Home / Pernikahan / Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 141 - Chapter 150

223 Chapters

Part 58C

"Silakan dicatat nomor rekeningku," bisik Sarah dengan mata melotot. Dia tidak terima dengan perbuatanku."Maaf aku tidak ada waktu lagi." Aku melepaskan tangannya sambil merapikan baju. "Silakan kirim ke nomor WhatsApp-ku!" Aku pergi melangkah dengan cepat.Tidak berapa lama sampai di parkiran. Aku merogoh kunci mobil di dalam tas yang aku kenakan. Kutekan tombol unlock lalu kuletakkan kunci mobil di lubangnya. Setelah pintu mobil terbuka. Aku masuk ke dalam lalu kututup kembali pintunya.Aku menghela napas lalu merogoh kotak persegi. Kuperhatikan status WhatsApp itu dengan seksama. Sedikit aku lega dan senang. 'Semoga dengan apa yang dirasakan Ririn bisa membuat dirinya taubat dan kembali ke jalan yang diridhoi-Nya!' pintaku dalam hati.Aku mengedarkan pandangan. Tiba-tiba, aku mengernyitkan dahi melihat Ririn baru saja turun dari mobil. 'Ririn?!' tanyaku dalam hati. Aku mengucek mata lalu melihat ke arah kanan di mana aku melihat Ririn keluar dari dalam mobil dengan memakai gaun be
Read more

Part 59A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 59: Rekaman CCTV"Selamat datang di neraka," bisik Ririn tepat di daun telingaku. Aku baru saja membuka mata. Langit-langit kamar terlihat buram dan samar-samar. Aku berpikir keras di mana dan apa yang sedang terjadi kepada diriku?Suara bisikan terus menghantuiku membuat diri ini menggeleng mencari asal suara itu. Sebuah wajah yang sangat seram tepat di depan wajahku sebelah kanan. Hampir saja jantungku mau copot melihat muka yang selalu menjelma di mana pun berada.Roh dan batinku sudah menyatu. Aku sangat kesal ketika wajahku papasan dengan mukanya, Ririn. 'Kenapa dia ada di sini? Terus apa yang terjadi pada diriku?' tanyaku bermonolog. "Kamu kira permainanmu sudah bisa mengalahkanku?!" ucap Ririn. Raut wajahnya sangat jelek akibat alergi bedak. Dia membuka masker yang menutupi wajahnya."Apa maksudmu?!" bentakku seolah tidak mengerti apa yang sedang terjadi kepad Ririn. Aku buang muka ke sebelah kiri. Otakku traveling memikirkan kenapa Ririn
Read more

Part 59B

"Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Rusly penuh khawatir. Dia memeriksa leherku. Aku sebenarnya sangat merindukan momen seperti ini. Namun, aku sudah tidak boleh baper. Aku tidak mau jatuh ke dalam lobang yang sama.Manik matanya, Rusly tersirat sejuta penyesalan. Aku mencoba buang muka untuk mengalihkan perhatiannya kepadaku. Aku tidak mau kalau Rusly terlalu lama memandang retinaku. Walaupun masih ada sedikit rasa benih cinta melekat pada hati kecilku."Nak, Nesya ...," ucap wanita paruh baya. Aku mendongak dan mencari asal suara itu. Ternyata ada Bu Aisyah dan Bu Larasati. Aku berpikir kenapa mereka berdua tiba di sini? Siapa yang mengasih tahu kalau aku berada di rumah sakit ini? Otakku terus mencerna untuk mencari jawabannya. "Aku mohon dengan sangat dan tanpa mengurangi rasa hormat. Silakan ikuti kata hatimu walaupun masih bertentangan dengan logika," seru Bu Aisyah kepadaku sambil mengelus punggung tanganku dengan lembut dan mesra. Aku mengerutkan dahi. Tidak mengerti apa maksud
Read more

Part 59C

"Bukan." Aku mengukir senyum walaupun sebenarnya masih ada rasa cinta kepadanya. Namun, aku tidak mau memberi secercah harapan kepadanya. Lagi pula sudah lama kami bercerai, dia malah tidak ada sama sekali berubah. Itu alasanku tidak mau menerimanya kembali."Apa aku tidak salah dengar, Nesya?!" jawab Bu Aisyah kaget. Harapannya tidak sesuai dengan kenyataan."Tidak, Bu!" tegasku tidak bertele-tele. Tiba-tiba, Bu Aisyah sesak napas. "Aku tidak merasa kasihan atau apapun itu. Paling cuma akting doang," sindirku sambil bersandar di dinding. Aku sudah lelah dan capek rebahan terus. "Dasar menantu kurang aja!" bentak Bu Aisyah tidak terima kalau aku mengetahui kedoknya. Aku mengukir senyum."Aku heran dengan ibu. Kenapa masih saja berusaha untuk menyatukan kaca yang retak. Ibu tahu sendiri 'kan, pasti tidak bisa bersatu walaupun sudah dilem atau diusahakan dengan berbagai cara." Aku menatap retina Rusly. Dia langsung menunduk dan tidak berani menatap bola mataku. "Lagi pula, susuk apa
Read more

Part 60A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 60: TerorDi belahan bumi yang lain. Ririn duduk termenung di pojok kanan di sel tahanan. Ada sedikit rasa menyesal lahir di dalam jiwanya. 'Kita lihat saja nanti Nesya! Aku bakalan mencabut nyawamu dengan tanganku sendiri,' ucapnya bermonolog dengan sejuta amarah."Ririn," panggil penjaga sel tahanan. Ririn mendongak lalu menatap ke arah suara itu. "Ya," jawabnya terkejut. "Ada tamu yang ingin membesuk kamu." Penjaga sel tahanan membuka gembok dengan lihainya. Silakan berdiri dan mari ikut saya," ucapnya dengan tegas sambil memperlihatkan borgol. Ririn melangkah pelan menghampiri penjaga sel tahanan. "Kalau boleh tahu, siapa ya, orang yang ingin membesukku?" tanya Ririn lirih. Retinanya masih saja mencari celah agar bisa kabur dari balik jeruji besi."Jangan coba-coba untuk mencari celah melarikan diri! Seluruh ruangan dan tempat ini dikawal ketat," seru penjaga sel tahanan membuat Ririn ciut dan mengurungkan niatnya untuk kabur."Siapa juga ya
Read more

Part 60B

Ternyata Sarah yang selama ini kuanggap sahabat sejati dan baik, dia malah mengkhianati semuanya. 'Aku sungguh tidak percaya atas pengkhianatannya kepadaku,' ucapku bermonolog sambil memikirkan solusi yang tepat dalam masalah yang aku hadapi. Kesenjangan selalu datang silih berganti. Membuat aku jenuh dan terkadang putus asa."Nesya," sapa Bu Aisyah lembut sambil memegang bahuku. Aku terkejut kehadirannya. Dia datang dan pergi sesuka hati laksana jelangkung. "Ii-ibu," jawabku gugup.Belum selesai mendapat solusi darinakar permasalahan yang kuhadapi, kini otakku sudah disuguhi permasalahan baru. "Dari mana Bu Aisyah masuk ke dalam?" tanyaku sekenanya. Aku melirik ke arah luar. 'Perasaanku pintu utama kukunci. Permasalahanya, kenapa beliau bisa masuk? Apakah ini hantu atau aku berhalusinasi?' tanyaku tiada henti.Kamu tidak usah risau dan gelisah tentang keberadaanku," jawabnya polos. Dia melangkah menghampiriku. Masa ibu mertuamu datang tidak dipersilakan duduk terlebih dahulu. Walaupu
Read more

Part 60C

"Aku mau kalau Rusly ingin menjadi suamiku," jawab Bu Aisyah polos. Dia langsung menunduk merasa malu. Walaupun kenyataan ini amatlah pahit untuk ditelan. Sudah lama dirinya menjanda, dirinya butuh kasih sayang dan nafkah batin juga."Apa aku tidak salah dengar, Bu?" cecarku seolah ingin memperjelas apa yang baru saja diucapkan mertuaku. Aku tertawa terbahak karena merasa lucu. Sejenak otakku traveling dan ingat ketika Bu Aisyah datang berkunjung ke rumahku sebelum status janda sah melekat pada diriku. Ada rasa senang tergurat dalam wajahnya. 'Apakah beliau sangat senang atau bahagia ketika gelar janda melekat pada diriku?' tanyaku dalam hati."Kalau aku mengatakan ingin menikah dengan Rusly. Kira-kira apakah dia merasa malu atau mau menjadikan aku sebagai istrinya?" tanya Bu Aisyah tanpa ada sedikit malu."Mana kutahu," jawabku cuek sambil menahan tertawa. Ini korban sinetron. "Seru ini jika dijadikan sebuah judul film atau novel." Aku mengulas senyum tiada henti."Oh, ya, Bu. Pertan
Read more

Part 61A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 61: Selaput Cinta yang Terkoyak"Masalah apa yang sudah diketahui, Rusly?" tanya Bu Larasati. Aku heran kenapa beliau bisa ada di rumah ini.Aku ber oh ria dan menggaruk kepala sangking salah tingkahnya. Siapa pun itu, pasti merasakan terkejut ketika seseorang hadir tanpa ada salam dan belum pernah masuk ke dalam rumahnya.Wajah Bu Aisyah pucat pasi melihat kehadiran Bu Larasati. Dia juga salah tingkah akibat kehadiran ibu kandungnya Rusly datang laksana jelangkung."Kenapa pada diam?! Rahasia apa yang kalian sembunyikan dariku atau pun Rusly?!" cecar Bu Larasati sedikit tersulut emosi. Kalau masuk ke dalam rumah seseorang itu, seharusnya mengetuk pintu baru mengucap salam. Bagaimana kalau aku yang punya rumah teriak bilang maling," seruku mencoba mengecoh pembicaraan Bu Larasati. Aku sengaja membuyarkan konsentrasinya agar lupa dengan pertanyaannya."Oh, iya, maaf," jawabnya sambil mengulum senyum simpul. Rasa malu kini terlihat di raut wajahny
Read more

Part 61B

"Ibu yang selama ini merawat dan membesarkan kamu ternyata bejat! Dan kamu juga ternyata menikmati apa yang dia suguhkan. Anak dan ibu ternyata sama-sama hina!" berangku tidak terima. Orang yang terdekatku menaruh luka lalu menetesi luka itu dengan perasan air asam belimbing wuluh. Ngilu dan perih itulah yang kurasakan pada saat ini. Andaikan kupunya sayap, aku pasti terbang meninggalkan manusia-manusia bejat seperti mantan suamiku dan ibu mertuaku."Hentikan omong kosongmu!" sentaknya tidak terima. Wajahnya memerah. "Aku melakukan itu bukan karena suatu alasan. So ... jangan langsung menjudge apa yang kamu lihat," imbuhnya dengan nada emosi tingkat dewa. Aku merasa jijik mendengar perkataannya. Sudah tua, masih saja ganjen sama anak sendiri walaupun itu anak angkat. Setidaknya sejak dari kecil dia sudah melihat setiap inci tubuh mantan suamiku."Kalau aku berkata sesuai fakta juga. Bukan menyebar fitnah atau ngadi-ngadi," balasku tidak mau kalah sengit darinya.Manik matanya Rusly h
Read more

Part 62A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 62: Siapa Sumber Dalangnya?Buah bibir sangatlah manis. Mengalahkan manisnya madu. Bu Aisyah masih saja berkelit meski hatinya tak ridho atas ketidakjujurannya."Perlu aku katakan yang sejujurnya tentang kebusukanmu?!" sergah Bu Larasati tidak terima jawaban yang diberikan Bu Aisyah. "Sebelum kubongkar, jangan menyesal," imbuhnya dengan deru napas tidak teratur."Sepertinya perdebatan ini sangatlah alot. Aku tidak tahu mana yang sesungguhnya salah dan siapa yang sebenarnya salah." Aku mencoba buka suara. Diriku ingin sekali ikut dalam perdebatan yang sangat panas. Kutatap manik mata Bu Larasati. Di ekor retinaya tersimpan sejuta kesal dan kecewa."Sudah cukup sampai di sini dramamu! Aku sudah terlalu lama memendam semua ini. Batas kesabaranku sudah habis. Kini tibalah saatnya kamu menerima semuanya.""Drama apa yang kamu maksud wahai wanita jalang?!" seru Bu Aisyah tidak terima. Wajahnya memerah akibat tersulut emosi. "Apa yang kamu lihat selama
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
DMCA.com Protection Status