski malas, ternyata Erizal tak bisa mengabaikan tatapan tajam ayah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-19
Baca selengkapnya

183. Rindu Mendendam

Bukan bermaksud mengabaikan kekesalan dan kekecewaan Wira pada dirinya. Sully hanya tak mau menampakkan itu di depan keluarganya. Semuanya harus tahu kalau ia dan Wira baik-baik saja. Mereka harmonis, cocok dan meyakinkan kalau ia sudah menemukan pria yang tepat.Betul kata ayahnya dulu yang sering mengatakan, “Sulis enggak akan peduli masa depannya dengan laki-laki yang mana pun. Yang Sulis tahu cuma cinta, cinta dan cinta. Jatuh cinta aja udah cukup. Sulis enggak peduli dia dan anaknya makan apa. Makanya Ayah harus mencarikan jodoh yang tepat buat Sulis. Karena Ayah tahu anak Ayah pasti naif.”Perkataan itu benar. Ia memang tidak peduli dengan apa yang dimiliki Wira saat dirinya menyadari sudah jatuh cinta dengan laki-laki itu. Yang ia tahu saat itu Wira ganteng, jantan, tubuhnya bagus dan laki-laki itu memesona dengan tingkahnya yang kikuk saat mereka berdekatan.Saat perasaan bernama cinta yang selalu diagung-agungkannya itu datang mengikatnya dengan Wira, Sully tahu kalau pria it
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-22
Baca selengkapnya

184. Ego Seorang Pria

Pandangan Wira menelusuri wajah Sully, lalu ia tersenyum ketika wanita itu melingkarkan tangan di belakang kepalanya. Walau Sully mulai membuka diri, sorot mata wanita itu masih takut-takut. Wira kembali menekankan bibirnya ke bibir Sully. Wanita itu menyambutnya lagi dengan mulut setengah terbuka.Mata Wira tampak berkilau tertimpa cahaya. Menyiratkan kilas kemenangan, rasa geli karena melihat kekakuan Sully, sekaligus gairah yang membuncah terhadap wanita itu. Tangannya mengusap kulit paha Sully dengan perlahan. Menempatkan telapak tangan hangatnya menyusuri kulit pucat yang dirasanya sangat lembut. Baju terusan Sully sudah bertumpuk di bagian perut. Tangan Wira dengan cekatan membawanya ke sana.Sulit untuk tetap membuka mata ketika Sully merasakan bagian tubuh Wira menekankan tubuhnya lebih intim. Sully merasakan tanggapan otot tubuh, juga detak jantung Wira yang semakin cepat. Sully merasa darahnya berdesir dijalari kehangatan. Wira menghentikan pagutannya. Membiarkan bibir merek
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-22
Baca selengkapnya

185. Folder Modul Sulis

Segala ketegangan dan kecemasan yang dirasakan Sully beberapa waktu terakhir menguap begitu saja. Kehadiran Wira menghadirkan rasa aman dan kehangatan di hatinya. Pria yang sedang mengembuskan napas ke telinganya, sedang menyatukan tubuh mereka. Wira menghunjamnya dengan keras dan tempo yang cepat. Pria itu tak henti menciuminya. Menggigit telinganya, mengecup, juga menyesapnya. Sully semakin terhanyut. Matanya terpejam karena ingin menyambut hantaman gelombang kenikmatan yang semakin mendekatinya. Penampilan Wira yang lebih liar dari biasa, membuat ia tak bisa banyak bicara. Raut dingin pria itu malah membuat semuanya semakin panas. Sully mengalungkan dua tangannya di sekeliling leher Wira.Tadinya Sully tak mau mengganggu Wira dengan ekspresinya sendiri saat mencapai kepuasan. Tapi pria yang sedang mengecup lehernya dengan setengah menggigit itu seakan menyadari kegelisahannya. Wira mengangkat wajah dan memandang dengan satu alis yang terangkat. Lesung pipi yang jarang terlihat itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-22
Baca selengkapnya

186. Pesona Pemuda Girilayang (1)

“Ckckck … Mas enggak nyangka ternyata putri bungsu kebanggaan ayahnya itu koleksinya begini. Mas aja enggak pernah nonton yang beginian. Apa Mas harus nyoba buat nonton juga?” Wira memeluk pinggang Sully yang duduk bertumpu di paha kirinya.Telapak tangan Wira menyentuh kulit halus Sully mulai dari bagian perut dan bergeser sampai ke pinggang. Dengan lengan kirinya yang padat dan berotot ia melingkari bagian tubuh Sully itu. Mengeratkan pelukannya dari belakang, sambil menghirup aroma rambut Sully yang masih wangi. Tak cukup hanya menghirup rambut Sully, godaannya pada wanita itu meningkat dengan menciumi bagian pundak. Sementara Sully tetap berusaha meraih tombol power komputer untuk mengakhiri godaan Wira.“Please, Mas …. Aku enggak sering nonton beginian. Cuma beberapa kali aja. Itu video dari teman-teman. Aku enggak pernah d******d.”Sully kesulitan melawan kuatnya lengan Wira yang melingkari perutnya. Ditambah dengan lengan tegap itu menggesek bagian bawah sepasang dadanya. Ia sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

187. Pesona Pemuda Girilayang (2)

Pagi yang dingin kemudian berubah menjadi pagi yang panas. Sully harus menggulung kaus oblong yang dikenakan Wira karena keinginannya membelai dada dan punggung Wira. “Cepat, Mas. Sebentar lagi Ayah bangun. Kalau mau ke halaman belakang pasti lewat depan kamar.” Ucapan Sully terputus-putus. Antara bicara terburu-buru dan sentakan tubuh Wira yang membuatnya harus mengatur napas. “Cep-pat, Mas. Aduh ….” Perkataan Sully tenggelam. Ia memeluk erat leher Wira ketika puncak kenikmatan menggulungnya.Sejurus kemudian Wira meraih sepasang tangan Sully untuk dibawanya ke atas kepala wanita itu. Gerakannya pun semakin cepat. Setelah meringis dan menyentak beberapa kali akhirnya Wira terkulai di atas tubuh Sully. Cengkeramannya di tangan Sully perlahan mengendur. Napasnya juga perlahan semakin teratur. Dan ia sedang memejamkan mata dengan bibirnya berada di leher Sully ketika wanita itu menepuk lengannya. “Mas! Mas! Geser …. Mas berat.”Wira kembali meringis saat melepaskan tubuhnya. “Mas ke kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

188. Pamer Suami

Ruang makan yang tadinya dipenuhi dengan suara denting sendok beradu piring, juga selentingan obrolan santai pengisi waktu makan siang, seketika terhenti. Semua orang memandang Sully yang memegangi tangan Wira sambil mengatur napas.“Bagus baru sampai, Lis. Baru mau makan,” kata Bu Dahlia. “Lis dari mana? Pasti lewat kebun kelapanya Erizal. Suaminya bukan dikasih makan malah diminta manjat pohon kelapa. Makan.” Suara Bu Dahlia terdengar lebih tegas. Tangannya menunjuk Sully, lalu ke meja makan.Sully cemberut menyeret langkahnya ke meja makan. “Tadi Lis jumpa Lina. Bang Erizal katanya mau bikin takik. Ibu tahu, enggak? Takik itu pijakan di pohon kelapa. Di Girilayang namanya itu. Lina mau memamerkan Bang Erizal manjat pohon. Mas Wira pasti lebih jago. Lis yakin,” sungut Sully.Wira diam saja mengikuti langkah Sully kembali ke meja makan. Sejenak ia mengabaikan serabut wajah bertabur titik keringat, meski tetap cantik yang bersungut-sungut di depannya. Wira lapar. Ia menarik kursi dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-02
Baca selengkapnya

189. Rentangan Bahu Mas Wira

“Trauma?” ulang Sully.“Jangan naik motor lagi, Lis.”Trauma? Apa Wira membicarakan soal kegugurannya karena berada di boncengan Subardi? “Jadi, mau naik apa? Mobil Ayah enggak bisa parkir di halaman. Biasa memang selalu dititip di pesantren depan.” Sully memperlihatkan wajah penyesalan. Kepalanya celingukan mencari siapa pun yang bisa ditanyainya soal kendaraan lain.“Mas ada simpan nomor handphone taksi yang ngantar Mas ke sini. Mobil pelabuhan itu,” jelas Wira.Sully mengangguk ketika Wira meletakkan ponsel di telinganya dan tak lama bicara dengan seseorang. Sepuluh menit menunggu tanpa mengatakan apa pun karena sibuk dengan pikiran masing-masing, akhirnya Wira kembali ditelepon.“Supirnya sudah di depan. Ayo ….” Tangan Wira terulur menunggu sambutan Sully.Sully menyambut tangan Wira dengan langsung memeluk lengan pria itu. Sepanjang jalan, mereka sesekali merenggangkan tubuh karena langkah yang harus menghindari genangan air.“Lihat sendiri, kan? Jalanan mulai dari rumah kamu ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

190. Kejutan Buat Sulis

Entah apa yang ingin dibuktikan Sully sore itu. Yang jelas matanya berbinar-binar. Adegan Wira membuka kaus oblong dan mendapat tepukan tangan dari hampir semua wanita di kebun kelapa Erizal, sangat membuat Sully puas hati. Ia terus tersenyum-senyum sampai Sari menariknya mendekat.“Dari awal Lis bertemu dengan Bagus, pasti memang udah suka duluan. Sulis jarang suka sama cowo. Makanya sekali suka, Sulis langsung mau diajak menikah. Ya, kan?” Sari berbisik dengan mata memandang Wira yang sedang melipat kausnya dengan asal dan meletakkannya di bawah pohon.Sully tertawa. “Waktu itu cuma mikir dapat tempat tinggal gratis. Kebetulan aja yang ngajak nikah orangnya ganteng. Lama-lama makin ganteng karena makin cinta. Yang penting, kan, cinta.”“Yang penting cinta,” ulang Sari. Bagaimana mungkin adiknya yang tidak pernah memikirkan cara memberi makan anak-anak, menyekolahkan, juga memenuhi kebutuhan hidup malah diberi suami yang paling mapan di antara suami mereka semua. Tanpa sedikit pun ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
29
DMCA.com Protection Status