Semua Bab Istri Nakal Mas Petani: Bab 171 - Bab 180

281 Bab

171. Istri Nakal Mas Petani (4)

Usai berurusan dengan Istri Kapolda, Wira kembali ke hotel dan mengisi air bath tub hingga penuh. Ia ingin berendam air hangat dan menggosok sekujur tubuhnya. Aroma ruangan lembab, minuman keras dan parfum Istri Kapolda yang menyengat masih mengisi hidungnya.Tugas malam itu sebenarnya tidak terlalu berat dibanding ketika ia masuk ke klub malam bersama Pak Martin untuk pertama kalinya. Malam itu ia hanya mengajak seorang wanita paruh baya membuat kesepakatan. Harusnya tidak berat. Andai saja wanita itu tidak memaksa melakukan kontak fisik dan berakhir dengan mencium pipinya.“Ck!” Wira berdecak menangkup air dan menyiram wajahnya.Bukan rupa Istri Kapolda yang membuat Wira jengkel ketika diperlakukan seperti itu. Wanita paruh baya itu memoles dirinya cukup apik dan cahaya ruang KTV yang minim menyelamatkan penampilannya. Ia jengkel karena mengingat wanita itu harusnya duduk manis di rumah dan bermain bersama cucu. Kenapa harus mempersulit hidup dengan menjalin hubungan gelap yang meli
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-03
Baca selengkapnya

172. Istri Nakal Mas Petani (5)

Percakapan pagi di telepon bersama Oky, meninggalkan kegalauan tersendiri buat Sully. Kalau dipikir-pikirnya lagi, sebenarnya Sully memang mengira kalau pemecahan masalahnya itu berasal dari Wira. Siapa lagi yang tiba-tiba datang membantu menyelesaikan masalahnya selain suaminya sendiri? Tak mungkin Rino. Sully merasa bahwa ia dan Rino sama melaratnya kalau untuk urusan hidup di kota. Bedanya, Rino sepertinya lebih jago memanajemen keuangan dibanding ia sendiri. Terlihat dari Rino yang tetap bisa bergaya hidup di atas rata-rata tanpa khawatir kehabisan uang. Pikiran Sully merekonstruksi bagaimana Wira pergi dari rumah dan menemui Istri Kapolda. Mereka-reka percakapan yang terjadi di antara keduanya. Hingga kemudian pikirannya yang terbatas itu terhenti di bagaimana cara Wira membuat Istri Kapolda meminta maaf dengannya. Sully belum ada bayangan untuk itu. Perasaan lega terbebas dari hutang itu kemudian berganti menjadi tumpukan rasa bersalah karena meninggalkan Wira. Rasa bersalah i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-05
Baca selengkapnya

173. Istri Nakal Mas Petani (6)

Percakapan tiga bersaudara itu kemudian terhenti karena adegan yang tak pernah mereka duga. Saat itu pikiran mereka diisi oleh macam-macam hal akan pria berjaket kulit. Pria itu berdiri memenuhi bingkai pintu dengan tubuhnya. Membuat sebagian ruangan menjadi gelap karena tubuhnya menghalangi cahaya dari luar. Semua wanita tak sempat berkomentar dan tak ada yang mampu menyembunyikan keterkejutannya ketika seorang pria memproklamirkan diri sebagai suami dari wanita yang akan dilamar hari itu. Utami tak pernah melihat ayahnya marah dan bingung sekaligus. Wajahnya memerah dan tangannya teracung menunjuk seorang pria ganteng perlente yang mengaku sebagai menantunya. Utami juga terkesima. Detik itu ia sudah memiliki ipar laki-laki ketiga. Dwi merapatkan tubuhnya pada Bu Dahlia. Andai tubuh ibunya lebih besar, rasanya ia ingin bersembunyi saja di balik punggung wanita itu. Amarah ayah mereka tak main-main. Kali ini mereka akan sulit membela Sully. Laki-laki berjaket kulit dengan penuh perc
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-06
Baca selengkapnya

174. Seorang Ayah dan Anak Perempuannya

“Sulis disebut setan,” lirih Bu Dahlia.“Ayah selalu ngomong gitu kalau kami ngajak orang lain buat nakal-nakal.” Utami meringis.“Itu cuma sebutan aja. Karena kesal. Bukan berarti Sulis setan betulan.” Dwi mengusap-usap lengan Bu Dahlia.“Ibu juga tahu kalau Sulis bukan setan betulan. Bagian itu enggak perlu dikasih tahu.” Sari ikut berbisik menjawab perkataan kakak-kakaknya.“Sulis pandai juga memilih suami. Ganteng dan gagah suaminya,” sahut Bu Dahlia masih dalam bisikan.“Untuk wajah, Bang Erizal kalah. Tapi apa lebih mapan? Kita, kan, enggak tahu.” Sari melemparkan tatapan menyelidik pada Wira. Mengamati semua yang dipakai Wira, beserta koper yang sekarang berada di mulut pintu."Dari barang-barang yang dipakai suami Sulis, harusnya kita meragukan kalau dia berasal dari desa." Utami ikut memberi pendapat. Keheningan dan bisik-bisik beberapa saat itu terpecah karena suara Sully yang membujuk Pak Anwar.“Mas Wira enggak salah…jangan lempar-lempar gini, Yah …. Nanti Mas Wira luka,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

175. Anak Perempuan Kesayangan Ayahnya

Isakan Sully mulai reda ketika ayahnya sudah tak berada di ruang tamu. Hal itu diikuti oleh kesadarannya akan sekeliling. Ia baru menyadari siapa saja yang berada di sana, situasi di ruang tamu, juga bagaimana penampilannya saat itu. Ia masih memakai celana pendek. Sedikit di atas lutut, tapi bukan celana ketat membentuk tubuh. Celana pendek yang mirip celana pendek pria disertai kaus oblong. Pakaian longgar yang menenggelamkan tubuhnya itu pun kadang masih dikatakan tidak sopan oleh ayahnya. Tapi Sully sudah biasa. Ayahnya pun mungkin sudah biasa. Menegur, tapi sering diabaikan olehnya. Kalau sudah ditegur masalah berpakaian di rumah, Sully biasanya selalu mengelak dengan tameng yang sama. “Ayah, kan, suka kalau Lis pakai begini. Ayah bilang mirip anak laki-laki.” Padahal ucapan ayahnya itu adalah ucapan ketika ia duduk di bangku SD. Tidak cocok lagi dipakai saat ia sudah remaja yang menuju dewasa. Sully sedikit memutar tubuhnya. Tatapannya langsung beradu dengan Wira. Kali ini ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-11
Baca selengkapnya

176. Argumentasi Ahli

“Siapa nama lengkapmu tadi?” Pak Anwar menatap lurus menantu bungsunya.“Bagus Prawira.”“Sekolahmu apa?” Nada suara Pak Anwar datar. Seakan sedang mengomentari sesuatu yang membosankan. Paparan Wira soal kekayaannya tadi tidak memengaruhi pria tua itu.“Saya lulusan Teknologi Pertanian.”“Mmmm … petani. Kerja atau bertani sendiri?”“Sebelum bertemu Sulis, saya kerja di PT. Agro Insani sebagai Kepala Bagian Tanaman. Itu adalah salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Riau. Saya juga pemegang beberapa hak paten varietas unggul kelapa sawit yang dibudidayakan PT. Agro Insani. Sederhananya … saat bekerja sebagai Kepala Bagian Tanaman, saya juga sebagai pemegang saham. Saya memulai usaha dari sedikit peninggalan almarhumah ibu saya dan hasil dari menjual varietas unggul dari benih yang saya patenkan. Setelah bapak saya … Pak Gagah Sahari meminta saya kembali ke desa untuk memperbaiki tatanan ekonomi petani yang sangat memprihatikan, saya memutuskan menjual saham di Agro I
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

177. Tantangan Ayah Mertua

Wira menggeleng lemah. “Saya menyukai Sulis, lalu saya mencintainya. Terlebih sekarang. Saya semakin mencintai istri saya. Saya enggak ada maksud seperti yang Ayah bilang barusan. Saya cuma enggak mau Sulis ikut memikirkan hal berat yang sedang saya jalani. Saya mau Sulis duduk santai di rumah dan melakukan apa yang dia sukai.” “Banyak alasanmu. Padahal sejak pertama kau pasti tahu kalau Sulis bukan wanita yang bisa duduk diam aja, kan?” Wira mengangguk membenarkan ucapan ayah mertuanya. Sejak awal ia memang mengetahui kalau Sully adalah wanita yang tak bisa diam. Ia sendiri bahkan mengagumi kemauan keras Sully membuat segala macam untuk ia dan bapaknya. “Saya memang tidak menyekolahkannya terlalu tinggi. Sulis cuma lulusan SMA. Semasa sekolah pun dia bukan murid yang terlalu cemerlang. Tapi … kalau kau tak mau menceritakan apa pun kepada wanita yang kau nikahi, itu artinya kau anggap dia tak berhak tahu soal apa yang kau lakukan. Dan itu artinya kau tak cukup percaya pada anak pere
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

178. Mempersiapkan Maskawin

“Mas, cepat …,” rengek Sully, mengabaikan Wira yang risi karena tatapan tajam empat wanita di dapur. Ia sibuk mengawasi Pak Anwar seolah-olah pria tua itu bisa melarikan diri sewaktu-waktu. Tangannya mendekap lengan Wira, berusaha menyeret pria itu agar segera mendatangi Pak Anwar. “Ayah enggak ke mana-mana,” lirih Wira, sedikit meringis, sedikit tersenyum pada Bu Dahlia. “Ayah bisa aja pergi sewaktu-waktu. Nanti kalau Ayah pergi … urusannya malah makin kacau.” Sully terus menyeret Wira keluar dari dapur. Wira semakin cemberut. Kalau tidak karena Bu Dahlia yang sedang memelototi mereka saat itu, rasanya ia ingin sekali menyentil dahi Sully. Setelah melewati wawancara berbelit-belit dari ayah mertuanya, tak bisakah istrinya itu memberi waktu bernapas? “Tunggu,” kata Wira, melepaskan tangan Sully yang menggelayuti, disertai sedikit kesengajaan mengabaikan wanita itu. Kekesalannya beberapa saat yang lalu pun belum hilang. Bayangan orang tua Erizal datang melamar Sully masih segar di i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-15
Baca selengkapnya

179. Hitung-hitungan

“Semua yang ada dalam kopermu? Apa isinya?” Pak Anwar melirik koper Wira dengan sorot tak yakin.“Surat-surat penting, pakaian, juga beberapa benda-benda pribadi saya.”“Kau yakin itu bakal membuat Erizal dan keluarganya terkesima?” Pak Anwar sengaja bicara dengan nada menyepelekan. Ia sedikit senang dengan ketidaksukaan Wira pada Erizal. Ucapan Sully yang mengatakan suaminya adalah lelaki pendiam nyatanya tidak terbukti malam itu. Pak Anwar melihat Wira sebagai laki-laki yang lumayan banyak bicaranya.“Kalau pernikahan ini bisa diundur beberapa hari, saya yakin bisa membuat keluarga Erizal terkesima. Tapi pasti Sulis enggak akan mau. Mmmm … sebelum saya menikah…menikah kembali dengan Sulis maksudnya, apa saya bisa ngobrol sebentar dengannya? Saya rasa kami perlu bicara.”Pak Anwar meletakkan akta pernikahan dan mengambil buku nikah bertuliskan SUAMI-ISTRI dan membalik-baliknya dengan wajah malas. “Saya sudah janji paling lama satu jam lagi sudah tiba di rumah Pak Ramli. Kalau mau bic
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-16
Baca selengkapnya

180. Deal

Drama hari itu ternyata belum usai. Mata mengantuk dan tubuh yang lelah ingin segera berbaring ternyata tak bisa dijadikan alasan untuk menunda pernikahan yang kedua kali. Ditambah dengan ketukan di pintu sudah terdengar dua kali. Membuat Wira semakin diburu karena semua anggota keluarga pihak mertua sedang menantikan keputusannya.Wira mencoba mengabaikan wanita bergaun motif bunga-bunga merah yang setengah berjongkok di dekat koper. Sepasang tangan Sully sesekali masih menepuk-nepuk handuk di kepalanya. Sebenarnya itu pemandangan sederhana yang dirindukan Wira.“Ayo, cepat, Mas ….”Wira mengerling Sully yang menatapnya dengan sepasang mata memohon. Sebenarnya sangat menggemaskan. Ditambah aroma wangi segar yang menguar dari rambut basah. Kalau tidak karena sedikit rasa jengkel, ia pasti akan memeluk dan mencium istrinya itu. Wira bangkit dari ranjang dan memegangi kedua bahu Sully untuk memindahkan wanita itu menggantikan posisinya di tepi ranjang.“Mas sudah bilang enggak ada bawa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
29
DMCA.com Protection Status