Home / Romansa / Sisi Lain Pelakor / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Sisi Lain Pelakor: Chapter 111 - Chapter 120

134 Chapters

Perempuan yang Bersama Arman

Aku menelan ludah dengan susah payah. Aku membenci keadaan ini. Kenapa selalu berada di situasi seperti ini? "Maaf, Bu Zazkia. Saya akan segera menikah."Wajah yang semula antusias mendadak berubah masam. Senyum yang tadi hadir sirna dalam sekejap mata. Dia kecewa. "Oh, menikah? Maaf, saya tidak tahu jika kamu sudah memiliki calon istri, Rel. Saya hanya ingin mengungkapkan perasaan ini. Maaf jika lancang dan membuatmu tak nyaman."Seulas senyum keterpaksaan nampak di wajahnya. Dia pura-pura tersenyum meski hati tersiksa. Lagi-lagi dunia penuh dengan drama dan sandiwara. Namun beruntung karena dia tak memaksaku untuk mengatakan iya. "Tak apa, Bu. Lagi pula semua orang bebas mengeluarkan pendapat, bukan? Negara ini saja mengikuti paham demokrasi, apa lagi kita yang hidup berdampingan satu dan lainnya.""Sekali lagi selamat, Rel."Aku mengangguk lalu segera berpamitan dengan wanita itu. Pergi secepat mungkin adalah pilihan yang tepat. Karena terus menerus bertemu dengan dia akan menci
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Kembali ke Jakarta

"Azizah!" Mataku terbuka lebar kala melihat wanita yang berdiri di hadapan. Dia masih sama seperti saat aku menolaknya. Senyum manis penuh ketulusan dia berikan padaku, lelaki yang membencinya karena sebuah perjodohan. "Kalian?" Aku menatap Azizah dan Arman bergantian. Sebuah kecurigaan tampak jelas di netra ini. "Boleh aku duduk, Bang Farel?" tanyanya menghentikan pertanyaan yang belum sempat aku ucapkan. Sebuah anggukan kuberikan sebagai jawaban saat mulut tak sanggup mengeluarkan kata. Azizah pun tersenyum, lalu menarik kursi dan duduk di antara kami. Sungguh keadaan ini membuatku tak nyaman, aku ingin pergi dan menghilang dari sini. "Kenapa kamu tahu aku ada di sini, Za?""Dia tahu dariku, Rel."Aku menghela napas kasar, mengeluarkan rasa kesal yang sempat memenuhi rongga dada. Aku sudah menduga, kedatangan Azizah pasti ada hubungannya dengan Arman. Apa ini rencana Arman untuk memisahkan aku dan Yasmin? "Amara alasan kamu melakukan ini?" Aku tatap tajam lelaki yang masih be
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Permintaan Hazna

"Stop, Farel!"Seketika aku dan Yasmin menoleh ke belakang. Pintu lift yang semula tertutup kini sudah terbuka lebar. Seorang lelaki dengan jas dokter berdiri sambil menatap tajam padaku. Dokter Akbar, pemilik rumah sakit sekaligus ayah kandungku. "Ikut Papa!"Yasmin semakin mempererat genggaman tangannya saat kami keluar dari lift. Keringat dingin meluncur bebas dari kening. Wanitaku ketakutan. "Semua akan baik-baik saja, Yas."Aku pererat genggaman ini. Memberi kekuatan jika semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu di depan untuk memberinya perlindungan. Sepanjang kaki melangkah semua mata menatap ke arah kami. Lebih tepatnya ke arah Yasmin. Bisik-bisik dan ucapan tak mengenakan mewarnai langkah kami. Sesekali Yasmin mengalihkan pandangan, tangan kirinya menyeka sudut netra. Dia menangis tanpa bersuara. Pintu ruang direktur utama terbuka lebar. Papa melangkah masuk, diikuti kami di belakang. Jantungku berdetak kencang kala pintu itu tertutup rapat. Kini kami saling diam deng
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

Restu Mama

"Mbak Hazna gak salah ngomong?""Apa wajahku terlihat bercanda? Sejak kapan aku ngawur saat membahas masalah penting ini?"Mulutku kembali bungkam. Perkataan kakaku tak bisa diganggu gugat. Aku tahu betul, dia tak pernah main-main jika membahas masalah pernikahan. "Apa alasan Mbak Hazna menerima Yasmin?"Mbak Yasmin menghela napas. Air putih dalam gelas ia habiskan dalam sekali teguk. Kemudian tatapan tajam ia layangkan padaku. Ini masalah serius. "Itu perkataan sebelum mama masuk rumah sakit."Seketika perasaan bersalah tumbuh dan mendominasi. Keegoisanku membuat mama jatuh sakit. Anak macam apa aku ini? "Ini bukan salahmu, Rel. Kamu pantas bahagia. Mbak tahu, banyak keinginan yang terpaksa kamu tinggalkan demi mematuhi perintah papa. Sudah saatnya kamu bahagia, Farel."Setelah percakapan itu, aku segera pergi menuju apartemen Mbak Hazna. Apalagi yang akan kulakukan selain bertemu Yasmin. Baru beberapa jam tapi rindu terus membelenggu. Aku tak bisa jauh dari perempuan itu. Siulan
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

Bertemu Brian

"Yasmin."Lelaki itu melotot saat melihat mantan kekasihnya bersamaku. Bahkan mulutnya terbuka lebar. Sekalian saja nyamuk masuk, biar tahu rasa. Makannya mata dijaga. “Ini beneran Yasmin?” Kedua tangan Brian menyentuh pundak Yasmin. Lelaki itu menatap lekat calon istriku hingga tak berkedip. Sungguh memuakkan!“Lepas,Bro! Bukan mahram!”“Sorry ... sorry,” ucapnya seraya melepas kedua tangan dari pundak Yasmin. Meski tak sedikit pun mengalihkan pandangan dari perempuanku.Bertemu dengan kenangan masa lalu adalah musibah. Namun tak mampu menyalahkan garis Tuhan. Biar bagaimana pun kita tinggal di kota yang sama, tak menutup kemungkinan kita dipertemukan. Ya, seperti hari ini.“Kamu ngapain di sini, Brian?”Aku mencoba mengalihkan perhatian lelaki itu. Apalagi kalau bukan menghilangkan gambar Yasmin dari sorot matanya. Dia pernah menjadi teman, tapi juga lawan yang kuat dalam sebuah pertandingan. Kali ini akan kupastikan, akulah pemenangnya.Awas, Brian ... kamu akan menangis darah me
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Sah!

Sesuai janji, siang ini aku bertemu Brian di sebuah restoran. Letaknya tak jauh dari kontrakan Yasmin dulu. Restoran tempat kami makan bersama. Dulu. Brian sudah duduk disalah satu meja di sudut ruangan. Restoran masih sepi, hanya dua orang pengunjung termasuk Brian. Maklum saja restoran baru buka beberapa menit yang lalu. Ini belum jam makan siang.Aku melangkah,lalu duduk di kursi kayu, tepat di depan Brian. Lengkungan indah tergambar di wajah lelaki itu. Tak lama ia menjabat tangan ini.“Sudah sembuh, Brian?” tanyaku seraya mengamati tubuhnya. Masih ada perban yang menempel di keningnya. Lelaki itu harusnya istirahat, bukan justru berkeliaran di sini.“Makasih, Rel.”“Hanya kebetulan aku melewati jalan yang sama. Harusnya kamu istirahat di rumah. Benturan di kepala biasanya terasa pusing. Ini malam keluyuran gak jelas.”Brian menghela napas,”kamu masih sama,Rel. Bawel!”Seketika aku tertawa, seorang dokter selalu menasihati pasiennya. Sikap demikian yang sering terbawa saat aku b
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 117

"Pa--Papa."Lelaki yang masih memakai jas berwarna putih itu mendorong tubuhku hingga mundur dua langkah. Beliau menerobos masuk, bak polisi yang hendak menangkap pencuri. "Jadi seperti ini kelakuan kamu di belakang papa, Hazna? Kamu melindungi Farel dan wanita itu?" Jari telunjuk papa mengarah pada Yasmin. Sorot kebencian jelas terlihat di sana, di matanya. Teriakan papa memancing semua orang mendekat, tak terkecuali Mbak Hazna. Perempuan yang memakai hijab menjuntai itu berjalan mendekat lalu berdiri tepat di samping Yasmin. Dia bak pelindung istriku yang menunduk menahan tangis. "Farel dan Yasmin sudah sah menjadi suami istri. Papa tidak bisa memisahkan mereka.""Kamu!" pekiknya seraya mengepalkan tangan di atas. "Stop, Pa! Farel bukan anak kecil lagi! Tolong hargai keputusanku."Aku mendekat lalu berdiri tepat di hadapan lelaki bergelar ayah. Mata kami saling beradu, hingga dapat kulihat dengan jelas pancaran kekecewaan dari sana. Ya, aku tahu papa sangat kecewa dan terluka.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 118

"Kamu masih memikirkan Brian, Yas?"Perempuan yang masih fokus menatap layar tiba-tiba menoleh ke arahku. Sebuah tanda tanya nampak jelas di sorot mata itu. Apa pertanyaanku kurang jelas? "Apa kamu masih memikirkan Brian, Yas?"Aku kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Aku memikirkannya sebagai teman, Rel. Apa aku salah jika bertanya-tanya siapa yang menusuk Brian?"Tidak salah, Yasmin. Aku yang mulai terbakar cemburu. Aku takut kamu berpaling pada orang lain. Aku takut kamu pergi dari hidupku untuk kedua kalinya. "Aku memilihmu, berarti sudah tidak ada nama Brian di hatiku, Rel."Aku tarik tubuhnya hingga menempel di dadaku. Detak jantungnya pun terdengar jelas di telingaku. Maafkan aku yang terlalu cemburu, Yasmin. "Maaf terlalu cemburu, Yasmin."Yasmin mengangguk, lalu mempererat pelukan. Pukul 09.00 kami meneruskan perjalanan. Yogyakarta menjadi kota pilihan untuk tinggal dan menetap, entah sampai kapan aku sendiri tidak tahu. Semua tergantung keadaan. Perjalanan Ja
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 119

"Bagus ya kamu, Rel! Pinjem mobil buat pacaran sama perempuan murahan itu?"Aku remas kunci dalam tangan. Sekuat tenaga kutahan amarah dalam dada. Sadar perempuan di hadapan kami pernah baik, meski sekarang ucapannya begitu menyebalkan. "Tante dan Om apa kabar?" tanyaku seraya mendekat. Aku cium punggung tangan mereka satu persatu. Yasmin pun mengulurkan tangan, hendak bersalaman, sama sepertiku. Di luar dugaan, tangan itu dibiarkan menggantung di udara. Dengan rasa malu Yasmin menarik tangannya kembali. Ada yang berdesis di dalam dada ini. Namun lagi-lagi aku harus menahan diri karena tak ingin memperpanjang masalah. Jujur aku lelah dengan perdebatan dan pertengkaran yang tiada habisnya. "Dari mana saja kamu, Rel? Lima hari gak ada kabar apalagi batang hidungnya.""Maaf ya, Tan. Saya jadi merepotkan karena harus meminjam mobil Arman untuk pulang ke Jakarta. Mama sakit, saya harus pulang secepatnya.""Bagaimana kabar mama kamu, Rel? Dia baik-baik saja, kan?""Alhamdulillah sudah b
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 120

"Permisi..."Aku memaki seseorang yang datang di saat yang salah. Harusnya dia tidak bertamu di saat kami ingin memadu kasih. Astaga, dia tidak tahu situasi. "Kamu lihat, Rel! Aku mau beres-beres."Aku menghembuskan napas kasar. Sebenarnya aku enggan beranjak, tapi ketukan pintu memaksaku pergi dari posisi ternyaman. Ah, siapa sih dia? Seorang perempuan berambut sebahu dengan badan subur berdiri tepat di depan pintu. Dia tersenyum kala netra kami saling bertemu. Rupanya dia pengganggu kemesraan aku dan Yasmin. "Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku datar. Bibir kupaksa tersenyum meski berat. "Mas penghuni baru kontrakan ini, ya?" tanyanya lalu tersenyum ramah. Sumpah senyum ramah itu tak mampu menarik sudut bibirku ke atas. Aku terlanjur kesal dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ah, andai ia tak datang pasti aku bahagia. "Iya, Mbak," ucap Yasmin yang tiba-tiba berdiri di sampingku. "Salam kenal saya, Yasmin," Yasmin menoleh ke arahku, "ini Farel, suami saya.""Salam kenal,
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status