BAB 3OPria bertato itu segera menarik lengan Rania dan membawanya keluar. Walau agak kesulitan karena gadis itu terus berontak dan tak boleh menyakitinya, tapi pria itu berhasil mengeluarkan Rania dari kamar.Rania terus menggedor pintu dari luar. Dia sangat mengkhawatirkan wanita yang ada di dalam sana. Ada kesedihan disana. Terasa perih, kesal, panas dalam dada dan entah rasa apalagi yang bergejolak dalam dadanya. Rania terus menggedor pintu hingga tubuhnya lemas, lalu merosot ke lantai. “Tuan jahat, tuan jahat ....”Tak berapa lama, pintu terbuka dan keluarlah dua pria tadi bersama wanita yang masih tak sadarkan diri. Rania segera masuk dengan penuh kekesalan. Dia memukuli suaminya yang bertelanjang dada. “Tuan jahat ....” Rangga lalu menangkap lengan sang istri lalu menguncinya. “Kau kenapa? Cemburu?” Rangga melengkungkan satu sudut bibirnya.“Tuan benar-benar tidak beradab, dan tuan juga ....”“Sstt ....” Rangga meletakkan telunjuk pada bibir istrinya. “Apa penawaran dirimu masi
“Baiklah! Sebelum kematianmu, aku akan memberimu kesempatan. Cepat jelaskan sekarang!” Rangga menarik pistolnya.Alex terbatuk dan mengusap lehernya yang terasa sakit.“Semalam setelah tiba di bandara, saya sudah memesan taxi online. Saya berpamitan ke toilet sebentar, tapi setelah saya kembali, Nyonya sudah pergi dan membawa tas yang saya titipkan kepadanya. Dompet dan ponsel saya semua ada di sana, hingga saya tidak bisa memberi kabar kepada Tuan. Saya berusaha mencarinya tapi tidak ketemu.”Rangga tersenyum sinis, “kau pikir aku percaya begitu saja.”“Saya tahu, Tuan tidak akan mudah percaya begitu saja.” Alex merogoh saku celana dan memberikan memory card kepada bossnya. “Saya minta hasil rekaman dari CCTV. Awalnya mereka menolak, tapi saya berhasil meyakinkan mereka.”Rangga menatap wajah Alex. Ia mencari kejujuran dari tatapan matanya. Tak ada kebohongan disana. Rangga sangat paham bagaimana karakter Alex. Dia pria yang sangat jujur. Hanya saat berselingkuh dengan Diana saja, dia
BAB 32Rangga tersenyum dan menggelengkan kepala. “Rania-rania. Sampai kapan kau akan menyembunyikan perasaanmu padaku. Kita lihat saja nanti, aku pasti akan membuatmu semakin jatuh cinta padaku.” Rangga tersenyum dan wajahnya terlihat cerah. Dia lalu meminum obat yang sudah di siapkan oleh sang istri.Rangga bahagia, baru kali ini dia mendapat perhatian dari seorang istri. Jangankan memberikan obat atau mengambilkan air minum, seumur Rangga menjadi suami Diana, tak pernah sekalipun mencicipi masakan ataupun minuman yang di buat olehnya. Rangga tidak pernah mendapat pelayanan dan perlakuan manis dari Diana. Sangat berbeda dengan Rania. Walau usianya masih sangat muda, tapi gadis itu mengerjakan semua tugasnya sebagai seorang istri sesuai yang diharapkan Rangga. Membuat pria itu makin mencintai sang istri kedua.****“Rania, hari ini aku mulai bekerja. Kau jaga diri ya. Ingat jangan kemana-mana tanpa seijinku.”“Iya tuan. Hari ini, aku mau ke toko buku. Boleh gak? Cuma sebentar kok.”“
BAB 33Rania menangis ketakutan. Wanita itu benar-benar jahat dan tidak punya perasaan. Bahkan saat security berusaha menengahi, wanita kejam itu malah memarahinya. Setelah berdiskusi alot dengan security, Diana menarik lengan Rania dan membawanya menjauh dari keramaian. Di area parkir Diana menghempaskan tubuh Rania hingga terjatuh dan terkena lantai membuat wajahnya lebam.“Ampun nyonya,”“Joni, berikan ponselmu kepadanya!” perintah Diana kepada selingkuhannya.“Oke.” Joni memberikan ponsel kepada Rania. Dia sengaja menyentuh jemari Rania. Pria hidung belang itu harus menahan air liurnya yang hampir menetes melihat gadis abg nan molek di hadapan.Rania sangat ketakutan. Dia bingung, tak tahu harus menghubungi siapa. Hanya satu yang di ingat adalah suaminya. Hanya dia satu-satunya yang bisa menolongnya dari musibah ini. Namun sayang, Rania tak tahu nomor telponnya.Nomor sang suami tersimpan di ponsel yang terjatuh. Rania hanya mengingat nomor rumah sang suami. Tanpa menunggu lama, s
“Jon, suara itu mirip sekali dengan Rangga. Apa mungkin Rangga menikah lagi tanpa sepengetahuanku?”“Aah itu tidak mungkin. Kamu mungkin lagi kangen sama suamimu ha .. ha..”“Aku serius Joni. Kalau sampai benar itu dia, bisa tamat riwayatku.” Diana memijit pelipisnya. Rasa tak tenang mulai menyelimuti hati.“Tenanglah, aku pastikan bukan dia. Tidak mungkinlah suamimu menjadikan wanita miskin itu sainganmu. Kalaupun akan menikah lagi, dia pasti mencari yang lebih segalanya darimu. Percaya padaku.” Joni menggenggam jemari Diana dan mengecupnya mesra. Dia berusaha menenangkan perasaannya.Sementara Rania hanya bisa mematung. Dia tak bergerak dari posisi semula. Tak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Rania juga heran, kenapa saat memerlukan pertolongan bukan ayah atau ibunya yang di ingat,tapi nama sang suami lah yang pertama di ingatnya. Entahlah, Rania juga tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Dia telanjur nyaman dengan keberadaan sang suami dan membuatnya bergantung padanya.
“Oh, jadi kau lelaki bodoh itu, yang menjadi ATM Diana? Hei, ternyata kita sama-sama pernah mencicipi tubuh sexynya. Aku sangat menggilainya. Aku yakin kau juga ha ... ha ...”“Dasar baj*ng*n, aku bunuh kau!” Rangga kembali melayangkan tinjunya ke arah Joni. Pria itu menjadi bulan-bulanan Rangga. Sekuat apapun Alex menahannya, kekuatan sang boss melebihinya. Emosi sudah merasuk ke dalam dadanya hingga tak lagi berfikir panjang.“Apa-apa an ini! Hentikan!” suara seorang wanita yang tak asing bagi Rangga. Dia menghentikan pukulannya dan menatap ke arah suara. Sementara Diana berlari ke arah joni dan mencoba melindunginya dengan berdiri di hadapannya dan menatap tajam ke arah Rangga.Berani-beraninya ....” Diana sangat terkejut. Jantungnya terasa hampir lepas. Wajahnya pucat pasi. Dia begitu ketakutan seperti melihat hantu yang bergentayangan. “Kau .... ““Iya, ini aku!” Rangga tak terkejut lagi dengan kehadiran istrinya. Dia sudah mengira bahwa Diana pasti ada bersama selingkuhannya.“H
Rangga menarik lengan Diana dan memegang kasar dagu sang istri lalu berbicara persis di depan wajahnya. “Menurutmu aku harus pilih yang mana? Gadis yang masih segar, ranum dan masih perawan, atau seorang istri tak tahu diri yang mengobral tubuhnya kesana kemari, dan bisa dicicipi oleh lelaki manapun. Menjijikkan sekali. Bantu aku memilihnya, Diana!” Rangga mendorong tubuh Diana, tapi tak sampai terjatuh. hanya mundur beberapa langkah saja.Rangga merangkul Bahu Rania mesra, dan menatap kearah Joni, “Hey, Pria tak bermoral! Bantu Diana untuk memilihkan salah satu untukku. Aku yakin kalau penilaianmu obyektif, kau pasti akan .... ““Cukup Rangga!” Diana menutup telinga dengan kedua tangannya.“Jangan membentakku! Kau yang memaksaku untuk memilih, aku pastikan lebih memilih istri yang bisa menjaga harga diri dan lebih segalanya daripada kamu!”“Tapi dia tak secantik aku!”“Aku bisa membuatnya lebih cantik darimu!”“Aku pastikan kau akan menyesalinya Rangga!”“Apa yang aku sesalkan? Mem
Diana menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan dan menatap tajam ke arah Rangga. “Apa yang kau lakukan dengan putraku?!”“Aku tidak melakukan apapun. Tapi kesalahan yang dia perbuat, membuatnya tak berani bertemu denganku! Kau cari saja sendiri anakmu dan bawa dia kehadapanku!”“Rangga ...”“Cukup! Aku tak mau berdebat lagi. Ayo sayang, kita pergi! Alex, lepaskan pria itu. Aku tak membutuhkannya! Siapa tahu makannya banyak. Aku tak ingin anjing peliharaanku tak dapat jatah makan. Aku tak ingin pria itu menumpang hidup dari hartaku lagi!” Rangga berkata sambil berlalu meninggalkan mereka. Dia merasa puas sudah membalas perbuatan Diana. Tak perlu dengan cara kasar atau memukul. Cukup dengan kalimat yang menusuk sudah menjadi pelajaran yang berharga untuknya. Harga dirinya sudah anjlok hingga ke dalam tanah, terpendam dan tak bisa di ambil lagi.Joni mengepalkan tangannya. Dia sangat marah dengan kalimat yang di ucapkan Rangga. Dia merasa Rangga sudah menginjak harga dirinya.“Ku
Rangga menggelengkan kepala. Tatapannya lurus menatap langit-langit.“Aku tahu kamu masih sedih. Tapi kau tidak boleh terus berlarut dengan kesedihan. Yang sudah pergi tidak mungkin kembali. Hanya do’a yang kita punya. Dan hanya itu yang bisa kita lakukan.” Rania berusaha menasehati sang suami. Dia tidak tega melihat suaminya kehilangan gairah hidup.Rangga tetap bergeming. Sama sekali tak ada respon apapun. Dengan penuh kasih sayang Rania memindahkan kepala suaminya ke pangkuan dan membelai rambut.dengan lembut.“Tadi Alex bilang, katanya Joni sudah di tangkap polisi,” ucap Rania dengan lembut.“Hmm.” Hanya itu jawaban yang keluar dari bibir suaminya.Rania tersenyum dan berusaha untuk lebih bersabar. Keadaan ini pasti tidak mudah untuk dilalui oleh suaminya.“Mas. Apa kau percaya dengan takdir Tuhan yang penuh dengan keajaiban?” tanya Rania sembari mengusap rambut suaminya dengan lembut.“Aku tidak tahu!” jawab Rangga singkat. Tatapannya masih kosong dan tanpa harapan.“Apa kau pern
Rangga melihat apa yang terjadi. Dia tak percaya dengan penglihatannya. Joni benar-benar melukai leher Diana dan melarikan diri. Rangga menyimpan ponsel lalu berlari kearah Diana.“Alex! Cepat panggil ambulans! Dan kejar Joni! Jangan sampai lepas!”Rangga melepas pakaiannya lalu menutup luka di leher istrinya. Luka itu sangat dalam dan tak berhenti mengeluarkan darah. Sepertinya goresan itu mengenai nadinya dan ini sangat berbahaya. Bisa mengamcam nyawa Diana.“Diana. Bertahanlah. Kau pasti baik-baik saja!” Rangga mengangkat kepala Diana dan meletakkan di pangkuannya. Entah kenapa hati Rangga ikut teriris melihat wanita yang masih sah sebagai istrinya terluka. Walaupun wanita itu berkali-kali menghianati, tapi sebuah ikatan pernikahan takkan mudah melunturkan rasa dan kenangan.Kini kenangan manis bersama istri pertamanya berputar-putar di kepala. Dan membuat suasana hati menjadi sedih.“Rangga ... maafkan aku ... aku sudah ... banyak ... melakukan ... kesalahan ....”“Jangan bicaraka
Rangga segera berlari menyusul Diana. Dia tak peduli dengan panggilan Rania. Yang ada di kepalanya hanyalah ingin mengetahui apa yang terjadi. Kalau dugaannya benar, keduanya akan tahu akibatnya dan harus mendapat balasan yang setimpal.“Berhenti, pembunuh!” Diana menarik bahu Joni dengan keras hingga pria itu terjatuh.“Apa-apa an kamu? bagaimana kalau ada orang yang mendengar? Kita berdua bisa celaka.” Jawab joni dengan pelan sambil menengok ke arah kanan dan kiri.“Aku tidak peduli! Biarkan semua orang tahu kalau kau memang yang membunuh anakku!” Diana seperti orang kesetanan. Dia menarik kemeja kekasihnya dan mengguncangnya. “Kembalikan anakku, kembalikan nyawanya padaku!”“Lepaskan aku! Biarkan aku pergi sebelum orang lain mendengar ocehanmu!” Joni mendorong tubuh Diana hingga jatuh tersungkur. Entah mendapat kekuatan darimana, diana bangkit dan kembali menyerang kekasihnya.“Kau memang pembunuh anakku! Kau tak pandai melakukan tugasmu. Kalau kau cerdas, Marchel pasti takkan mati
“Tuan. Polisi sedang menyelidiki kematian Marchel. Sepertinya ada unsur kesengajaan.” Alex membawa sang tuan menjauh untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting.“Maksudmu, ada yang dengan sengaja membuat putraku celaka?” tanya Rangga sembari memijat dagunya.“Sepertinya begitu. Menurut saksi mata mobil yang dikendarai oleh Marchel seperti lepas kendali. Si pengendara tak bisa mengendalikan kendaraan dengan baik, hingga akhirnya terjadi kecelakaan itu.”“Bagaimana menurut pengamatanmu? Dan siapa kira-kira pelakunya?”‘Kalau menurut saya, ada yang sengaja merusak Rem. Dan mobil itu milik Tuan. Bisa jadi target utamanya adalah Tuan sendiri, bukan Marchel.”Rangga menatap Alex dengan serius. Dia seperti tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alex.“Tuduhanmu tidak main-main. Kecuali kau sendiri yang sudah mengeceknya. Kau tahu sendiri’kan mobil itu baru aku pakai semalam dan dalam keadaan baik-baik saja. Jika benar itu terjadi, artinya ada penyusup yang berhasil mengelabui pihak k
Suami yang juga berubah drastis keadaannya dari beberapa menit yang lalu. Rania semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.“Marchel kenapa, Mas?” Tiba-tiba Rania menjadi gelisah. Debaran jantungnya tak beraturan. Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi kepada marchel.Rania sangat mengkhawatirkannya. Bukan karena masih ada benih cinta dalam hatinya. Cintanya kepada Marchel sudah terbunuh semenjak tahu apa motif dari perbuatan Marchel. Kini cinta yang sudah tertimbun kembali tumbuh cinta baru yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Semoga saja.“Rania, Marchel ... Marchel ....” Rania dikejutkan oleh Rangga yang tiba-tiba saja mendekap tubuhnya erat. Ada isak tangis yang terdengar. Selama bersama sang suami, baru kali ini dia melihat suaminya menangis. Sifatnya yang keras dan dingin tak pernah sedikitpun memperlihatkan kesedihan. Tapi kini, pria itu meminjam bahunya untuk menumpahkan kesedihan.“Marchel kenapa, Mas? Tolong bicaralah yang jelas.” Rania menepuk-nepuk punggungn
“Astaga.’ Diana memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar. Tubuhnya lemas. Seperti ada himpitan batu yang membuat dada terasa sesak.‘Tidak mungkin. Tidak mungkin Marchel yang membawa mobil itu. Aku harus memastikannya.” Diana memutar tubuh hendak melangkah. Namun tulang belulang terasa lepas dari badan. Tubuhnya tak bertenaga. Untuk mengangkat kaki saja terasa sulit. Namun Diana terus berusaha. Walau dengan susah payah, dia berhasil mencapai kamar Rangga dan menggedor pintu dengan keras.“Buka pintunya! Buka pintunya!” Diana terus menggedor pintu. Dia tidak peduli apa yang dia lakukan akan menggangu penghuni rumah yang tertidur. Yang ada di pikirannya hanya Marchel.“Siapa?” Terdengar suara Rania. Dan itu membuat Diana sedikit lega. Namun dia terus menggedor pintu.Dari dalam kamar, Rania berusaha untuk bengkit. Perlahan, dia menyingkirkan lengan kekar yang melingkar di dadanya. Suaminya tertidur sangat pulas. Rania tidak ingin tidur suaminya terganggu.Walau sudah berhati-hati, tetap
Setelah selesai Diana segera menyuruh joni untuk pergi. Lalu berjalan mengendap-endap menuju kamarnya.Membuka pintu dan menghempaskan tubuh di atas ranjang. Menatap langit-langit dengan senyum merekah. Hati Diana sedang berbunga-bunga. Sampai dia tak menyadari putra semata wayangnya tak berada dalam kamar. Dia sedang asik dengan dunia hayalnya. Sungguh sangat miris. Di tengah malam seperti ini, tak sedikitpun memikirkan kenapa anaknya tak ada di tempat tidur. Itulah Diana. Dia memang tak pernah perhatian kepada putranya. Hanya uang dan uang yang selalu dijejalkan hingga anak itu tumbuh menjadi sosok yang selalu memandang uang adalah segalanya.Tak pernah tercurah sedikitpun kasih sayangnya sebagai seorang ibu. Rangga lah yang mendidik Marchel semenjak kecil hingga sebesar ini. Sayangnya, mulut sang wanita yang melahirkannya lebih tajam dari pisau. Hingga semua ucapan buruk tentang Rangga terserap dengan baik di kepala sang anak. Hingga hubungan keduanya seperti musuh bebuyutan. Tak
“Tenanglah, sayang. Beberapa menit lagi aku sampai di rumahmu. Kau keluarlah sekarang.”“Lewat pintu belakang saja. Supaya tidak ada orang curiga.”“Oke sayang, bye.”Diana segera mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuruni anak tangga menuju pintu belakang. Sebelumnya mengambil kunci gembok yang tergantung di dinding dapur.Tiba-tiba saja ponsel Diana berbunyi dan mengeluarkan suara yang sangat nyaring. Diana sangat kesal dan segera mengangkat telepon.“Jangan menelpon. Berisik tahu.’“Aku sudah sampai.”“Ya aku tahu. Aku juga sedang membuka gembok.’ Ucap Diana dengan kesal. Dia berbicara sangat pelan. Takut suaranya akan membangunkan seseorang. Bisa-bisa rencana yang sudah tersusun rapi gagal total.Pintunya berat sekali. Seumur Diana berada di rumah belum pernah membukanya.“Cepat, masuklah. Tolong, tutup pintunya kembali.’ Ucap Diana kepada kekasihnya. Dia memegangi lengannya yang terasa sakit.“Siap.” Joni menutup pintu. Laki-laki ini sengaja menggunakan penutup kepala. D
“Mas, aku takut.”“Kau tak perlu takut. Ada aku di sini.” Rangga menggenggam jemari Rania lalu mengecup kening sang istri. Rania tersenyum dan merasakan kedamaian. Entahlah, setiap kali sang suami mendaratkan kecupan pada keningnya, rasa hangat menjalar pada tubuh dan membuatnya nyaman. Mungkin ini yang dinamakan cinta. Walau hanya kecupan, tapi terasa merasuk ke dasar hati.“Buka pintunya, Pah!” Teriak Marchel sembari menuruni anak tangga.‘Kau? Juga di sini?” tanya Rangga dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ya. Aku pulang bersama mamah! Apa tidak boleh aku pulang kesini?!” tanya Marchel dengan garang. Tatapan matanya tertuju kepada tangan papah dan mantan kekasihnya yang saling bertautan. Benar-benar membuatnya kesal.Rania segera melepas genggaman erat suami tercinta. Rangga menoleh ke arah Rania dan terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rania.Rangga tidak peduli dan kembali menggengam jemari sang istri dengan erat. Seperti ada api cemburu yang membakar dalam dada.