"Tenangkan pikiranmu! Aku melakukan ini bukan karena tanpa alasan.""Cukup!" sela Rusly sambil terisak cengek. Baru kali ini dia mewek seumur hidupnya. "Kalau aku ini anakmu, apa buktinya?! Terus kenapa kamu tega melakukan itu kepadaku?" tanyanya kembali dengan gemetar. Sorot matanya sangat menggambarkan emosi yang membara. Siapa pun itu orangnya pasti bakalan marah. Sejak lahir bahkan bisa dikatakan masih merah sampai usia tiga puluh dua tahun berpisah dengan ibu kandung dan ayah kandung. Hatinya mencelos tidak karuan."Pada saat itu ayahmu tidak sanggup membayar biaya operasi dan berobatku," jawabnya menunduk malu. Rasa bersalah lahir dalam dirinya. Namun, itu dia lakukan bukan juga maunya. "Lagi pula, seandainya pun kamu hidup bersama aku dan ayahmu, aku rasa kamu tidak sebahagia ini," imbuhnya menimpali"Bahagia kamu katakan?!" bentaknya seolah tidak terima. "Bahagia seperti apa yang kamu katakan?" Rusly menunjuk wajah ibunya. "Lebih bagus aku hidup apa adanya daripada bergelimang
Read more