Home / Pernikahan / Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 151 - Chapter 160

223 Chapters

Part 62B

Kali ini Bu Aisyah tidak bisa lagi berkelit. Semua yang dikatakan Wati benar. Otaknya masih saja terus mencari celah untuk mematahkan perkataan Wati."Jangan kamu mengira selama ini mentari tetap tersenyum menyapa bumi. Sekali-kali dia akan enggan menampakkan sinarnya." Wati melangkah menghampiri kursi lalu dia duduk dengan elegan. "Oh, ya. Satu lagi perlu kamu ingat, jangan sepele kepada setiap manusia! Jangan mengira air yang tenang tidak berbahaya. Suatu kelak dia akan menerkammu mentah-mentah," imbuhnya sambil mengambil cemilan yang ada di dalam toples.Bu Aisyah diam seribu bahasa. Bibirnya Kelu seolah beku. Di dalam hati dia mengucap istighfar berkali-kali. Hatinya tetap gelisah mendengar perkataan Wati. Selama ini dia merasa di atas terus, itu sebabnya dirinya merasa angkuh dan bisa melakukan apa saja yang dia mau. Menghalalkan cara demi apa yang dia mau."Sekarang ... mengakulah dengan jujur!" perintah Wati. Bu Aisyah heran kenapa Wati bisa nekat dan berani menyuruhnya. Padaha
Read more

Part 62C

"Ya," jawabku sambil mengangguk."Baiklah kalau begitu."Aku melangkah menuju parkiran dan diikuti Bu Larasati dan Bu Wati. Tidak perlu buang-buang waktu kami tiba di parkiran mobil depan rumahku.Kutekan tombol unlock lalu mempersilahkan Bu Larasati dan Bu Wati masuk dari pintu samping. Setelah semua aman, aku menyalakan mesin mobil lalu menekan tuas gas dengan penuh konsentrasi membelah jalan yang sudah mulai padat."Kita mau ke mana?" tanya Bu Wati memecahkan keheningan.Aku melirik wajah beliau dari kaca spion sambil menyalakan musik MP3. Setelah lagu terdengar menyala. Aku mencoba fokus ke jalan raya dan sesekali ikut nimbrung."Nggak tahu," jawab Bu Larasati dengan polos sambil memainkan ponsel miliknya. "Coba tanya saja kepada Nesya!" imbuhnya lalu menatap ke arah Bu Wati."Pokok Bu Wati dan Bu Larasati tenang saja. Aku akan membongkar semua rahasia Bu Aisyah dan Rusly. Biar mereka mau jujur dan berterus terang. Setelah itu, mereka harus bertanggungjawab dengan perbuatan yang
Read more

Part 63A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 63: Satu-Satu mulai terbongkar.[Bu Larasati telah membunuh Ayahnya Rusly. Karena pria yang kami cintai itu tidak bisa berlaku adil kepadanya. Itu sebabnya dia khilaf menghabisi nyawa mantan suaminya sekaligus ayah kandung dari anaknya.] Pesan itu masih saja terus masuk satu persatu. Aku hanya mampu membaca dan mencerna setiap kata demi kata.[Karena aku sudah terlanjur sayang dan sakit hati kepada Larasati, itu sebabnya aku menghalalkan cara demi mendapat sentuhan hangat dari pria yang kucintai. Walaupun itu hanya anaknya. Itu sudah lebih dari cukup bagiku menjalani kehidupanku dan rasa dendam ku terlampiaskan kepada Larasati.][Apa hubungannya kepadaku?!] Kali ini aku mencoba memberanikan diri untuk membalas pesan tersebut. Manik mataku tidak lepas dari layar ponsel untuk mendapatkan balasan apa yang hendak dia ketik.Titik tiga terus terlihat di layar gawaiku. Itu pertanda dia sedang mengetik. Namun, jiwa kesabaranku tidak ada. Mengetik saja c
Read more

Part 63B

"Ini adalah jampi-jampi sejenis pelet!" seru Bu Larasati.Aku terkejut batin. "Selama ini aku tidak pernah melihat ini di dalam box beras, Bu," ucapku datar. Wajahku pias setelah mendengar perkataan Bu Larasati. Bisa saja kedua bola matamu sudah ditutup sama Bu Aisyah agar kamu tidak melihat ini," balasnya mencoba meyakinkanku. Mulai dari kejadian ini aku mulai paham dan kenapa diriku bisa tunduk dan tidak bisa melepaskan Rusly dari genggamanku."Apa ada lagi tanda-tanda aneh alias tidak masuk akal yang pernah dilakukan Rusly selama membina rumah tangga?" cecar Bu Larasati tidak mau tinggal diam mengorek informasi."Maaf ibu, aku mengalihkan pembicaraan, boleh?" serangku melempar pertanyaan balik kepadanya. Aku mau nanya dan mencari informasi tentang pesan Bu Aisyah yang baru saja kuketahui."Silakan! Boleh ... kenapa tidak boleh," jawabnya sambil mengukir senyum.Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Pertanyaan ini sangat sensitif dan bisa menjerumus menuduh tanpa bukti. Akan tetapi
Read more

Part 63A

"Aku pernah tidur bersama dengan Bu Aisyah. Dia ngingo dan memanggil-manggil nama itu. Sangking paniknya beliau, aku sempat terbangun dari tidur pendekku," ucapku mencoba mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu."Coba kamu ceritakan informasi apa yang kamu terima darinya pada saat itu," desak Bu Wati. "Kalau sudah dapat informasi detail. Bisa kita menarik benang merahnya.""Sebenarnya Sudrajat itu belum meninggal. Dia itu masih hidup dan sehat wal afiat," jelasku terhenti. Aku menatap sorot mata Bu Larasati. Retinanya mendung ketika aku berkata seperti itu."Sungguh?!" tanya Bu Larasati dan Bu Wati serentak dengan mulut menganga. Kelopak matanya tidak berkedip sangking terkejutnya."Ya," jawabku pelan."Terus apakah kamu pernah bersua dengan Sudrajat?" tanya Bu Larasati lirih. Dia masih merindukan kehangatan tubuh suaminya yang direbut paksa oleh Bu Aisyah dari pelukannya. "Ya," jawabku kembali."Apakah kamu mengetahui keberadaannya?" cecar Bu Larasati kembali. Manik matanya mela
Read more

Part 64A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 64: Di jebakTernyata Rusly dan Bu Wati sedang berdebat di plataran parkiran. Aku memasang kaca mata lalu memperhatikan pergelutan yang ada. Kutajamkan pendengaran untuk mengetahui apa yang dipermasalahkan."Aku sudah memberikan informasi kepadamu. Malah kamu tidak memberikan feedback kepadaku sesuai yang kita janjikan lewat sambungan telepon," seru Bu Wati dengan nada emosi. Siapa pun itu orangnya, pasti kecewa kalau diphpin. Itulah yang dialami Bu Wati pada saat ini makanya dia tersulut emosi."Tenang! Aku akan memberikan apa yang kamu mau. Pokoknya kita harus tetap kompak dan kerja sama untuk menggagalkan rencana Nesya dan Bu Larasati. Yakin dan percayalah kepadaku," ucap Rusly mencoba meyakinkan Bu Wati. Namun, beliau masih merasa kesal. "Jangan seperti itulah wajahmu! Aku jadi tidak enak dan merasa bersalah kalau kamu menyajikan raut wajah yang masam."'Aku harus memutar haluan. Sepertinya Wati mata-mata Rusly dan Bu Aisyah. Aku tidak menyan
Read more

Part 64B

"Maafkan aku," ucapku dengan nada tidak teratur. Aku langsung menjaga jarak dan merapikan handuk kimono yang mau lepas. "Aa-aku tidak sengaja ... kepalaku sedikit pusing membuat tubuhku lemas," ucapku ngaur tidak tahu ke mana arahnya."Santai saja!" jawabnya datar sambil menundukkan pandangannya."Bagus sekali actingmu, Nesya," ucap Bu Aisyah dengan sorot mata menyalang. Aku tidak tahu kenapa beliau ada di ruang ini. "Ma-maksudmu apa, Ibu?!" balasku tidak terima kalau diriku dituduh yang tidak-tidak."Aku sudah mengetahui semua dan kamu itu hanya pura-pura mau mencari informasi tentang Sudrajat. Ternyata kamu ingin mencicipi tubuh six pax nya dengan dalih tubuhmu lemah karena kekurangan ion," serunya memojokkanku yang tidak-tidak. Aku mengulas senyum smirk agar tidak kelihatan lemah di depannya. "Terserah mau berkata apa dan menilaiku seperti apa!" jawabku datar dan polos."Ya ... itu memang hakku. Jangan merasa senang dulu! Aku sudah mempunyai bukti kalau kamu telah merayu dan menggo
Read more

Part 64C

"Ya. Aku masih menunggu iktikad baiknya," balasnya tidak mengambil keputusan yang tergopoh-gopoh.Aku sangat salut atas keputusan yang diambil beliau. Walaupun dirinya sudah dinyatakan meninggal, tetapi hatinya masih dingin dan tidak langsung tersulut emosi.Bu Aisyah diam sejuta bahasa. Dia merenung dengan bulir bening yang sudah sebak di pipi. Menyesal ... itulah yang dapat dia lakukan pada saat ini. Mau mengadu kepada sang ibu tercinta, sudah tidak ada lagi. Dulu selagi ibunya hidup. Apapun itu yang dia mau dan meskipun itu salah. Dia lakukan dan paksa agar keinginannya terkabul.Ternyata tidak selamanya hidup ini sesuka hati dan di atas. Terkadang kita dibenturkan dengan keadaan yang jauh menyimpang dari apa yang diharapakan. Terkadang jalan yang ditempuh sangat mulus dan tanpa ada sama sekali lubang dan tikungan. Kehidupan inilah yang membuat manusia tidak sadar akan hidup yang tidak kekal selamanya."Maafkan aku yang sudah mengikuti apa mauku. Aku mengakui salah dan murni ini un
Read more

Part 65A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 65: Pengakuan Pak Sudrajat Lagi"Tolong lepaskan aku, Sudrajat! Aku tidak mau mendekam seumur hidup di balik jeruji besi ini!" teriak Bu Aisyah tidak terima. Dia terus meronta laksana anak remaja yang lagi kesurupan. Aku mohon lepaskan aku!" imbuhnya lirih dengan isak tangis yang tiada tara. Bulir bening dan keringat sebak membasahi pipi dan keningnya."Aku melakukan ini kepadamu bukan suatu tanpa alasan." Sudrajat berkata santai, tetapi sangat menyayat hati. Ekor matanya memperhatikan retina mantan istrinya. "Harapanku ... kamu bisa berubah dan menginstropeksi diri setelah mendekam di penjara ini," imbuhnya."Aku tahu aku salah! Aku mohon beri kesempatan kepadaku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki diri," pintanya dengan lemas. Tubuhnya yang kekar kini terjerembab lemah. Kedua kaki menjulur begitu saja. Rambutnya yang ikal kini sudah tidak rapi. Penghuni tahan yang satu kamar dengannya hanya mampu tersenyum melihatnya ulah Bu Aisyah."Kalau
Read more

Part 65B

"Baiklah, jika bapak tidak mau berkata dengan jujur." Aku menyuap soto Medan ke dalam mulutku. Aku merasa senang ketika bersua dengan Pak Sudrajat.Alunan musik mengiringi makan siang ini. Aku tetap berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Biarpun itu Bu Aisyah sudah di balik jeruji besi. Masih banyak lagi yang akan terlibat dalam skandal rumah tanggaku. Utamanya Rusly sebagai dalang semuanya."Oh ya, Pak. Hm –," ucapku grogi sehingga aku tidak berani melanjutkan pembicaraanku. Aku menggaruk leherku yang tidak gatal."Ada apa?" sapa Pak Sudrajat sembari menikmati nasi gorengnya. Tidak perlu buang-buang waktu. Nasinya sudah habis dilahap dengan cepat. Pak Sudrajat meneguk jus Martabe (markisa dan terong belanda)."Apakah bapak sudah pernah menjenguk Bu Aisyah di penjara?" tanyaku memberanikan diri. Walaupun ada rasa takut, aku memberanikan diri agar penasaranku terobati."Ya. Tadi pagi aku ke sana." "Sungguh, Pak?!" tanyaku spontan. Intonasi nadaku jauh lebih kuat dari biasanya
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status