Rangga menangkup wajahnya. Menghela nafas panjang, lalu membuangnya kasar. Dadanya terasa berat bagai di timpa ratusan kilo barang. Tak ada lagi senyum menghias wajahnya. Pias dan tak bernyawa. Relung hatinya kosong tak bermuara.Rangga menatap ke arah Rania. “Baiklah, aku mengerti. Mulai sekarang, aku akan berhenti mengejarmu. Hingga aku merasa tak membutuhkanmu lagi. Dan ingat, saat kau mengalami kesulitan, pria pertama yang kau ingat kecuali keluargamu, itulah laki-laki yang kau cintai. Suatu saat kau menemukan itu, katakanlah padaku. Dan aku pastikan, akan membantumu bersatu dengannya.” Rangga bangkit dan berjalan menuju arah balkon, tempat favorit saat menghadapi masalah.Namun Rania memegang lengan suaminya dan menghentikan langkahnya. “Bagaimana kalau suatu saat rasa untukmu hadir?” Dengan suara yang bergetar, Rania bertanya tanpa menatap kearah suaminya.“Mungkin saat itu rasaku telah mati.” Rangga melepas lengannya perlahan dan mencoba tak peduli dengan pertanyaan sang istri
Read more