Home / Romansa / Istri Nakal Mas Petani / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri Nakal Mas Petani: Chapter 161 - Chapter 170

281 Chapters

161. Nasib Sulis

Setelah Pak Gagah menghilang ke dalam kamarnya, Wira kembali memandang Oky. “Mbak Oky … saya boleh tanya-tanya masalah insiden tas yang melibatkan Sulis?” Oky mengangguk. “Boleh, Mas.” “Saya ambil buku catatan dulu. Saya rasa perlu mencatat kronologisnya biar berurutan. Jadi, saya gampang mengambil langkah berikutnya.” Wira lalu pergi ke ruang tamu sebentar dan kembali dengan sebuah notes. Ia lupa kalau saat itu seisi rumah belum ada yang makan malam. “Udah bisa dimulai, Mas?” Oky melirik Wira yang sejak tadi menulis entah apa di permukaan kertas. “Sebentar ….” Wira memberi garis panjang dari sebaris judul yang baru saja ia tuliskan. “Mmm … siapa pembeli tas dari Sulis?” “Katanya istri Kapolda di suatu daerah.” Mendengar jawaban Oky, Wira langsung mendongak. “Kenapa pakai katanya? Belum pasti istri Kapolda? Kapolda daerah mana?” Oky menggeleng. “Sulis juga kayanya baru sekali ketemu dengan istri Kapolda itu. Selebihnya semua urusan melalui ajudannya. Mereka jarang pakai atribut
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

162. Saingan Baru

“Dinikahkan bagaimana? Sulis sudah sering bertengkar dengan kita karena urusan jodoh-menjodohi ini, Yah. Sulis enggak akan mau. Jangan buru-buru bicara ke keluarga lain. Ayah harus tanya Sulis lebih dulu.” Bu Dahlia merendahkan suara dengan sudut matanya menatap pintu kamar Sully yang tertutup.“Dengan masalah yang dibawanya pulang, anak perempuan yang sudah banyak kau manja itu harusnya bersyukur kalau ayahnya hanya menjodohkan dia. Dari dulu, Dahlia … dari dulu saya sudah sering bicara kalau kamu jangan terlampau mau diajak bernegosiasi dengan Sulis. Walau dia putriku, yang dilakukannya sangat-sangat tak biasa. Tak ada anak perempuan temanku yang mewarnai rambutnya seperti Sulis. Tak ada yang berani sama ayahnya. Tapi Sulis beda.”Bu Dahlia terduduk lemas di kursinya. Tiga orang putrinya yang lain sudah sangat legowo menerima perjodohan dari sang ayah. Meski kesemuanya hidup damai dan tenteram bersama keluarganya, tapi ia sendiri tidak suka jika harus dihadapkan dengan raut wajah ce
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

163. Petuah Pak Gagah

Harusnya esok pagi Wira sudah berangkat menuju ibukota. Tapi panggilan telepon dari proyek membuatnya harus meletakkan koper ke sudut ruang tamu dan pergi tergesa ke lokasi pembangunan. Tiga truk berisikan bahan bangunan tertahan di pintu masuk desa karena dua orang oknum perangkat desa yang katanya mempersulit. “Saya jemput pakai mobil yang ini. Sesuai permintaan Pak Wira. Silakan masuk, Pak.” Seorang pria yang baru tiba sesaat sebelum Wira keluar rumah, turun dari mobil Jeep Wrangler Rubicon membukakan pintu buat Wira. “Truknya masih belum bisa lewat?” “Kalau enggak dikasih pelicin sepertinya memang bakal terus dipersulit,” jawab pria itu. “Enggak ada alasan buat kita untuk ngasih pelicin ke mereka.” Wira berucap dengan mulut nyaris tak terbuka. Tiba di tempat yang dimaksud, ternyata dua truk sudah diperbolehkan jalan. Hanya tersisa truk yang supirnya diminta turun untuk bicara dengan dua orang yang dari pakaiannya terlihat jelas merupakan perangkat desa. “Selamat pagi … kira-
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

164. Kuncinya Kejujuran Kokom

Pak Gagah masih berdiri di halaman samping usai Wira berpamitan pergi beberapa detik yang lalu. Pagi itu Wira terlihat jauh lebih tampan dan gagah di matanya. Ia bahkan sedikit lupa memiliki anak laki-laki segagah itu. Tubuh Wira jauh terlihat jauh lebih tinggi dan berisi dari kali terakhir ia menyadari pertumbuhan putranya.Kemeja, jeans, sepatu boots hiking dan sebuah ransel yang tersangkut di bahu Wira membuat tampilannya sedikit tak biasa. Pak Gagah berharap Wira bakal seganteng itu saat mendatangi rumah Sully nantinya.“Awas aja ….”“Awas kenapa, Pak?” Wajah Oky yang melongok dari bagian atas teras membuat Pak Gagah tersentak.“Itu, Bagus. Kemarin-kemarin waktu Sulis di sini, dandanannya enggak sebegitu. Biasa aja. Kenapa sekarang jadi begitu? Apa ada wanita lainnya? Lagi mepetin siapa? Kamu tahu?” Pak Gagah mendongak memandang Oky.Oky memandang jalanan kosong yang baru ditinggalkan mobil Wira. Dahinya mengernyit beberapa saat, lalu menggeleng. “Memangnya ada yang salah dengan d
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

165. Demi Dirimu

Wira hilir-mudik bertelepon di bawah tatapan Rino, Kokom dan Asmari. Pembicaraan yang berlangsung sedang sangat serius. Terlihat dari raut wajah Wira yang beberapa kali menoleh ke Rino dengan raut kesal, lalu berpindah pada Kokom dan kembali memandang Rino.“Yang dua orang tadi minta langsung ke sini aja,” pinta Wira di telepon. “Iya…iya. Saya juga mau mencocokkan beberapa hal dengan aktor ibukota ini.” Wira lalu mengakhiri pembicaraan di telepon dan duduk di seberang Rino.Lima menit saling bertukar pandang dengan Rino, bel pintu kamar berbunyi. Asmari dengan sigap berdiri dan mengintip melalui lubang pintu sebelum membuka.“Duduk di sebelah saja aja, Pak. Itu aktor ibukota yang perlu dijaga malam ini,” ujar Asmari, sedikit membungkuk dan menunjuk Rino dengan sangat sopan. Dua pria yang baru masuk mengangguk dan mengambil tempat duduk di sekumpulan sofa lain.“Sebelum datang ke sini, saya mengecek beberapa hal. Mmmm … dimulai dari Pak Effendi. Yap, sebenarnya semua bermula dari Pak E
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

166. KTV VIP

“Saya keluar sekarang?” Rino mengulang pertanyaan karena merasa tak yakin dengan yang didengarnya barusan.Istri Kapolda mengangguk. “Iya, tunggu di luar sebentar. Nanti kita ngobrol. Bu Ajudan bisa ikut menemani kamu di luar.” Senyuman penutup dari perintah ke luar itu tak bisa dibantah lagi. Dua orang ajudan perempuan yang tadi duduk di dekat Istri Kapolda kini berdiri dan berjalan pelan menuju pintu. Seolah menanti Rino agar ikut menyusul mereka.Tersisa di ruangan itu hanya Wira dan Istri Kapolda yang sedang turun dari kursi besi tinggi di dekat balkon. Wanita itu membenarkan letak blazernya seraya berjalan menuju sofa berbentuk L di sudut ruangan. Tiba di dekat sofa, Istri Kapolda duduk menuangkan sparkling water ke gelas tinggi dan meneguknya sedikit.“Udah lama ya kenal Rino? Nama kamu siapa? Duduk di sini, dong ….” Istri Kapolda menunjuk bagian kosong di sebelahnya dengan tangannya yang memegang gelas.Wira sejak tadi mengamati ruangan tempatnya berdiri. Sangat gelap. Satu-sat
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

167. Lunas

“Cukup, kan?” Istri Kapolda mencampakkan ponselnya ke sofa setelah menunjukkan hasil transfer dan pesan yang dikirimnya pada Sully.“Belum cukup ….”“Foto itu aja enggak akan cukup buat memeras saya. Kamu enggak usah bertele-tele.”“Saya bawa kamera tersembunyi yang juga merekam percakapan kita mulai dari saya masuk ke sini tadi. Saya yakin Ibu enggak akan mau masalah ini sampai ke telinga Bapak. Apalagi … ada hal penting yang harus saya informasikan ke Ibu. Ini soal Rino yang datang ke desa saya untuk mencari Sully. Tebakan saya, Ibu sendiri enggak tahu kalau Rino datang ke desa saya, kan?”Wira menyodorkan ponselnya pada Istri Kapolda. “Dengarkan baik-baik, Bu. Saya enggak akan mengulanginya lagi dan apa yang Ibu dengar semuanya demi kebaikan Ibu juga.” Wira mengetuk folder galeri yang menunjukkan foto seorang pria tua. “Pria tua ini namanya Pak Effendi. Tengkulak paling kaya dan berpengaruh di desa saya tinggal. Karena satu dua hal, pria tua ini sangat membenci saya. Sampai-sampai
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

168. Istri Nakal Mas Petani (1)

Berpura-pura tidak tahu bukanlah sebuah dosa bagi Sully selama bertahun-tahun bertetangga jauh dengan Erizal. Meski sebenarnya rumah mereka bisa dikatakan cukup jauh, tapi mau tak mau Sully menyadari keberadaan lelaki itu itu. Sejak Sully kelas satu SMP, Erizal yang sudah duduk di bangku SMA rajin hilir mudik di depan rumah. Perjalanan memutar yang cukup jauh pun dilakoni Erizal sebagai perbuatan yang menyenangkan hatinya sendiri. Demi melihat Sully yang cantik dan paling ceria di antara teman-temannya. Namun, Sully tak pernah peduli akan keberadaan laki-laki itu. Ia selalu berpura-pura tidak tahu kalau Erizal menyukainya. Alasannya, Sully tak mau menikah dengan pria sekampung dan berakhir dengan hidup di kampung.Sejak Sully tiba di kampungnyakemarin, ia mendapat telepon dan pesan dari Wira beberapa kali. Tidak terlalu sering. Mungkin Wira sudah paham kalau menghubungi berkali-kali pasti tak ada gunanya kalau tak ditanggapi. Sully masih mendongkol terhadap suaminya itu.Pagi pertama
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

169. Istri Nakal Mas Petani (2)

Dengan perut yang sudah kenyang, Sully kembali berbaring memeluk guling sambil memandangi pesan dari Wira. Ia menangis dengan sebuah guling menutup wajahnya.“Aku kangen Mas itu …,” lirih Sully. “Tapi tujuh ratus juta itu banyak … kasihan Mas itu kalau nikah denganku cuma ketiban apesnya aja.”Situasi rumah yang sangat bergantung dengan suasana hati Pak Anwar benar-benar mencekam. Tiga orang kakak perempuan Sully yang tadi bicara dengan riang, mulai undur diri satu persatu. Mereka mau-mau saja ikut membujuk Sully, tapi kalau harus mendengar nama mereka ikut diseret-seret dan dijadikan contoh, hari mereka pun terasa tak enak juga. Jadi, ketimbang bertikai dengan adik bungsu mereka, ketiga wanita itu memilih untuk tidak hadir saat ayah mereka berceramah.“Bagaimana? Ada si Erizal pagi tadi datang ke sini? Udah jumpa Sulis?” tanya Pak Anwar saat makan malam.“Erizal enggak singgah. Cuma lewat aja. Enggak sempat juga jumpa sama Sulis. Biarlah, Yah. Anak muda pasti tahu sendiri cara kenala
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

170. Istri Nakal Mas Petani (3)

“Ayah mana? Ayah mana?” Sully keluar membabi-buta mencari ayahnya. Lupa kalau hari masih sangat pagi dan tampilannya pasti membuat sang ayah kembali marah.“Ada apa?” Pak Anwar sedang duduk di teras belakang rumah. Di tempat itu biasanya Pak Anwar menghirup teh sambil mengawasi dua ekor kucing yang baru diberinya makan. Teriakan Sully membuat Pak Anwar meletakkan cangkir. “Kenapa enggak mandi dulu?”“Nanti mandinya. Ini sertifikat tanah.” Sully meletakkan map di meja kecil dekat ayahnya. “Sulis enggak jadi pakai uang tujuh ratus juta. Semua masalah Sulis beres. Uang Sulis juga udah balik. Aduh … rasa senangnya sampai bikin sesak napas. Senang … lega … luar biasa.” Sully mengusap-usap layar ponsel yang menampilkan bukti transfer seratus juta. Mengabaikan tatapan jengkel ayahnya.“Masalah apa yang udah beres dalam sekejab? Kamu ada bikin masalah apa lagi? Dari mana dapat uang tujuh ratus juta? Karena enggak mau menerima lamaran Erizal kamu pinjam uang dalam jumlah besar ke orang? Iya?”
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
29
DMCA.com Protection Status