Home / Pernikahan / Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 111 - Chapter 120

223 Chapters

Part 49B

"Kamu itu istriku!" jawab Rusly menyeringai."Aku lagi datang bulan!" pekik Ririn."Aku tidak peduli. Kamu harus nurut dan tidak boleh membantah. Jadi, terima saja apa yang akan kulakukan."Rusly terus memaksa Ririn agar mengikuti ritme yang ada. Sementara Ririn merasa dizolimi oleh suami sendiri.Tidak berapa lama, akhirnya selesai juga."Terima kasih telah menafkahiku," ucap Rusly sambil memeluk tubuh Ririn dibatas ranjang.Ririn meratapi nasibnya. Semua impiannya menikah dengan Rusly sangat bertolak belakang. Padahal dia penuh harap untuk mencicipi sakinah, mawaddah warahmah. Ternyata itu semua hanya impian yang tidak hadir dalam bahtera rumah tangganya.Sesekali Rusly mencium kening istrinya sambil mengusap pucuk kepalanya. Ririn terus terisak tiada henti."Maafkan aku sayang. Aku sudah tidak mengontrol semuanya."Ririn diam seribu bahasa. Dia terus menatap dinding kamar sambil memilin ujung selimut."Semoga apa yang kita lakukan tadi menjadi dedek bayi. Aku sudah rindu mendengar
Read more

part 49C

Pilihan yang sangat berat bagiku. Aku sudah tidak mau rujuk lagi dengan Rusly. Aku juga punya harga diri. Kenapa mesti harus kembali lagi ke dalam pelukannya? "Mohon maaf ibu. Tanpa mengurangi rasa hormat. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Masih banyak jalan lain untuk mengabdi dan berbakti kepadamu, ibu. Lagi pula, tidak itu saja kok untuk jadi ladang ibadah.""Hentikan! Aku tidak mau mendengar perkataanmu lagi! Pergi dari sini!" racau Bu Aisyah sambil melempar gelas kaca berisi air putih yang ada di atas nakas. Aku tersentak kaget mendengar larva emosi yang keluar begitu saja. Tidak pernah mertuaku merah padam seperti ini."Dokter sudah memvonis usiaku. Aku harap tolong kabulkan permintaanku. Aku tidak mau meninggal seperti bersalah dalam hal mendidik anak! Aku tahu kamu pasti bisa membuat Rusly kembali ke jalan yang lebih diridhoi sang penguasa alam ketimbang Lala dan Ririn.""Kenapa harus aku yang jadi tumbalnya Bu?! Lagi pula aku sudah cukup sabar dan terlalu diam selama
Read more

part 50A

Part 50: Minta Rujuk Kembali'Kalau ini jalan takdir yang harus aku tempuh. Kenapa ada hati dan jiwa yang tersakiti?' tanyaku dalam hati.Aku merenung sejenak. Untung saja dokter dan tenaga medis cepat tanggap menolong ibu mertuaku."Bagaimana kabar ibu, sayang?" tanya seseorang.Aku mendongak. Sesekali kuusap mataku untuk memperjelas tatapnku. Aku takut salah lihat. Setelah pandanganku jelas. Aku langsung menunduk kembali. Soalnya dia dan diriku sudah tidak mahram lagi.Aku diam seribu bahasa sambil memilin ujung jilbab yang kupakai. Ada rasa dag dig dug ser di dalam dada. Aku juga tidak tahu kenapa diri ini seperti itu. Aku tidak mau kalau ada benih cinta tumbuh kembali."Kenapa kamu diam? Maaf kalau aku sudah lancang menyapa kamu dengan ucapan sayang," ucapnya lagi sambil duduk tepat di sampingku.Aku semakin salah tingkah. Mencoba bergeser agar tidak terlalu dekat. Aku juga tidak mau menimbulkan fitnah."Tolong jangan terlalu dekat duduknya! Jangan membuatku merasa risih atas keha
Read more

Part 50B

Aku tidak peduli atas teriakannya. Sudah cukup selama ini diriku disakiti. Kupacu langkah kaki dengan cepat agar tidak bisa dikejarnya."Kamu mau ke mana? Aku belum selesai bicara kepadamu. Kenapa kamu malah angkat kaki! Mana dirimu yang aku kenal selama ini?!" cecarnya sambil menghalangi langkah kakiku.Aku menepis tangannya. Rasa jijik kini lahir dalam diriku. Tidak tahu kenapa aku sudah muak dan tidak mau memandang wajahnya. Walaupun dia pernah memberi warna dalam hidupku selama dua belas tahun."Aku bersumpah dan berjanji akan berubah dan tidak pernah meneteskan air matamu lagi. Aku mohon dengan sangat, tolong beri aku kesempatan kedua," ucapnya lirih sambil bersembah sujud di hadapanku.Aku memutar tubuhku seolah tidak mau menjadi dewa di dalam hidupnya.Suara derit pintu terdengar jelas mengalihkan perhatianku. Seorang dokter keluar dari dalam ruang ICU dengan seragam yang biasa dipakai ketika dinas."Bagaimana keadaan mertuaku, Dok?" tanyaku sambil berlari menghampirinya.Aku t
Read more

Part 50C

"Bu Aisyah belum sadar. Kemungkinan beliau tidak bisa diselamatkan. Itu makanya beliau menitip pesan kepada kamu, Bu!" ucap dokter."Kenapa dokter tidak memberikan pelayanan yang terbaik buat pasien? Di mana letak sumpah janji seorang dokter?! Aku akan menuntut kalian atas kelalaian dalam mengemban tugas yang mulia," jawabku sambil memukul kedua bahu dokter. Dokter itu hanya diam seribu bahasa dan pasrah dengan keadaan yang ada.Aku terus terisak sambil memukul dada bidangnya. Tidak ada sama sekali kata yang terucap dari bibirnya."Sekuat apapun ibu menangis, tidak akan merubah nasib. Aku dan tim medis sudah melakukan yang terbaik. Namun, penguasa alam berkata lain. Lantas, apakah ibu masih menuntut kami tim medis dan tidak percaya akan takdir yang maha kuasa?"Dokter mencoba menenangkanku. Aku menutup mulutku dengan telapak tangan sebelah kanan. Menangis pun aku sampai air mata kering tidak akan merubah keadaan. Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Pencipta.'Ya Allah! Aku mohon b
Read more

Part 51A

Part 51: Terkulai Layu[Bagaimana hasilnya kemarin, sayang?]Aku menajamkan pendengaran.Di pojok sana aku melihat seorang pria. Kata hatiku, laki-laki itu Rusly. Namun, aku ingin mengetahui dengan siapa dirinya berbicara.[Semua aman. Aku sudah memaksa ibu agar menanda tangani surat itu,] jawab Rusly dengan lantang. Dia mengukir senyum tipis sambil sesekali mengusap wajah kasarnya.Aku masih saja memantau gerak-gerik yang dilakukan Rusly bersama wanita lawan bicara.Di ujung belahan bumi lain, Ririn sudah membayangkan rencananya akan berhasil. Sebentar lagi dirinya bakalan kaya bergelimang harta.[Pokoknya jangan sempat gagal. Aku tidak mau menjadi hidup susah seperti dulu!][Kamu tenang saja. Begitu surat itu sudah ditandatangani oleh orang tua yang sudah kuanggap bangkai. Kita akan pergi terbang ke luar negeri.][Kenapa kamu tidak membunuh Bu Aisyah sekalian?]Rusly bergeming lalu memutar bola matanya berpikir.[Hallo ...,]Ririn sudah mulai panik. Dia melihat layar ponsel miliknya
Read more

Part 51B

"Bu ... bagaimana keadaan ibu sekarang," tanyaku setelah menghampiri ibu mertuaku di dalam ruangannya."Masih belum sehat betul. Cuma ... kata dokter ibu sudah bisa pulang.""Bagaimana kalau ibu segera pulang. Aku mendengar gelagat tidak enak dan sangat membahayakan ibu di dalam rumah sakit ini," colotehku sambil mengelus punggung tangannya yang masih ditusuk dengan jarum infus.Bu Aisyah mengerlingkan retinanya. Dia tidak tahu apa maksud perkataan menantunya."Kali ini ibu harus patuh dan taat kepadaku. Demi keselamatanmu, ibu," jelasku mencoba meyakinkan beliau."Demi keselamatanku?" tanya Bu Aisyah mengukir raut wajah heran dan penasaran. "Ya."Tanpa buang-buang waktu, aku mengemas semua barang-barang milik ibu mertuaku."Aku masih belum mengerti apa maksud dan tujuanmu, Nesya," ucap Bu Aisyah parau.Aku tidak menghiraukan perkataan Bu Aisyah. Walau bagaimanapun itu, aku harus menyelamatkan dirinya.Tidak butuh waktu lama, aku sudah selesai membereskan semua barangnya. Sebelumnya
Read more

Part 51C

Rusly melangkah menuju pintu keluar. Aku segera berlari menghindar dari terkaman Rusly.Ketika Rusly sedang berjalan di lorong. Ponselnya berdering. Dia langsung merogoh gawai miliknya dengan cepat.Ririn memanggil.Kontak itu tiba-tiba memanggilnya. Rusly langsung menggeser tombol gagang telepon warna hijau ke arah kanan.[Bagaimana untuk hari ini?] cecar Ririn setelah sambungan telepon terhubung.Rusly menghela napas panjang lalu mengeluarkannya dari mulut. Dia memijit kening seolah tidak bisa memberikan kabar baik kepada istrinya.[Kenapa kamu malah diam membisu?!] desak Ririn tidak sabaran menunggu informasi dari Rusly.[Ceritanya ruwet dan sangat kecewa. Aku tidak bisa membujuk rayu ibuku.][Kenapa kamu tidak bisa?! Laki-laki macam apa kamu?! Dasar tidak becus!]Aku mengukir senyum smirk mendengar umpatan Ririn dengan menelan sejuta kecewa. Aku sudah berdiri tepat di belakang Rusly."Kalau kalian mau mendapatkan harta yang berlimpah. Ya ... kerja keras dong! Jangan merampas hak y
Read more

part 52A

Part 52: Menyusun RencanaAku pasrah, tapi tak rela. Biarlah air mata ini jadi saksi bisu untuk menerima kenyataan yang ada."Selamat tinggal Nesya! Aku akan mengirim kamu ke alam baka," bisik Rusly dengan mengencangkan cekikannya."Asy-asyhadu ...," lidahku terasa berat untuk mengucapkan tauhid. Bibir Kelu seolah tidak mau bersahabat dengan keadaan yang ada.Tidak terasa napasku tinggal satu-satu. Tubuhku semakin tidak sanggup untuk bertahan hidup."Kamu kenapa seperti ini, Nesya?" tanya Bu Aisyah terkejut."To-tolong ... aku," teriakku sekuat tenaga.Bu Aisyah mencoba berusaha untuk duduk. Setelah posisi sudah sempurna. Dirinya mengambil mineral cup dibatas nakas lalu menancapkan sedotannya. Setelah tertusuk, Bu Aisyah menyiram air itu ke arah wajahku."Astaghfirullah! Ada apa ini?!" ucapku kaget.Aku menyapu setiap sudut pojok ruangan. Kupandangi wajah ibu mertuaku yang sudah pucat pasi. Aku masih belum percaya kalau Rusly benar-benar tega mengikuti apa kata Ririn."Kamu kenapa?" t
Read more

Part 52B

"Bagaimana ini bisa?" tanya Rusly panik.Dia sudah mengacak-acak sprey berwarna hijau. Bantal juga dilempar begitu saja ke sembarang tempat."Tidak ... Argh ...!" teriak Rusly. Dia tidak menyangka kalau rencana bisa gagal."Ada apa, Pak?" tanya perawat yang baru saja lewat dari lorong. Perawakannya tinggi semampai. Hidung mancung dan berlesung pipi."Pa-pasien di kamar ini kapan out dari ruangan sini?" tanya Rusly tergugu. Dia memejamkan mata lalu membukanya. Wajahnya kusut seperti pakaian yang tidak disetrika."Baru saja ... hm, maksud saya, baru tiga jam yang lalu," jawab perawat sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Rusly mencium aroma yang tidak sedap. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan perawat dari gelagatnya."Ka-kamu tidak berbohong 'kan?!" cecar Rusly dengan mengarahkan wajah perawat itu bertentangan tepat di mukanya. Manik matanya kini sudah saling adu pandang dengan sorot mata tajam.Perawat itu menghela napas lalu membuangnya dengan kasar. Dia hanya menggeleng
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status