Beranda / Romansa / Sisi Lain Pelakor / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Sisi Lain Pelakor: Bab 91 - Bab 100

114 Bab

Bab 91

"Sudah kau temukan?" tanya Gilang pada seseorang di seberang sana. "Maaf, Bos. Tak ada petunjuk apa pun. CCTV sedang rusak saat kejadian penculikan," terang orang suruhan Gilang dengan gugup. Dia takut bosnya murka saat perintahnya tak dapat ia kerjakan dengan baik."Cari petunjuk lain, aku ingin Yasmin segera ditemukan!"Belum sempat lelaki itu menjawab tapi sambungan telepon sudah dimatikan sepihak oleh Gilang. "Kamu ke mana, Yasmin?" tanya Gilang pada diri sendiri. Lelaki yang memakai kaos navy itu berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sesekali ia tendang barang-barang yang menghalangi jalannya. Rasa cemas dan khawatir membuatnya emosi dan menyalahkan orang lain, bahkan benda mati tak luput dari amukannya. Gilang menjatuhkan tubuh di atas ranjang. Lalu memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Pikirannya menerka-nerka, siapa gerangan orang di balik penculikan Yasmin. "Apa Mbak Sandra? Tapi tidak, dia tak akan senekat itu meski membenci Yasmin setengah mati. Bahkan dia tak m
Baca selengkapnya

Bab 92

Langit semakin gelap, awan mendung kian menutupi sorot sinar sang rembulan. Bintang juga ikut bersembunyi di balik awan. Kini tinggal menunggu air langit jatuh membasahi bumi. Di sebuah kamar, Yasmin beringsut mundur saat Riki melepas kain yang mengikat tangan dan matanya. Wajahnya semakin tegang saat melihat lelaki yang pernah melecehkannya tersenyum menyeringai. "Kamu mau apa, Riki!" teriak Yasmin lantang. "Sayang, jangan terlalu galak? Apa kamu tak merindukan aku?" Riki mendekat, senyum penuh kemenangan tergambar jelas di wajah lelaki itu. "Jangan mendekat! Aku benci denganmu! Pergi!" Yasmin semakin mundur hingga tubuhnya menempel di dinding kamar bernuansa putih itu. "Yasmin ... Yasmin ... Semakin kamu marah, semakin membuatku tergoda," goda Riki membuat Yasmin semakin ketakutan. "Tolong lepaskan aku, Rik. Apa salahku hingga membuat kamu begitu tega padaku?" ucap Yasmin dengan linangan air mata membasahi pipi. "Salah? Kamu jelas bersalah Yasmin. Tidak ingatkah perbuatan yan
Baca selengkapnya

Bab 93

Bijaklah dalam membaca. Anak kecil skip. Riki membuka pintu kamar mandi dengan kasar, ia terkejut melihat Yasmin tergeletak tak sadarkan diri. Dengan cepat ia membopong tubuh Yasmin dan merebahkan di atas ranjang. "Dasar bodoh! Apa kau ingin bunuh diri? Harusnya kau senang karena aku telah memilihmu," ujar Riki sambil memasangkan pakaian di tubuh Yasmin. Yasmin diam, dia bahkan tak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut lelaki itu. "Kamu semakin cantik tanpa pakaian yang menempel di tubuh indahmu," ucap Riki lagi. Hasrat lelaki itu kembali naik saat melihat tubuh Yasmin."Sial, kau membuatku menginginkannya, tapi aku tak suka jika lawanku masih pingsan. Aku lebih senang jika melihatmu menangis, Yasmin," ucap Riki lalu meninggalkannya Yasmin yang masih tak sadarkan diri di atas ranjang. Tentu setelah berhasil memakaikan kemeja miliknya. Riki membuka pintu kamar tamu lalu masuk dan menjatuhkan tubuh di atas ranjang. "Kenapa kemari? Bukankah ada mainan baru?" tanya seorang w
Baca selengkapnya

Bab 94

Kreeek....Pintu kamar Yasmin di dorong dari luar. Lelaki itu masuk sambil tersenyum menyeringai ke arah Yasmin. Dilihatnya Yasmin yang tidur berbalut selimut tebal, hanya nampak kepala dengan rambut menutupi sebagian wajah cantiknya.Riki mendekat lalu menjatuhkan bobot tepat di samping Yasmin. Beberapa menit ia terdiam sambil menatap wajah polos Yasmin tanpa riasan. "Kamu tetap cantik tanpa make up yang menempel di wajahmu. Dan itu yang membuatku jatuh cinta padamu," ucap Riki lirih. Perlahan Riki mengelus rambut Yasmin yang terurai berantakan. Wajah lelaki itu kian mendekat, dalam hitungan detik,bibir Riki menempel tepat di bibir Yasmin. Sentuhan tiba-tiba membuat Yasmin terbangun. Matanya membola melihat lelaki yang ia benci sudah berada di depan matanya. Yasmin memberontak,ia berusaha menjauhkan wajahnya. Namun Riki justru menghimpit tubuhnya. Perlawanan yang ia berikan membuat gejolak dalam diri Riki kian memuncak. Hasrat yang datang menutupi rasa kasihan di hati lelaki itu.
Baca selengkapnya

Bab 95

Pov BrianDOR! "Brian!" teriak Om Gilang lalu mendorong tubuhku. Aku tersungkur di lantai dan peluru yang melesat di udara berhenti tepat di dada Om Gilang. Seketika dia ambruk dengan darah segar keluar dan membasahi pakaiannya. Aku syok, kakiku tiba-tiba gemetar. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh ini. "Om Gilang...." Aku mendekat lalu memeluk tubuhnya yang sudah berlumur darah. "Sekarang giliranmu!" ucap Riki sambil menodongkan pistol ke arahku. DOR! DOR! Aku memejamkan mata kala peluru itu melayang di udara. Mungkin ini hari terakhirku menghirup udara di dunia. Ya Tuhan, apa aku akan mati sekarang juga? “Aw ... sakit!” teriak Riki kesakitan.Seketika aku membuka mata,kulihat bajingan itu merintih kesakitan sambil memegangi lengannya yang penuh darah. “Kamu tak kenapa-napa,kan,Bi?” Suara yang sangat familiar terdengar jelas di belakangku. Aku menoleh,lelaki yang sudah membesarkanku itu berdiri di ambang pintu sambil membawa sebuah pistol.“Brian, tidak kenapa-na
Baca selengkapnya

Bab 96

Pov Brian“Tolong tunggu di luar,” ucap seorang suster lalu menutup pintu.Aku mondar-mandir di depan ruang IGD. Rasa takut kian besar saat seorang dokter masuk ke ruangan itu dengan tergesa-gesa. "Om Gilang tak kenapa-napa, kan, Pi?" "Kita do'akan saja, Bi."Tak berapa lama orang kepercayaan Papi datang sambil membopong Yasmin. Sontak kami berdua berdiri lalu menuju ke arahnya. "Bawa masuk ke ruang IGD!" perintah Papi. Lelaki itu mengangguk lalu masuk ke ruang IGD. Tak berapa lama ia pun kembali keluar. Sepuluh menit kami duduk dengan gelisah. Menunggu dokter atau suster keluar terasa begitu lama. "Keluarga Yasmin?" panggil seorang suster saat pintu dibuka. "Saya pacarnya, Dok." Papi melirikku tapi tak mengatakan sepatah kata pun. Namun nampak jelas ia tak suka dengan ucapanku. Apa mungkin masih ada cinta untuk Yasmin di hatinya. "Silakan masuk." Aku mengangguk lalu masuk ke ruang IGD. Aku duduk sambil menunggu dokter menuliskan resep untuk Yasmin. Untunglah dia hanya demam d
Baca selengkapnya

Bab 97

"Yasmin!" teriak seseorang dari luar. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju depan. Entah siapa yang membuat rusuh di depan rumah. Tak tahukah jika aku lelah? Aku sudah bosan dengan semua masalah yang datang silih berganti? Aku hanya ingin hidup tenang, Ya Tuhan.Lagi dan lagi Sandra berdiri di depan rumah. Apa mau wanita itu? Bukankah aku sudah berusaha menjauh dari Brian? "Mau apa lagi kamu?" tanyaku datar. Sebisa mungkin kutahan rasa kesal dan marah yang hadir. "Mau apa?" ucapnya sambil melangkah maju. Mendadak perasaanku tak enak. Aku mundur beberapa langkah saat jarak kami semakin dekat. Semenjak kejadian beberapa hari lalu,aku semakin mudah takut. Bayangan Riki menganiayaku selalu hadir. Hidupku selalu diselimuti perasaan bersalah dan berdosa. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Brian dan Gilang. Diri ini terlalu sibuk menata hati. Setelah diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit,belum sekali pun aku bertemu mereka berdua. Aku pulang juga diantar supir,bukan
Baca selengkapnya

Diusir Dari Rumah

Beberapa tahun kemudian"Bagaimana, Farel? Kamu menerima perjodohan ini, kan?" Aku masih mematung. Mulut membungkam tak ada satu kata yang mampu keluar. Azizah, putri seorang dokter spesialis jantung. Dia wanita yang dipilih mama dan papa untuk menjadi istriku. Ya, pilihan kedua orang tuaku tapi bukan dari hati ini. "Kamu menerima perjodohan ini, kan?" Mama menatapku kelat. "Maaf, Ma, Pa aku tidak bisa. Aku tidak mencintai Azizah. Tak mungkin aku menjalani biduk rumah tangga jika hati masih terisi nama wania lain."Senyum yang sempat hadir kini lenyap. Hanya kekecewaan yang tergambar di wajah Azizah dan keluarganya. "Farel!"Aku menggeser kursi kemudian melangkah pergi. Kutinggalkan mereka dengan rasa kecewa yang mendalam. Pintu kututup kemudian menjatuhkan bobot di atas ranjang. Lelah, aku lelah menjadi boneka yang selalu diatur. Bahkan untuk memilih masa depan aku tak mampu. Apakah ini namanya berbakti hingga menghilangkan hak diri sendiri? Aku tatap langit-langit kamar. Baya
Baca selengkapnya

Bertemu Teman Lama

"Tangkap dia!" teriak seseorang dari belakang. Dengan cepat aku berlari lalu melompat keluar. Kaki terus kupaksakan berlari. Tak perduli betapa lelah diriku ini. Kabur adalah solusi dari pada diam habis diambuk masa, lalu akhirnya mati dengan gelar pencuri. Memalukan. Masyarakat mudah terprovokasi, tanpa mengetahui kebenaran. Mereka menghukum seseorang hanya karena hasutan. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya mati karena tak bisa membela diri. "Berhenti! Berhenti!" Suara itu semakin dekat.Aku terus berlari, menyelip ke sana kemari. Beberapa kali aku hampir terhuyung lalu jatuh. Beruntung banyak orang di terminal hingga menyulitkan mereka untuk mengejarku. Berdiri di belakang tembok, kuatur napas yang tersengal. Seakan oksigen tak mampu masuk ke paru-paru. Kupindai sekeliling, aman. Aku lolos dari kejaran mereka. Semua karena wanita itu. Awas saja kalau sampai bertemu! Suara cacing meronta meminta haknya. Aku melangkah pelan mencari warung makan. Berkali-kali aku mengamati kea
Baca selengkapnya

Bertemu

Jarum jam seakan diam, waktu seolah tak bergerak. Aku duduk di lobi rumah sakit. Sesekali kutatap orang berlalu lalang, masuk dan pergi silih berganti. Menunggu, sesuatu yang sangat kubenci. Namun justru kulakukan setiap waktu. Ya, menunggu bertemu dengan Yasmin. Hanya itu menunggu yang tak membuat lelah. Tapi membuat rasa sakit kian menusuk sanubari. "Sudah lama, Rel?" Arman keluar lalu berdiri tepat di samping kiriku. Kedatangannya menghapus bayangan Yasmin yang sempat hadir. Sebegitu menyiksa kata rindu itu. "Lumayan bikin pinggang mau patah, Ar."Lelaki itu tertawa lalu membantuku berdiri. Rasa nyeri akibat tinju dan pukulan semakin terasa. Hingga melangkahkan kaki begitu sulit. "Pelan-pelan, Bro," ucapnya. Aku hanya mengangguk lalu naik ke mobil dengan hati-hati. "Makan dulu atau langsung pulang?" tanyanya sambil melajukan mobil meninggalkan halaman rumah sakit. "Aku gak laper, Ar. Ingin segera merebahkan tubuh. Cepek.""Oke."Jalanan begitu ramai kendaraan berlalu lalang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status