Home / Romansa / Sisi Lain Pelakor / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Sisi Lain Pelakor: Chapter 71 - Chapter 80

114 Chapters

Bab 71

Pov Farel"Pasien terakhir kan, Sus?" tanyaku. "Iya, Dok.""Alhamdulillah," ucapku seraya melepas jas putih yang menempel di tubuh. Masuk pagi pasien selalu antre hingga terkadang membuatku merasa kelelahan. Namun aku tetap menikmatinya karena menjadi dokter adalah impianku sejak kecil. "Dokter Farel ditunggu Dokter Pramana di ruangannya." Aku menghembuskan napas kasar lalu menganggukkan kepala. Dengan langkah gontai aku menuju ruangan papa. Entah apa yang ingin dia bicarakan padaku? Apa papa tidak tahu jika aku sedang terburu-buru? Setiap kali aku berpapasan dengan suster atau dokter saat menuju ruangan papa, mereka pasti tersenyum ke arahku. Menjadi putra pemilik rumah sakit membuatku seakan diistimewakan. Meski sebenarnya aku enggan. Pintu kudorong ke dalam setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Papa sudah duduk di sofa sambil melihat ke arahku. Tangannya menepuk sofa memintaku duduk di sebelahnya. Aku yakin ada hal penting yang akan ia bicarakan. Tapi apa? "Ada apa,
last updateLast Updated : 2022-07-12
Read more

Bab 72

Pov Farel"Ya Allah, Ma. Aku tak serendah itu, meski aku pernah satu kamar dengannya tapi aku tak pernah melakukan hal yang tidak-tidak. Yasmin juga tak serendah itu.""Satu kamar?" Mama menatapku tajam. Aku merutuki kebodohanku. Bisa-bisanya kelepasan bicara disaat yang tidak tepat. Mama pasti semakin membenci Yasmin. Jalan untuk mendapatkan restu sangatlah susah. "Jangan berpikir yang tidak-tidak, Ma! Farel akan ceritakan awal bertemu dengan Yasmin." Aku membalikkan badan, mata ini kembali menatap langit yang berwarna hitam. "Aku bertemu dengan Yasmin secara tidak sengaja. Tepatnya di jalan dekat pantai. Saat aku berlibur ke Bali beberapa bulan yang lalu ...." Aku mulai menceritakan semuanya. Mama diam seraya mencerna setiap kata yang keluar dari mulut ini. "Yasmin pernah meminta uang padamu?" tanya mama dengan suara lembut, tak setinggi tadi. "Yasmin tak pernah meminta uang sepeser pun, Ma. Aku yang menyewa kontrakan dan memberinya modal usaha. Semua kulakukan agar Yasmin bisa
last updateLast Updated : 2022-07-13
Read more

Bab 73

Yasmin dan Brian menoleh bersamaan kala mendengar suara benda jatuh, tidak keras tapi mampu mengusik kemesraan mereka. Melihat kedatangan Farel spontan membuat Yasmin melepaskan genggaman tangan Brian. Kini ia melihat Farel dengan rasa bersalah. Yasmin berdiri lalu melangkah mendekati Farel. Dengan cepat Farel memasukkan kotak berisi cincin ke dalam saku celana. Lalu dia segera menundukkan tubuhnya untuk mengambil seikat bunga yang tak sengaja ia jatuhkan. "Bunga untuk siapa, Rel?" Yasmin mengambil seikat mawar putih lalu menciumnya. "Kamu suka?" tanya Farel datar. "Aku suka, sangat menyukai mawar putih. Tapi ini untuk siapa?" Yasmin menggeser seikat bunga dari depan wajahnya lalu menatap Farel lekat. Namun Farel justru mengalihkan pandangan ketika mata mereka saling bertemu. Yasmin mengembalikan seikat mawar yang ada di tangannya. Awalnya dia mengira bunga itu untuknya. Namun melihat sikap dingin Farel membuat Yasmin sadar jika bunga itu bukanlah untuknya. Brian mengepalkan tan
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 74

Farel menepikan kendaraan roda empat miliknya di pinggir jalan. Dia pukul stang mobil berkali-kali lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Farel menitikkan air mata. Menangis dalam kesendirian. Khayalan indah bersama Yasmin hilang dalam sekejap mata. Angan untuk bersama menjalin kisah indah nyatanya hanya fatamorgana. Farel terluka, tapi tak berdarah. "Ya Allah, kenapa sesakit ini? Harusnya aku sadar dari awal jika Yasmin tak pernah menaruh hati padaku. Harusnya aku pergi sebelum rasa itu merasuk lebih dalam di sanubari," gumam Farel. Cinta tak pernah bisa memilih ke mana dia akan berlabuh. Dan itu yang Farel rasakan. Hatinya telah menetap kepada Yasmin, meski dia tahu betapa kelam masa lalu Yasmin. Namun Farel tak memperdulikannya. Dan kini dia kecewa dengan rasa yang tumbuh di hati karena tak seiring takdir Tuhan. Setelah hatinya mulai tenang, ia segera memutar anak kunci mobil sesuai jarum jam. Perlahan mobil miliknya berjalan menuju perumahan mewah tempatnya tinggal
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 75

[Aku merindukanmu,Sayang]Aku mengernyitkan dahi membaca pesan dari nomor baru. Sebuah tanda tanya besar menari-nari di benakku. Siapa pengirim pesan itu? Farel atau Rian. Tapi tak mungkin Farel,kami sudah tak saling menanyakan kabar. Bahkan keberadaannya pun aku tak tahu. Dia seolah tenggelam di dalam Samudra Hindia. Rian? Ah,tak mungkin. Baru saja kami bertemu ,tak mungkin dia bilang rindu.Aku letakkan kembali ponsel di atas meja. Lebih baik menyetrika baju pelanggan dari pada sibuk memikirkan pesan dari nomor tak jelas itu.Kriingg... Kriingg.... Baru beberapa detik ponsel kuletakkan, kini benda pipih itu kembali bernyanyi. Sedikit kesal aku membalikkan badan lalu mengambil benda canggih itu. Sebuah panggilan dari nomor yang sama.Sebenarnya siapa dia? Sudah mengirim pesan tak jelas, telepon lagi."Assalamu'alaikum ...," salamku datar.“Ini kamu,sayang? Ya ampun,aku sangat merindukanmu, my baby.”DEGJantung seakan berhenti berdetak saat ini juga. Suara itu,suara seseorang yang in
last updateLast Updated : 2022-07-15
Read more

Bab 76

Ya Tuhan ... kenapa Engkau harus mempertemukan kami lagi? Rasanya ingin menghilang agar tak bertatap muka dengan Om Bagas lagi. Namun sayang,aku tak memiliki ajian atau mantra untuk itu.“Kamu mau ke mana,Yasmin? Tidakkah kamu merindukanku?” ucapnya seraya menatapku lekat. Dengan cepat kualihkan pandangan.“Lepas,Om!” Kutepis tangannya,tapi justru Om Bagas semakin menggenggamnya erat.“Aku mau kita bicara,Sayang.”“Aku mau pulang. Om Bagas jangan pernah mengusik hidupku lagi,anggap saja kita tak pernah saling mengenal.” ucapku tanpa menoleh ke arahnya.“Ayolah,Yasmin. Aku akan menuruti semua keinginanmu. Aku mencintaimu,sungguh.”“Lepas atau aku akan teriak!” “Kalau kamu teriak dan tidak mau ikut denganku, maka video itu akan kusebar di media sosial.”Aku menelan ludah mendengar ucapnya. Ya Allah,kenapa aku sampai lupa jika Om Bagas memiliki video saat berhubungan badan denganku. “Yasmin,kenapa kamu seceroboh itu?” rutukku dalam hati.“Ayo,sayang!” Om Bagas menuntunku menuju mobil.
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 77

Pov BagaskaraAku diam seraya menahan gejolak dalam dada. Beginikah rasanya menunggu sebuah kepastian? Apa ini yang selalu Yasmin rasakan saat aku meminta dia untuk menungguku. Sayang, sungguh maafkan aku yang membuatmu terlalu lama menantikan kejelasan hubungan kita. Aku duduk di samping Yasmin yang masih diam membisu, pandangannya lurus ke depan. Sedikit pun dia tak pernah melirik ke arahku. Dia bukan seperti Yasmin yang kukenal. Yasmin yang selalu bergelayut manja kala bersamaku, bukan justru membatu dan mengabaikan aku. Kepala ini bergerak ke kanan dan ke kiri saat melihat pakaian yang menempel di tubuh Yasmin. Tak ada pakaian mini atau ketat yang dulu membuatku tertantang. Beberapa bulan tak bertemu dan sekarang dia jauh berbeda. Bukan lagi Yasmin yang membuatku tergila-gila.Apa karena tak memiliki uang membuatnya seperti ini? Ah, pasti dia akan kembali seperti dulu jika hidup bersamaku. Ya, pasti. "Sayang, will you marry me?" Kugenggam tangannya tapi ditepis kasar. "Kenapa
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

Bab 78

Pov BagaskaraEntah dorongan dari mana hingga membuatku semakin mendekat ke arah Yasmin. Kusibak selimut yang menutupi tubuhnya. Wajah ini kian kudekatkan, tinggal beberapa senti hingga hidung kami saling menempel. Dengan cepat kutempelkan bibir ini di tempat yang sama. "Lepas!" Yasmin mendorong tubuhku. "Aku tidak mau menikah dengan Om Bagas. Aku tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang lain. Sadar Om... Ini tidak benar! Kasihan anak-anak Om."Aku mengusap wajah kasar. Perkataan Yasmin membuat hasratku hilang seketika. Aku duduk di atas ranjang dengan mata lurus ke depan. Wajah Brian dan Andre tiba-tiba menari-nari di pelupuk mata. "Pergilah, sebelum aku berubah pikiran," ucapku seraya mengibaskan tangan. Dengan cepat Yasmin berlari ke pintu lalu menghilang. Beberapa saat aku termenung. Ucapan Yasmin benar-benar mengusik pikiranku. Semenjak bersama Yasmin aku melupakan anak-anak. Mereka memang sudah dewasa tapi tetap saja membutuhkan figur seorang ayah. Namun aku justru memik
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

Bab 79

Aku berputar-putar di depan cermin, kupindai penampilan dari ujung kepala hingga kaki. Kulot coklat dipadukan dengan kaos berwarna putih tampak cocok menempel di tubuhku. Tak lupa kupoles bedak tipis di wajah. Rambut kubiarkan tergerai begitu saja.Tin ... Tiinn....Suara klakson motor terdengar nyaring di telinga. Segera kusambar tas ransel kecil lalu berlari ke depan. Aku tak mau Rian menunggu terlalu lama. “Helmnya dipakai dulu,Sayang,” ucapnya seraya memasangkan helm berwarna merah di kepalaku.Sudut bibir tertarik ke atas melihat perhatiannya kepadaku. Kami sudah seperti anak sekolah yang sedang kasmaran. O,iya, dia memang masih anak sekolah. Lebih tepatnya sekolah di perguruan tinggi. Bersama Rian membuatku merasa lebih muda. Ini berbanding terbalik saat aku bersama Om Bagaskara.Astagfirullah ....Kenapa aku jadi membanding-bandingkan Rian dan Om Bagas? Tak seharusnya aku berpikir seperti itu."Sudah siap?" tanya Rian sambil menoleh ke arahku. "Sudah." Aku mulai berpegangan
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Bab 80

"Kenapa, Sayang? Kok diam begitu?" tanya Rian. Aku hanya tersenyum kaku. Sejujurnya ucapan Rian memang benar adanya. Dan kebenaran itu yang membuat dadaku terasa sesak. Untuk bernapas saja begitu berat. "Satenya, Mas, Mbak," ucap penjual membuatku bernapas lega. Aku tak ingin Rian bertanya terlalu jauh. Aku belum siap untuk menceritakan aib masa lalu. Biarlah semua mengalir seperti air. Kami mulai menikmati sate dengan bumbu kacang. Campuran kecap manis membuat rasa sate kian lezat di lidah. Kriing... Kriing.... Keheningan kami hilang saat ponsel Rian berbunyi nyaring. Kulirik benda pipih menjerit-jerit di atas meja. Sebuah panggilan dari kontak bernama Mom dengan profil cincin pernikahan. Dengan cepat Rian meraih ponsel dan menonaktifkannya. "Kenapa tak diangkat, yang? Bukannya mami kamu yang telepon?" Kulirik Rian yang sedikit salah tingkah. "Tidak penting kok, Sayang." Rian kembali melanjutkan makannya. Aku memilih diam, enggan bertanya lebih dalam. Sejak kenal hingga sekara
last updateLast Updated : 2022-07-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status