Home / Romansa / Sisi Lain Pelakor / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Sisi Lain Pelakor: Chapter 101 - Chapter 110

114 Chapters

Meminta Penjelasan

"Ya ... Yasmin."Wanita itu terkejut melihat keberadaanku. Namun berusaha ia tutupi dengan seulas senyum yang ia paksakan. "Kamu mengenalnya, Rel?" tanya Arman sambil menatapku lalu menatap Yasmin bergantian. Ada yang berdenyut melihat tatapan lelaki itu. Matanya memancarkan perasaan yang begitu dalam. Cinta, dia merasakan hal yang sama, seperti aku. "Dia ....""Saya tidak mengenalnya, Tuan."JLEPAda yang menusuk sanubari, tapi bukan belati. Hanya luka yang tak kunjung pergi. Rasanya bagai mengakar dan semakin kokoh. Aku benci keadaan ini. "Dia Amara, Rel. Wanita sering kuceritakan padamu.""Farel." Aku mengulurkan tangan ke arahnya. Dengan sedikit ragu ia menerimanya. "Amara." Satu kata keluar dari mulutnya. Amara atau Yasmin? Bukankah dia orang yang sama? Tapi kenapa Amara, bukan Yasmin? Aku genggam tangan itu untuk beberapa saat. Genggaman ini masih sama. Bahkan senyum dan suaranya sama persis dengan Yasmin. Aku mengenalnya, tak mungkin aku salah orang. "Maaf, Mas." Dia me
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

Kejujuran

"Kenapa kamu begitu, Amara?" tanyaku lagi. Amara menelan ludah dengan susah payah lalu mundur hingga menempel di wastafel. Wajahnya tegang, terlihat jelas ia sangat ketakutan. "Akan aku jelaskan, Rel." Amara menghela napas lalu melangkah dan duduk di kursi. Aku tatap wajah wanita yang kini duduk di hadapanku. Bibir tipis, alis tebal, hidung bangir dan rambut panjang, dia masih sama seperti dulu. Dia masih Yasminku. Namun kini namanya bukan Yasmin, melainkan Amara. Entah kenapa dia mengganti nama indah itu, aku sendiri tak tahu. Kini saatnya aku mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang beberapa hari menyiksa diri ini. "Kenapa?" tanyaku lagi. Yasmin menatap lurus ke depan. Tatapan mata penuh luka tergambar jelas di sana. Dia kembali menghela napas, seakan kata itu sulit untuk diucapkan. "Kamu tahu, Rel. Bayangan luka masa lalu selalu menghantuiku. Rasa bersalah terus berlari mengejarku. Setiap kali nama Yasmin disebut, luka itu selalu terbuka. Bahkan semakin membesar. Aku berlari
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Ungkapan Hati Arman

"Apa tadi, Rel? Amara mabuk laut." Arman menatapku penuh tanda tanya. Kali ini apa yang harus kujelaskan? Sial, kenapa harus keceplosan. "Iya, Amara mabuk laut. Dia akan muntah saat naik kapal atau perahu." Yasmin menatapku tajam. Bukankah yang kukatakan benar? Dia memang mabuk laut. Teringat dulu saat kami melakukan perjalanan dari Bali ke Jakarta menggunakan mobil. Wanita itu muntah hingga merepotkan diriku. Kejadian yang hingga saat ini selalu terbayang, bahkan tak akan pernah terlupakan. Di Bali kami dipertemukan. Bermula rasa iba lalu tumbuh benih cinta. Sekenario Tuhan tak ada yang bisa menyangka. "Dari mana kamu tahu sedetail itu, Rel?" Aku dan Amara saling pandang. Sempat kulihat raut ketakutan di sana. Sebegitu takutkah kamu, Yasmin? Ada yang berdenyut di hati ini. Benarkah ia ingin menghapus kenangan kita? Tak adakah ruang di hatinya untukku? "Kemarin sempat cerita, Bro.""Ow, kirain."Yasmin dan Arman bernapas lega. Namun tidak denganku. Luka itu semakin tertancap d
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Tamparan

"Kamu!" ucap kami serempak. Aku dan wanita saling tunjuk, raut terkejut terlihat jelas di sana. Mungkin sama seperti ekspresiku saat ini. "Kalian saling kenal?" Arman menatap kami bergantian. Raut tanda tanya tergambar jelas di sana. "Dia wanita gila yang menuduhku maling, Ar!" Aku arahkan jari telunjuk ke wajahnya. "Gara-gara dia aku hampir babak belur dihajar massa. "Bukan begitu Mas Dokter, dia tu mencurigakan. Makannya waktu HP aku jatuh ...Aku pikir dia malingnya." Aku mengepalkan tangan di samping. Ingin aku layangkan ke pipinya. Namun sadar, dia seorang wanita. Tidak pantas jika seorang lelaki melakukan hal itu. Meski sebenarnya sikapnya sangat keterlaluan. "Makanya lain kali dicari, jangan asal nuduh orang!" "Ma-maaf, Mas." "Ha ha ha... Kalian itu lucu, jangan-jangan jodoh lagi," ledek Arman sambil tertawa cekikikan. "Ngawur!" Mataku melotot ke arahnya. Namun Arman justru semakin tertawa lepas. "Oke Meta, silakan tiduran." Arman masih saja menahan tawa. Apa y
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Kejujuran Farel

"Mbak Alin!" teriak wanita dari dalam. "Tolong jangan katakan apa pun, Rel. Aku mohon." Yasmin menyatukan kedua tangan lalu menempelkannya di dada. Tatapan mengiba ia berikan padaku. Aku menghela napas dan terpaksa mengangguk demi dia, wanita yang kucintai. Meski hati menentang tapi tetap kulakukan. Sebenarnya percuma bahagia jika kebohongan menyelimutinya. Topeng yang ia pasang pasti akan terlepas. Jika itu terjadi kehancuran berada di depan mata. "Makasih, Rel. Kamu memang teman terbaik."Sakit tak berdarah yang sebenarnya ketika kita mencintai dia dengan segenap jiwa raga. Namun dia hanya menganggap kita teman. "Siapa sih, Mbak?" "Kamu!" ucapku saat melihat siapa yang keluar. Tuhan, kenapa aku selalu dipertemukan dengan wanita gila ini? "Kalian saling kenal?""Dia lelaki yang kutuduh maling itu, Mbak."Akhirnya mengaku juga wanita itu. "Farel tak mungkin melakukannya. Dia lelaki yang sangat baik, Met. Dia selalu berkorban untuk temannya. Dia selalu membantu siapa saja mesk
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Lamaran

"Arman mau melamar siapa, Tante?" tanyaku memastikan. "Arman belum cerita sama kamu, Rel?"Aku menggeleng, pura-pura tidak tahu. Meski aku yakin nama Amara yang akan ia sebutkan. Namun aku masih berharap bukan dia, bukan wanitaku. "Amara, asisten rumah tangga kami.'JLEPJantung ini seakan berhenti berdetak. Aku sudah mengira kata Amara akan muncul dari mulut mereka. Namun sakitnya tetap saja terasa. Ya Robb, haruskah aku terluka untuk kedua kalinya? Haruskah aku mengalah untuk lelaki lain? Sakit, aku tersiksa. Bahkan hampir tidak sanggup berbicara. Kenapa harus aku yang mengalah, Ya Robb. Tidak bisakah orang lain saja? Dulu Brian sekarang Arman, apa aku tak berjodoh dengan Yasmin? Hingga selalu Engkau datangkan orang lain di kehidupannya atau mungkin hatinya. "Kok diam, Rel. Kamu kenal Amara, kan?"Aku mengangguk, susah payah kutahan air mata yang hampir terjatuh. Payah, kenapa harus menangis jika aku mengetahui kenyataan pahitnya. "Kamu pasti kaget kenapa Tante setuju mesk
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Jawaban Yasmin

"Bagaimana Amara, apa kamu menerima lamaran Bapak?" tanya Om Sugiyono. Aku tak sanggup mendengar jawaban Yasmin. Aku tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya. Mengetahui wanita yang kita cintai bersama lelaki lain itu menyakitkan. Lebih baik aku pergi, melarikan diri dari kenyataan pahit ini. Pengecut, tapi hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. "Maaf, Om, Tante, semuanya saya masuk kamar dulu." Aku beranjak berdiri. "Kamu belum selesai makan, Rel.""Saya tidak enak badan, Tante." Terpaksa aku berbohong. "Mau aku periksa, Rel?""Gak perlu, Ar. Aman, kok. Aku hanya butuh waktu untuk istirahat."Aku melangkah pergi, meninggalkan ruang makan dengan berjuta perasaan kecewa di dalamnya. Pintu kamar kututup rapat, lalu menjatuhkan bobot di atas ranjang. Lagi wajah Yasmin dan Arman menari-nari di pelupuk mata. Seketika amarah menyeruak memenuhi rongga dada. Ini tidak baik, aku harus secepatnya pergi dari sini. Aku tidak sanggup melihat mereka bermesraan. Aku mengacak rambut, frusta
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Meninggalkan Rumah Arman

Aku dan Yasmin saling pandang. Kami bingung harus menjawab apa. Situasi ini di luar dugaan kami. "Tante mendengar percakapan kami?" tanyaku sedikit ragu. "Jadi kamu mantan wanita simpanan?" Tante Mayang menatap tajam mata Yasmin. "I-iya, Bu. Sebenarnya nama asli saya Yasmin bukan Amara. Saya man... mantan wanita simpanan pengusaha terkenal. Saya pernah diperkosa dan dilecehkan," ucapnya dengan suara bergetar. Tak berapa lama cairan bening berlomba-lomba turun hingga membasahi pipinya. Mengungkapkan kenyataan pahit tidaklah mudah. Tetapi Yasmin mampu meski keadaan yang menuntutnya untuk melakukan itu. "Astagfirullah ... Ya Allah." Tante Mayang mengelus dadanya. Terkejut, marah dan benci melebur menjadi satu di hatinya. "Maafkan saya, Bu. Saya tidak bermaksud berbohong. Hanya....""Kamu ingin mendapatkan Arman lalu menutupi semuanya. Bukan begitu, Amara?""Ti-tidak seperti itu, Bu. Sa-saya hanya ingin....""Maaf, Amara. Mulai hari ini kamu saya pecat. Tolong tinggalkan rumah seka
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bekerja di Restoran

Aku berlari menuju kerumunan. Perasaanku semakin tak enak. Semoga saja itu bukan Yasmin. Semoga bukan dia. "Permisi!""Permisi!"Aku menelusup masuk ke kerumunan. Darah berceceran di trotoar dan jalan sekitarnya. Wanita yang lelaki itu maksud sudah terbujur kaku dengan koran sebagai penutup tubuhnya. Rambut hitam wanita itu sama persis dengan Yasmin. Jangan-jangan dia memang wanitaku. Tidak... Tidak, itu tidak boleh terjadi. Yasmin tidak boleh meninggalkan diriku. "Ya... Yasmin, kenapa kamu tinggalin aku," isakku. Perlahan kubuka koran yang menutupi wajahnya. Jantungku berdetak, rasa takut kembali hadir. Bagaimana jika ini benar-benar Yasmin? Apa yang akan kulakukan? Bisakah aku menerima kenyataan pahit ini? "Mas kenal mayat itu?" tanya seseorang menghentikan gerakan tangan ini."Dia Yasmin, kekasih saya." "Sejak kapan aku jadi kekasihmu, Rel?" Aku mendongak, Yasmin berdiri di belakang sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Perlahan aku berdiri, niat untuk membuka koran itu
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Ungkapan Hati Atasan

"Kamu....""Iya aku, pelanggan yang kamu tinggal sebelum sempat memesan." Wanita itu berjalan mendekat, terdengar sepatu yang beradu dengan lantai."Dia pemilik restoran ini." Mati. Kali ini aku akan dipecat. Tamatlah riwayatku! Ternyata begitu sulit bekerja sebagai pelayanan. Salah sedikit berdampak pemecatan. "Maaf, Bu. Saya tidak bermaksud mengabaikan pelanggan. Saya hanya ingin menolong pelanggan yang lain. Tolong, jangan pecat saya, Bu."Wanita itu tersenyum hingga tampak gigi kelinci. "Siapa yang mau memecat kamu, Farel?"Aku menautkan dua alis, dari mana wanita itu tahu namaku? "Saya justru berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan orang itu.""Ja-jadi saya tidak dipecat?""Jelas tidak, mana mungkin saya memecat karyawan yang rajin seperti kamu." Aku mengangguk, seulas senyum terbit dari bibir ini. "Saya heran, kenapa kamu bisa tahu jika lelaki itu tersedak? Sementara jarak meja saya dengan lelaki itu cukup jauh."Aku hanya tersenyum, tidak mungkin aku jelaskan si
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status