Home / Romansa / Malam Pertama Dengan Majikan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Malam Pertama Dengan Majikan : Chapter 61 - Chapter 70

91 Chapters

Bab 61

"Eh?" Mas Andra menurunkan Aura setelah anak kecil itu berhasil mengambil es krim yang dimau. "Maaf, Mbak Nesha, saya dan istri mau istirahat." "Oh, begitu, ya. Ya sudah, Aura, kita pulang, yuk. Sepertinya Papa mau istirahat sama Keysha." Deg! Ada yang terbakar di dalam sini ketika mendengarnya memanggilkan Papa untuk Aura. "Maaf, Mbak Nesha. Tapi saya rasa, jangan biasakan Aura memanggil Papanya Keysha dengan sebutan Papa. Apalagi jika itu keluar dari mulut Mbak Nesha. Saya sebagai istri Mas Andra, merasa tidak ridho." Wajah Nesha memerah. Entah malu, atau dia merasa tersinggung. Tapi jikalau tersinggung, kenapa? Ia tak memiliki hak apapun. "Iya, permisi." Aku pun mengangguk, lalu membuka kulkas, saat berbalik, kulihat Mas Andra tengah menatapku tajam. "Kenapa, Mas?" "Kenap kamu kaya gitu tadi, Ning?" "Loh, Mas gak terima?" "Bukan, tapi ... Apa istriku ini sedang cemburu?" "Cih." Aku mendecih. "Mama, kenapa larang Aura buat manggil Papa dengan sebutan yang sama dengan
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 62

"Kok Mbak Nining ngomongnya gitu? Saya kan cuma minta tolong," ucapnya sambil menundukkan air matanya.Halah, paling akting!Aku menggeleng ke arah Mas Andra agar ia menolak permintaannya dan gegas berangkat ke kantor. Namun sepertinya suamiku itu tak peka, hingga akhirnya aku mendorong ia masuk dan menyuruhnya berangkat."Mbak Nining jahat banget sama kita. Padahal salah kita apa, Mbak? Cuma mau minta tolong nebeng sampe sekolahan.""Denger nih ya, Mbak. Kalau nebeng searah sih gapapa. Tapi ini kan lawan arah. Suami saya juga harus kerja. Saya nggak suka ya, kalau Mbak Nesha seperti ini.Jangan Mbak pikir bisa seenaknya masuk ke kehidupan kami. Ingat, Mbak ini janda, jadilah wanita yang bisa menjaga marwahnya. Saya minta maaf, tapi kita hanya bertetangga."Aku pun masuk ke dalam rumah dan meminta maaf sama Bu Mega karena telah menciptakan kegaduhan."Maafin Nining ya, Bu. Soalnya kesel sama dia.""Iya, nggak papa. Ibu juga gak suka sama dia. Kalau manggil Andra suka papa-papa, jadi k
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 63

"Nanti sore Ibu sama Murni pulang, ya? Udah dua hari di sini, kasihan Bapak ditinggal sendirian di rumah."Aku mengangguk, meskipun sejujurnya sangat ingin Ibu dan Bapak tinggal di kota. Tapi mau bagaimana lagi?"Biar di antar sopir saja nanti ya, Bu," ucapku."Nggak perlu, Ning. Biar Ibu sama Murni naik bis saja," ucap Ibu."Ih kok naik bis? Nggak, Bu, diantar supir aja. Biar nanti gampang kalau mau buang air kecilnya," ucapku.Akhirnya Ibu mengangguk, aku pun membuka ponsel dan mengetik pesan untuk Mas Andra. Mumpung dia sedang online.[Mas, Ibu sama Murni mau pulang nanti sore. Bisakah pakai Pak Tusdi untuk mengantarnya?][Kok cepet banget, Ning?][Iya, Mas, katanya nggak enak sama Bapak. Mas, boleh nggak kalau Pak Tusdi mengantarmya?][Boleh, Sayang.]Aku tersenyum, bahagia karena memiliki suami baik seperti dirinya. Lelaki tampan dengan sejuta pesona, hihi.[Makasih, Mas.][Sama-sama.]--"Hati-hati di jalan ya, Bu," ucapku."Iya, Nduk, kamu jaga kesehatan di sini, ya."Aku menga
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 64

Aku berjalan mendekati mereka. Mas Andra terlihat salah tingkah saat mendapati aku tepat berada di depannya. "Kok bisa bareng?" tanyaku. "Tadi ketemu di jalan, Mbak," jawab Mbak Nesha. "Nggak nanya ke situ. Kenapa, Mas?" "Maaf, Ning. Tadi, aku keluar dari minimarket depan sana, pas banget ada Mbak Nesha di dekat mobil. Jadi Mas ajak aja sekalian," ucap Mas Andra dengan wajah yang bersalah. Aku menghela napas panjang, lalu menatap tajam pada janda satu anak centil bin ganjen itu. Bisa-bisanya, ia sengaja menunggu Mas Andra di minimarket? "Aku tahu, Mbak. Suamiku ini ganteng, kaya, baik. Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya menggodanya, ya! Nggak tahu malu banget. Bisa-bisanya di depan mata istri sah, kamu dengan santainya keluar dari mobil pria yang bukan mahram kamu!" ucapku padanya. Mbak Nesha malah asyik memainkan kuku. Lama-lama, jiwa kalem dalam tubuhku menghilang jika dihadapkan dengan wanita bak ular betina macam dia. "Denger gak lo, L*nte!" teriakku sambil menarik ram
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 65

Aku dan Keysha menoleh, ternyata ada Aura yang tengah berdiri di pintu. Aku melambaikan tangan, menyuruhnya masuk. Meski aku kesal dengan ibunya, tapi tidak dengan anaknya. "Key mau jalan-jalan, ya?" tanya Aura. "Iya, Ra," jawab Keysha. "Aku juga pengen jalan-jalan.""Ajak Mamamu, Sayang," jawabku, namun ia menggeleng. "Mana mau, Tante? Mama selalu marah kalau Aura merengek."Aku terdiam. Ternyata, sikap seolah sayang pada anak itu, ternyata hanya kebohongan semata? Padahal, jika di rumah sini, Mbak Nesha selalu bersikap baik pada Aura, nyatanya itu untuk menarik perhatian Mas Andra saja rupanya. "Sekarang, Mama lagi apa?" tanyaku. "Mama lagi main hape, Tante. Aura lapar." "Loh, ini sudah jam sepuluh, Aura belum makan?" Aura menggeleng. Aku menjadi iba. Apa saja yang dilakukan Mbak Nesha hingga menelantarkan anak ini? Segera kuajak Aura untuk makan, lalu menyuapinya. Anak itu makan dengan lahap. Aura setahun lebih tua dari Keysha, namun badannya amat lah kurus dan tak terawat
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 66

"Enak aja! Nggak mau lah! Saya mau ajak anak saya jalan-jalan. Ya sudah, permisi!" Aku pun naik ke mobil dan menyuruh Mas Andra melajukan mobilnya. Aku melambai sambil tersenyum manis pada Mbak Nesha. Sengaja, biar ia makin terbakar. Astaghfirullah, ya Allah! Ampuni hamba! Hamba terlalu dalam menaruh kebencian. Namun, jika dibiarkan, bisa saja semakin lama ia akan menggerogoti setiap inci dinding pernikahan kami. Terlebih lagi, Aura tipikal anak yang suka mengadu pada orang tuanya. Mending kalau orang tuanya bener, ini kan somplak! "Mama, kenapa sih suka berantem terus sama mamanya Aura?" tanya Keysha. "Siap yang berantem, Nak? Mama hanya bercanda saja kok sama Tante Nesha," ucapku berbohong. "Oh, gitu ya, Ma? Key kira Mama dan Tante Nesha bertengkar." Aku hanya nyengir dan mengangguk. Benarkah tindakanku ini? "Kenapa bohong, Dek?" tanya Mas Andra sambil berbisik. "Ya gimana lagi? Masa aku harus jujur kalau kita emang berantem? Nanti kalau mereka niru gimana?" Mas Andra hany
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 67

[Heh? Kenapa bisa begitu bu ngomongnya? Atas dasar apa?] [Tadi, Bu Nesha update status. Ibu nggak lihat?] [Ya kan saya nggak nyimpannya, Ibu Wina, bagaimana caranya saya melihat statusnya?] Lalu, Bu Wina mengirimkan sebuah tangkapan layar dari status Mbak Nesha yang ternyata lebih dari satu. Sungguh amazing janda satu anak itu! Bukannya ngajak anaknya liburan, malah ngomel di status. Dikira, kalau udah ngomel, bakal ada yang ngajak jalan-jalan, gitu? Status Mbak Nesha:[Tega banget pamer mau jalan-jalan ke anakku. Diajak juga nggak, malah dihina nggak pernah diurus sama mamanya. Bilang juga papanya gak ada, gimana perasaan kalian, kalau anak kalian digitukan] [Lihat saja! Allah itu tidak tidur. Sekarang kamu menghina kami, nanti suatu saat akan kami hina balik kamu] Aku hanya menggelengkan kepala, bingung dengan cara berpikirnya Mbak Nesha itu. Di mana letaknya aku ini pamer? Kalau dia ngeliat aku naik mobil, ya bukan pamer namanya. Kan rumah kami depan-depanan. Astaghfirullah!
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 68

"Maaf ya, Ibu-ibu. Saya nggak pernah pamer sama Aura. Juga nggak pernah nuduh Mbak Nesha dengan sebutan pelakor andai dia nggak memulai duluan," ucapku. "Maksudnya apa, Bu Nining?" tanya Bu Wina. "Awal saya kembali ke sini, setelah tinggal di kampung kurang lebih enam bulan, dia di rumah saya bahkan memanggilkan Mas Andra dengan sebutan Papa, pada Aura. Bu Wina, seandainya apa yang menimpa saya ini, menimpa pada Bu Wina, memang baka diam saja?" tanyaku. "Iya juga sih," jawabnya, yang lain pun ikutan berbisik. "Ya kalau saya sih biasa saja, Bu Nining. Namanya juga anak-anak," jawab Bu Isah. Aku mendelik, lalu mendekat ke arahnya yang sibuk memilih kangkung. Apa katanya? Biasa aja? Namanya anak-anak? Wah, salah pemikiran kalau begini. "Jadi begini ya, Bu Isah. Apa Ibu Isah lupa, dengan status sendiri? Bu Isah ini kan janda. Jadi mungkin bisa memaklumi, seandainya sudah punya suami lagi, apa yakin masih bisa bersikap biasa saja?" tanyaku sambil meremas terong yang tengah kupegang.
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 69

Jangan terlalu dipikirkan. Jadi, tadi nggak belanja?" tanya Bu Mega. Aku hanya nyengir, lalu menggeleng. Bu Mega pun ikut menggelengkan kepalanya, kemudian memanggil Desi. "Belikan daging, kentang, sama cabai di tukang sayur depan, Des." "Baik, Nyah..." Setelah kepergian Desi, aku masih duduk di meja makan. "Oh iya, Bik Minah mau sampai kapan di kampung, Bu?" tanyaku. "Minggu depan juga balik, katanya. Kamu ketemu waktu itu?" Aku mengangguk. Bik Minah memang sudah mau sebulan tinggal di kampung, sebab anaknya dilarikan ke rumah sakit. Ia terlibat dengan tawuran dan mengakibatkan luka bacok di punggungnya. "Semoga anaknya cepat sembuh. Terakhir dengar sih sudah masa pemulihan. Lukanya panjang dan cukup dalam." "Iya, Nining juga lihat pas lagi di kampung. Tidurnya aja tengkurep. Kadang kalau lagi nggak sadar, suka telentang dan berakhir dengan sakit." "Itu lah, anak jaman sekarang bukannya cari uang yang benar malah ikutan tawuran begitu." Aku mengangguk. Jadi teringat dengan
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 70

"Aura di rumah?" tanyaku pada Keysha."Tadi sih Key lihat, lagi mainan boneka di teras pas mamanya nyiram bunga," jawab Keysha. Aku hanya ber-oh ria. Ah, ya, mungkin Mbak Nesha masih marah padaku sehingga tak mengizinkan anaknya untuk main. Tapi, kenapa? Bukan kah seharusnya jangan sampai mencampurkan urusan orang dewasa dengan anak-anak? "Boleh kan, Ma?" "Boleh, dong. Kasihan juga Dedek Ghani sama Shani kalau diajak main terus setiap minggu. Lebih baik di rumah, istirahat sama Papa. Bener kan, Mas?" tanyaku pada Mas Andra. "Eh? Iya, bener yang dibilang Mama. Key, sarapan dulu ya sama Mbak Sinta," ucap Mas Andra sambil memanggilkan Sinta, lalu menggendong Ghani dan membawanya keluar. Ghani memang dekat dengan papanya, sementara Shani terkesan biasa saja. Entah? Biasanya, anak perempuan begitu senang dengan papanya. Usia mereka pas enam bulan seminggu yang lalu, sehingga aku memutuskan untuk memulai memberikan makanan pendamping asi pada mereka. Setelah mencari di google sepanjan
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status