Share

Part 63A

Author: Pemanis Aksara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kain Basahan Basah di Kamar Mandi

Part 63: Satu-Satu mulai terbongkar.

[Bu Larasati telah membunuh Ayahnya Rusly. Karena pria yang kami cintai itu tidak bisa berlaku adil kepadanya. Itu sebabnya dia khilaf menghabisi nyawa mantan suaminya sekaligus ayah kandung dari anaknya.] Pesan itu masih saja terus masuk satu persatu. Aku hanya mampu membaca dan mencerna setiap kata demi kata.

[Karena aku sudah terlanjur sayang dan sakit hati kepada Larasati, itu sebabnya aku menghalalkan cara demi mendapat sentuhan hangat dari pria yang kucintai. Walaupun itu hanya anaknya. Itu sudah lebih dari cukup bagiku menjalani kehidupanku dan rasa dendam ku terlampiaskan kepada Larasati.]

[Apa hubungannya kepadaku?!] Kali ini aku mencoba memberanikan diri untuk membalas pesan tersebut. Manik mataku tidak lepas dari layar ponsel untuk mendapatkan balasan apa yang hendak dia ketik.

Titik tiga terus terlihat di layar gawaiku. Itu pertanda dia sedang mengetik. Namun, jiwa kesabaranku tidak ada. Mengetik saja c
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 63B

    "Ini adalah jampi-jampi sejenis pelet!" seru Bu Larasati.Aku terkejut batin. "Selama ini aku tidak pernah melihat ini di dalam box beras, Bu," ucapku datar. Wajahku pias setelah mendengar perkataan Bu Larasati. Bisa saja kedua bola matamu sudah ditutup sama Bu Aisyah agar kamu tidak melihat ini," balasnya mencoba meyakinkanku. Mulai dari kejadian ini aku mulai paham dan kenapa diriku bisa tunduk dan tidak bisa melepaskan Rusly dari genggamanku."Apa ada lagi tanda-tanda aneh alias tidak masuk akal yang pernah dilakukan Rusly selama membina rumah tangga?" cecar Bu Larasati tidak mau tinggal diam mengorek informasi."Maaf ibu, aku mengalihkan pembicaraan, boleh?" serangku melempar pertanyaan balik kepadanya. Aku mau nanya dan mencari informasi tentang pesan Bu Aisyah yang baru saja kuketahui."Silakan! Boleh ... kenapa tidak boleh," jawabnya sambil mengukir senyum.Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Pertanyaan ini sangat sensitif dan bisa menjerumus menuduh tanpa bukti. Akan tetapi

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 63A

    "Aku pernah tidur bersama dengan Bu Aisyah. Dia ngingo dan memanggil-manggil nama itu. Sangking paniknya beliau, aku sempat terbangun dari tidur pendekku," ucapku mencoba mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu."Coba kamu ceritakan informasi apa yang kamu terima darinya pada saat itu," desak Bu Wati. "Kalau sudah dapat informasi detail. Bisa kita menarik benang merahnya.""Sebenarnya Sudrajat itu belum meninggal. Dia itu masih hidup dan sehat wal afiat," jelasku terhenti. Aku menatap sorot mata Bu Larasati. Retinanya mendung ketika aku berkata seperti itu."Sungguh?!" tanya Bu Larasati dan Bu Wati serentak dengan mulut menganga. Kelopak matanya tidak berkedip sangking terkejutnya."Ya," jawabku pelan."Terus apakah kamu pernah bersua dengan Sudrajat?" tanya Bu Larasati lirih. Dia masih merindukan kehangatan tubuh suaminya yang direbut paksa oleh Bu Aisyah dari pelukannya. "Ya," jawabku kembali."Apakah kamu mengetahui keberadaannya?" cecar Bu Larasati kembali. Manik matanya mela

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 64A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 64: Di jebakTernyata Rusly dan Bu Wati sedang berdebat di plataran parkiran. Aku memasang kaca mata lalu memperhatikan pergelutan yang ada. Kutajamkan pendengaran untuk mengetahui apa yang dipermasalahkan."Aku sudah memberikan informasi kepadamu. Malah kamu tidak memberikan feedback kepadaku sesuai yang kita janjikan lewat sambungan telepon," seru Bu Wati dengan nada emosi. Siapa pun itu orangnya, pasti kecewa kalau diphpin. Itulah yang dialami Bu Wati pada saat ini makanya dia tersulut emosi."Tenang! Aku akan memberikan apa yang kamu mau. Pokoknya kita harus tetap kompak dan kerja sama untuk menggagalkan rencana Nesya dan Bu Larasati. Yakin dan percayalah kepadaku," ucap Rusly mencoba meyakinkan Bu Wati. Namun, beliau masih merasa kesal. "Jangan seperti itulah wajahmu! Aku jadi tidak enak dan merasa bersalah kalau kamu menyajikan raut wajah yang masam."'Aku harus memutar haluan. Sepertinya Wati mata-mata Rusly dan Bu Aisyah. Aku tidak menyan

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 64B

    "Maafkan aku," ucapku dengan nada tidak teratur. Aku langsung menjaga jarak dan merapikan handuk kimono yang mau lepas. "Aa-aku tidak sengaja ... kepalaku sedikit pusing membuat tubuhku lemas," ucapku ngaur tidak tahu ke mana arahnya."Santai saja!" jawabnya datar sambil menundukkan pandangannya."Bagus sekali actingmu, Nesya," ucap Bu Aisyah dengan sorot mata menyalang. Aku tidak tahu kenapa beliau ada di ruang ini. "Ma-maksudmu apa, Ibu?!" balasku tidak terima kalau diriku dituduh yang tidak-tidak."Aku sudah mengetahui semua dan kamu itu hanya pura-pura mau mencari informasi tentang Sudrajat. Ternyata kamu ingin mencicipi tubuh six pax nya dengan dalih tubuhmu lemah karena kekurangan ion," serunya memojokkanku yang tidak-tidak. Aku mengulas senyum smirk agar tidak kelihatan lemah di depannya. "Terserah mau berkata apa dan menilaiku seperti apa!" jawabku datar dan polos."Ya ... itu memang hakku. Jangan merasa senang dulu! Aku sudah mempunyai bukti kalau kamu telah merayu dan menggo

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 64C

    "Ya. Aku masih menunggu iktikad baiknya," balasnya tidak mengambil keputusan yang tergopoh-gopoh.Aku sangat salut atas keputusan yang diambil beliau. Walaupun dirinya sudah dinyatakan meninggal, tetapi hatinya masih dingin dan tidak langsung tersulut emosi.Bu Aisyah diam sejuta bahasa. Dia merenung dengan bulir bening yang sudah sebak di pipi. Menyesal ... itulah yang dapat dia lakukan pada saat ini. Mau mengadu kepada sang ibu tercinta, sudah tidak ada lagi. Dulu selagi ibunya hidup. Apapun itu yang dia mau dan meskipun itu salah. Dia lakukan dan paksa agar keinginannya terkabul.Ternyata tidak selamanya hidup ini sesuka hati dan di atas. Terkadang kita dibenturkan dengan keadaan yang jauh menyimpang dari apa yang diharapakan. Terkadang jalan yang ditempuh sangat mulus dan tanpa ada sama sekali lubang dan tikungan. Kehidupan inilah yang membuat manusia tidak sadar akan hidup yang tidak kekal selamanya."Maafkan aku yang sudah mengikuti apa mauku. Aku mengakui salah dan murni ini un

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 65A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 65: Pengakuan Pak Sudrajat Lagi"Tolong lepaskan aku, Sudrajat! Aku tidak mau mendekam seumur hidup di balik jeruji besi ini!" teriak Bu Aisyah tidak terima. Dia terus meronta laksana anak remaja yang lagi kesurupan. Aku mohon lepaskan aku!" imbuhnya lirih dengan isak tangis yang tiada tara. Bulir bening dan keringat sebak membasahi pipi dan keningnya."Aku melakukan ini kepadamu bukan suatu tanpa alasan." Sudrajat berkata santai, tetapi sangat menyayat hati. Ekor matanya memperhatikan retina mantan istrinya. "Harapanku ... kamu bisa berubah dan menginstropeksi diri setelah mendekam di penjara ini," imbuhnya."Aku tahu aku salah! Aku mohon beri kesempatan kepadaku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki diri," pintanya dengan lemas. Tubuhnya yang kekar kini terjerembab lemah. Kedua kaki menjulur begitu saja. Rambutnya yang ikal kini sudah tidak rapi. Penghuni tahan yang satu kamar dengannya hanya mampu tersenyum melihatnya ulah Bu Aisyah."Kalau

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 65B

    "Baiklah, jika bapak tidak mau berkata dengan jujur." Aku menyuap soto Medan ke dalam mulutku. Aku merasa senang ketika bersua dengan Pak Sudrajat.Alunan musik mengiringi makan siang ini. Aku tetap berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Biarpun itu Bu Aisyah sudah di balik jeruji besi. Masih banyak lagi yang akan terlibat dalam skandal rumah tanggaku. Utamanya Rusly sebagai dalang semuanya."Oh ya, Pak. Hm –," ucapku grogi sehingga aku tidak berani melanjutkan pembicaraanku. Aku menggaruk leherku yang tidak gatal."Ada apa?" sapa Pak Sudrajat sembari menikmati nasi gorengnya. Tidak perlu buang-buang waktu. Nasinya sudah habis dilahap dengan cepat. Pak Sudrajat meneguk jus Martabe (markisa dan terong belanda)."Apakah bapak sudah pernah menjenguk Bu Aisyah di penjara?" tanyaku memberanikan diri. Walaupun ada rasa takut, aku memberanikan diri agar penasaranku terobati."Ya. Tadi pagi aku ke sana." "Sungguh, Pak?!" tanyaku spontan. Intonasi nadaku jauh lebih kuat dari biasanya

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Part 66A

    Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 66: Jangan Sentuh Aku"Waktu besuk sudah selesai," ucap penjaga sipir. Aku menatap sorot mata pria itu. Berharap ada tambahan waktu. Namun, aturan tetap aturan. Tidak bisa diganggu gugat. Sebut saja namanya Leo. Leo menuntun Bu Aisyah agar berdiri dan melangkah menuju jeruji besi. Akan tetapi, beliau meronta dan tidak terima."Aku belum selesai bicara. Jangan paksa aku bersifat arogan di sini," berangnya tidak karuan. Dia terus meronta agar tidak dipaksa masuk ke dalam kamar."Kasihan juga Bu Aisyah. Pasti batinnya tersiksa akibat dia di jebloskan ke dalam penjara," ucapku sambil menggeleng kepala. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan. Apa yang kita semai pasti itu yang kita tuai. Maka dari itu, jangan sesekali berbuat khilaf dan dosa jika tidak mau menanggung akibatnya dihari senja kelak. Lebih baik kita terus berbuat baik walaupun kebaikan kita itu tidak pernah dibalas seseorang. Kita tidak tahu ke

Latest chapter

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 101: Pengantin Batu Stok Lama

    "Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100B: Ziarah

    Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 100: Kapan Aku Menandatanganinya

    "Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98C

    Suasana mulai reda. Dia melihatku dengan sorot mata tajam. Namun, aku mencoba santai dan terus memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan. Aku tidak boleh lengah apalagi jatuh ke dalam perangkapnya."Jangan kamu merasa menang dalam pergulatan ini!" ucapnya menyindir. Ekor retinanya terus memantau."Mau kalah, mau menang itu urusan Allah." Aku menjawab begitu saja. Kulirik ke arah sekitar tidak ada sama sekali yang mau melerai. Padahal sudah adu mulut dengan nada tinggi. Bahkan hampir saja jambak-jambakan. "Apa aku harus menguburmu hidup-hidup biar kamu tidak bisa lagi menggangguku?" imbuhku menyindirnya."Apa aku tidak salah dengar?!" jawabnya sinis. Dia merasa menang. Idenya kini muncul. "Buktinya saja, aku mampu mengirim Dhea ke alam kubur dalam durasi satu bulan."Deg!Hatiku merasa tersayat bahkan teriris."Apakah kamu tidak curiga atas kepergian buah hatimu dengan Rusly?"Aku berpikir sejenak. Dan ingin menjebaknya kembali."Aa-apa?" tanyaku terbata pura-pura. Aku merogoh ponsel

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:

    Hari terus berlalu. Aku merenungi nasib malang yang tidak pernah aku bayangkan. 'Apakah aku harus menerima Rusly kembali? Atau menjanda selamanya?'Tidak tahu harus berbuat apa. Aku semakin bingung dan frustasi. Aku memejamkan mata sejenak untuk sekedar menghilangkan rasa resah dan gelisah."Mau sampai kapan kamu menjanda, Nesya?" tanya Rusly setengah membentak. Pertanyaannya sangat tidak enak didengar telingaku. Aku hanya bisa diam dan membisu dikala pertanyaan saat itu terlontar dari tepi bibirnya.Sakit, perih dan bahkan ngilu begitu kentara ketika aku mengingat semua sifat buruk mantan suamiku.Daripada aku takut putus asa membuat otak tidak bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Aku beranjak dari atas dipan lalu menaut wajah di depan cermin lemari hias."Aku butuh healing sepertinya," ucapku setelah melihat rias wajahku sudah pas dan netral. Aku mengambil nakas di atas nakas yang sedang di cas. Kucopot chatger-nya lalu memesan transportasi online dengan semangat. Ti

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 99A: Berakhir di KUA

    "Seharusnya kamu tidak berbuat seperti itu, Rusly!" sindirku dengan nada naik dua oktaf."Rasa empati dan simpatiku sudah hilang semenjak kamu bermesraan dengan pria lain dan disaksikan oleh kedua bola mataku!" kilahnya seolah mau menang sendiri. Aku saja muak mendengar ucapannya. Seolah-olah dirinya lah yang paling suci di atas muka bumi ini."Kalau kamu hilang rasa empati ataupun simpati. Kenapa masih berdiri di situ!" ejekku dengan melipat ke dua tangan lalu diletak sejajar dengan dada. "Bilang saja kamu masih kangen dan ingin berusaha agar kembali ke dalam pelukanmu," imbuhku menyindir.Kepalanya mulai nyut-nyutan dan tidak bisa diajak kompromi untuk mencari jawaban. 'Sial! Bisa saja dia mengetahui apa yang sedang aku alami,' ucapnya bermonolog."Kalau kamu memang tidak suka dan merasa jijik melihatku. Aku rasa kamu tidak akan kembali menemui ku laksana seperti sekarang ini," kilahku sembari mengejek dirinya.Aku memastikan kalau dirinya pasti sudah mati kutu. Buktinya saja, dia

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98B: Dituduh jadi Berang-berang

    Setelah Pak Bambang merogoh dompet guna untuk mencari tahu identitas korban, aku masih terus terisak dan tidak sabar menunggu hasil yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama, Pak Bambang sudah mendapat dompet. Dia berdiri tegak lalu membuka dompet yang baru saja dia temukan di dalam kantong celana. "Apakah nama suami ibu bernama Anton?" tanyanya dengan sedikit menatap ke arahku.Aku tidak terlalu menyimak apa yang ditanyakan beliau. "Bo-boleh diulangi lagi?" tanyaku ragu dengan wajah mendongak. "Apakah nama suami ibu Anton?" tanyanya ke dua kalinya dengan nada sedikit kesal.Setelah kupertajam pedengaranku, aku sudah mendapat jawaban pasti. "Be-berarti ii-ini bukan suami saya," jawabku terbata. Aku baru sadar sudah menangisi jasad pria lain. Bisa saja itu suami wanita lain yang sedang menunggu kehadirannya di tengah istana syurga yang dibangun bersama wanita yang tidak lain ibu dari buah hatinya."Kalau nama suami ibu bukan Anton, berarti jasad yang sudah engkau tangis bukan suami at

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2: Part 98: Kecelakaan Maut

    Dua hari setelah kejadian itu, aku selalu teringat kepada Rusly. Resah dan gelisah kini menghantui diriku. Habis main sosial media sambil rebahan aku bangkit lalu melangkah ke arah dapur. Lapar, tetapi tidak selera makan. Kembali lagi aku ayunkan telapak kaki ke arah teras sampai aku merasa bosan dan jenuh.Ponselku yang berdering tidak aku hiraukan sangking tidak enaknya perasaan dan badanku. 'Apakah Rusly sudah memeletku?' batinku sembari menautkan wajah di cermin. Aku memperhatikan pelan-pelan mukaku di kaca. Padahal kaca itu bukan cermin melainkan kaca jendela. 'Semoga saja tidak ada sangkut pautnya dengan Rusly.' Aku mencoba mengambil handuk yang di jemur di halaman belakang. Resah dan gelisah semakin tidak karuan membuatku ingin segera mandi.Setelah kuraih handuk. Kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Di atas dipan layar ponselku sudah kedap-kedip dan nada dering sudah terdengar jelas. Segera aku meraih kotak persegi itu lalu lamat-lamat kuamati. 'Nomor baru memanggil,' ucapku

  • Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi   Season 2:. Part 97B: Jalan Pintas

    "Maaf kalau aku sudah lancang menggendongmu dan membawa dirimu ke rumah kontrakanku," Aku terbangun dan ternyata aku hanya mimpi. Andai saja semua itu benar, aku sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kusapu pandangan ke arah sekitar. Senyum simpul lahir di sudut bibirnya, Rusly."Apa yang terjadi kepadaku?! Kenapa aku ada di sini?!" amukku seolah tidak terima kalau pria yang tidak mahram itu menyentuhku."Tadi kamu pingsan di pusaranya, Dhea. Untung saja kunci mobilku ketinggalan di sana tepat di batu nisannya, Dhea." Rusly mencoba menjelaskan dengan berkata jujur. Walaupun sebenarnya dia ragu dengan kejujurannya tidak kuterima."Pasti itu semua akal busukmu 'kan?!" sergahku tidak terima."Aa-aku berkata jujur! Aku tidak ada maksud jahat walaupun terlintas di dalam otakku ide jahat untuk menjebakmu," selanya dengan spontan. Dia terkejut kenapa bisa berkata seperti itu."Maksud ide jahat itu apa?!" tanyaku mengintrogasi. Aku mulai duduk dan menyandrkan tubuh ke tepi ranjang.Rusly mulai

DMCA.com Protection Status