Share

Part 55C

last update Last Updated: 2023-02-21 01:11:52

Aku terkejut melihat bulir bening mengalir dari sudut matanya.

'Masa pria yang selama ini aku kenal tidak pernah meneteskan air mata dan nyatanya pada detik ini dia mewek. Ada apa gerangan?'

Aku mencoba menampar pipiku sebelah kanan. Ternyata sakit. Berarti pemandangan yang kulihat saat ini tidak mimpi dan nyata adanya.

"Rusly," sapa Bu Aisyah. Ternyata mertuaku mendengar tamparanku sehingga dia keluar dan memastikan suara apa yang baru saja terdengar.

Rusly melihat ke arah suara itu. Dia mengusap bulir bening itu. Rasa malu dan sedih kini bercampur menjadi satu.

Rusly bergeming dan tidak mampu berkata-kata. Hanya isak tangis yang dapat dia lakukan pada saat ini.

"Ayo masuk," ajak Bu Aisyah.

Aku melangkah mendahului Rusly masuk ke dalam rumah. Sementara Rusly masih saja mematung.

Aku menghempaskan bobotku di atas kursi yang terbuat dari rotan. Kuedarkan pandangan melihat tamu yang baru saja datang. Aku tidak mengenali siapa mereka sesungguhnya.

Bu Aisyah mencari keberadaan Rusly. Te
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 55F

    "Tenangkan pikiranmu! Aku melakukan ini bukan karena tanpa alasan.""Cukup!" sela Rusly sambil terisak cengek. Baru kali ini dia mewek seumur hidupnya. "Kalau aku ini anakmu, apa buktinya?! Terus kenapa kamu tega melakukan itu kepadaku?" tanyanya kembali dengan gemetar. Sorot matanya sangat menggambarkan emosi yang membara. Siapa pun itu orangnya pasti bakalan marah. Sejak lahir bahkan bisa dikatakan masih merah sampai usia tiga puluh dua tahun berpisah dengan ibu kandung dan ayah kandung. Hatinya mencelos tidak karuan."Pada saat itu ayahmu tidak sanggup membayar biaya operasi dan berobatku," jawabnya menunduk malu. Rasa bersalah lahir dalam dirinya. Namun, itu dia lakukan bukan juga maunya. "Lagi pula, seandainya pun kamu hidup bersama aku dan ayahmu, aku rasa kamu tidak sebahagia ini," imbuhnya menimpali"Bahagia kamu katakan?!" bentaknya seolah tidak terima. "Bahagia seperti apa yang kamu katakan?" Rusly menunjuk wajah ibunya. "Lebih bagus aku hidup apa adanya daripada bergelimang

    Last Updated : 2023-02-24
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 56A

    Part 56: Menebus Dosa"Coba kamu berada di posisiku! Apakah kamu bisa menerima kalau dirimu dipisahkan secara paksa dengan ibu kandung sendiri?!" bentak Rusly kepada Bu Aisyah pertanda tidak terima. Kemudian sorot matanya yang tajam kini diarahkan ke wajah wanita yang melahirkannya. Namun tidak pernah merawat dan menyusuinya sama sekali. Rusly menyapu ke arah Bu Aisyah kembali. Rasa dendam dan benci kini lahir di dalam dirinya. "Apakah kalian tidak punya hati atau perasaan sehingga tega memisahkanku begitu saja?!"Aku hanya menunduk sambil mencari ide untuk mencoba meredam emosinya, Rusly. Walau bagaimanapun itu, pasti ada alasan tersendiri kenapa tragedi yang tidak diinginkan bisa terjadi.Bu Aisyah hanya tergugu dan terisak. Retinanya yang mulai berembun melahirkan bulir bening. Hati tak kuasa untuk sekedar menahan air mata itu. Sesekali dia menghapus air matanya yang sudah terlanjur jatuh dari kedua sudut matanya."Kenapa kamu hanya diam saja?!" dampratnya seolah tidak sabar ingin

    Last Updated : 2023-03-02
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 56B

    'Akankah aku mereguk warisan ini dengan mengikhlaskan kehidupanku berpisah dengan ibu kandung?' Rusly meratapi nasibnya yang malang. Netranya kini berembun seolah akan turun hujan lebat dari tepi sudut retinanya."Aa-aku tidak akan menandatangani surat ini. Aku akan melaporkan kamu kepada pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatanmu, Aisyah!" amuk Rusly dengan wajah memerah."Kalau kamu mau menjebloskanku ke dalam jeruji besi, silakan!" balas Bu Aisyah dengan tegar. Dia meneguk salivanya dengan berat. Kalau kamu mau mengikuti amarahmu, aku juga bisa menuntutmu balik dengan cara memaksa kamu untuk mengembalikan semua biaya selama ini."Bu Aisyah mematikan cakapnya, Rusly. Dia terpaksa berkata seperti itu karena ulah anak yang selama ini dirawat penuh dengan kasih sayang."Rusly –," tegur perempuan tua renta itu terjeda. Dia hendak memeluk tubuh anaknya, malah ditepis Rusly dengan sigap. "Aku tahu kamu pasti membenciku dan Bu Aisyah. Aku melakukannya karena bukan tanpa alasa

    Last Updated : 2023-03-02
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 56C

    "Apa pun itu keputusan yang kamu lontarkan ... itu hakmu. Aku hanya bisa pasrah untuk menerima taqdir yang ada."Perempuan itu membasahi bibirnya lalu meneguk salivanya. "Rusly –," ucap Bu Aisyah lirih. Pria yang selama ini dirawat dengan penuh kasih sayang menyapu ke arahnya. "Aku sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Semua permasalahan yang dijelaskan ibu kandungmu sudah jelas dan itulah kenyataannya yang ada. Tidak ada yang ditutup-tutupi ataupun dimanipulasi."Tiba-tiba, Rusly mengayunkan langkah kakinya menghampiri Bu Aisyah."Aku merawatmu penuh kasih sayang. Bahkan sudah mengangggap dirimu sebagai anak kandung walaupun bukan terlahir dari rahimku. Janganlah kamu berpikiran aku atau pun Bu Larasati –," ucapnya terjeda."Siapa Larasati?!" potong Rusly dengan menatap manik mata Bu Aisyah tajam."Te-tega bahkan sampai hati untuk memisahkanmu dengannya," imbuhnya melanjutkan pembicaraannya yang sempat terjeda tanpa menjawab pertanyaan Rusly."Tolong katakan siapa Larasati!" bent

    Last Updated : 2023-03-03
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 57A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 57: Terpaksa Melakukan ItuRusly sudah tidak tahu harus bagaimana. Kehidupannya sangat miris jika diingat. "Lebih bagus aku nggak usah ketemu sama ibu kandungku daripada seperti ini," ucap Rusly spontan. Sorot matanya menyalang."Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" seruku. Aku tidak terima kalau pria yang terlahir dari rahim seorang wanita berkata seperti itu. Walaupun perempuan yang telah melahirkannya seperti itu, tidak selayaknya dan sepantasnya laki-laki itu berkata kepada ibu kandungnya. Dadaku bergemuruh, larva emosi kini membara di dalam jiwa."Aku tidak sudih dilahirkan seorang wanita pengecut seperti dia!" amuk Rusly tidak terima."Kalau aku tahu kehidupanku seperti ini. Aku juga tidak mau memilih jalan hidup yang menerpa tanpa perasaan." Larasati buka mulut, dia tidak terima perkataan anaknya seolah memojokkan Larasati sebagai akar permasalahan yang dihadapinya. "Nggak usah sok suci dan naif! Aku tahu kamu pasti senang dalam derita

    Last Updated : 2023-04-02
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 57A

    Bukan ada niat mau mengungkit ataupun menyindir. Dia berkata agar Rusly paham kondisi ibu kandungnya pada saat itu. Ternyata praduga yang terlahir di dalam benaknya salah besar."Aku rasa tidak ada seorang ibu yang sampai hati memisahkan buah hatinya yang masih merah karena keadaan ekonomi." Rusly tidak terima apapun itu alasannya atau apa pun itu. Walau bagaimanapun itu keadaannya, dia tetap tidak terima."Kalau kamu tidak sanggup menafkahi buah hatimu. Nggak usah kamu nikah dan buat anak!" cecar Rusly dengan sorot mata menyalang.Bu Aisyah dan Larasati tercengang mendengar perkataan Rusly. Sementara aku hanya mampu mengelus dada sambil mengucap istighfar berkali-kali dalam hati."Asal kamu tahu. Tidak ada seorang manusia terlahir seperti ini," cibirku mencoba mematikan cakap Rusly. Rusly mengarahkan pandangannya kepadaku dengan mata menyalang. "Siapapun itu orang. Aku pasti jamin tidak akan ada yang mau," imbuhnya dengan menantang pandangan mantan suaminya itu."Itu sebabnya sebelu

    Last Updated : 2023-04-07
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 57C

    Bukan ada niat mau mengungkit ataupun menyindir. Dia berkata agar Rusly paham kondisi ibu kandungnya pada saat itu. Ternyata praduga yang terlahir di dalam benaknya salah besar."Aku rasa tidak ada seorang ibu yang sampai hati memisahkan buah hatinya yang masih merah karena keadaan ekonomi." Rusly tidak terima apapun itu alasannya atau apa pun itu. Walau bagaimanapun itu keadaannya, dia tetap tidak terima."Kalau kamu tidak sanggup menafkahi buah hatimu. Nggak usah kamu nikah dan buat anak!" cecar Rusly dengan sorot mata menyalang.Bu Aisyah dan Larasati tercengang mendengar perkataan Rusly. Sementara aku hanya mampu mengelus dada sambil mengucap istighfar berkali-kali dalam hati."Asal kamu tahu. Tidak ada seorang manusia terlahir seperti ini," cibirku mencoba mematikan cakap Rusly. Rusly mengarahkan pandangannya kepadaku dengan mata menyalang. "Siapapun itu orang. Aku pasti jamin tidak akan ada yang mau," imbuhnya dengan menantang pandangan mantan suaminya itu."Itu sebabnya sebelu

    Last Updated : 2023-04-07
  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 58A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 58: Alergi BedakDi belahan bumi lain, Ririn teringat kepada Rusly. "Aku kok kangen menikmati belaian hangat, Rusly."Ririn meraih ponselnya di atas nakas. Perlahan dia mencari kontak Rusly di ponselnya. Tidak berapa lama, Ririn memanggil. Suara dering terdengar. Sesekali Ririn menoleh ke arah jendela kamar.Sinar mentari masuk ke dalam kamarnya membuat Ririn menyipitkan mata. "Astoge ... ternyata sudah siang." Ririn bergelayut manja bangkit dari atas dipan. Panggilan telepon yang dia lakukan tidak ada membuahkan hasil. "Yes! Aku ada ide."Ririn merasa senang ketika ide itu terlintas di dalam benaknya. Perlahan dia melangkah menuju kamar mandi. Misinya kali ini harus jelas dan tidak boleh gagal.Tidak butuh waktu lama, dia sudah usai membersihkan tubuhnya dari bau yang menyengat. Segera dia membungkus tubuhnya dengan handuk kimono. Setelah itu keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Baru beberapa saat mengeringkan rambut dengan hair dryer, po

    Last Updated : 2023-04-26

Latest chapter

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

DMCA.com Protection Status