Beranda / Romansa / Sisi Lain Pelakor / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Sisi Lain Pelakor: Bab 51 - Bab 60

114 Bab

Bab 51

Pov BrianAku melajukan kendaraan roda dua dengan kecepatan tinggi. Perasaan tak enak begitu menyelimuti hati. Semoga ini hanya kekhawatiranku saja. Aku berhenti saat traffic light berwarna merah. Bayang Yasmin kembali menghampiri seakan memintaku memacu kendaraan lebih cepat. Dari pertama mengenal Yasmin hingga sekarang belum pernah aku merasakan kekhawatiran sebesar ini. Apa aku benar-benar mencintai wanita perusak rumah tangga orang tuaku? Bodoh, satu kata yang tepat jika benar perasaanku nyata untuknya. Awal mula ingin membuat Yasmin terluka tapi kenapa justru aku yang bermain hati terlalu dalam. Hingga melihatnya pulang diantar Farel pun aku tak sanggup. Lampu traffic light berubah warna menjadi hijau. Dengan cepat ku putar tuas gas. Motor melaju dengan kencang menuju restoran. Malam disertai mendung menyelimuti langit kota Jakarta malam ini. Angin semilir pertanda hujan akan segera turun. Aku berhenti tepat di sebuah restoran yang sudah tertutup rapat. Lampu dalam pun sudah
Baca selengkapnya

Bab 52

Pov Brian"Sayang, kamu ada di mana?" Aku berjalan menuju teras restoran yang gelap, tak ada pencahayaan di sini. Lampu mati atau sengaja dimatikan. "To...." Lagi terdengar samar suara Nabila meminta tolong. Namun seketika suara itu berhenti. Kini hanya suara rintik hujan yang jatuh membasahi bumi. "Sayang!""Nabila sayang!"Aku mencoba memanggil Nabila tapi tak juga ada jawaban. Aku semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres di sini. Jangan-jangan Nabila.... Segera kktepis prasangka buruk yang tiba-tiba hadir dan mendominasi hati dan pikiran. Aku harus cepat mencari keberadaan Nabila. Aku mencoba membuka pintu depan restoran. Namun sayang terkunci dari dalam. Lalu harus lewat mana? Sedang aku tak tahu seluk beluk restoran ini. Ke sini hanya sebatas di halaman. Tak pernah sekali pun aku masuk ke dalam. Tanganku merogoh benda pipih yang ada dalam saku celana, dengan cepat ku nyalakan senter dari ponsel. Lumayan menerangi gelapnya restoran ini. "Nabila!" "Kamu di mana, sayang?"
Baca selengkapnya

Bab 53

Bijaklah dalam membaca, yang dibawah umur harap skip!! "Rian!" Teriakku saat Rian jatuh pingsan. Segera aku peluk tubuhnya. Ya Tuhan, lelaki yang aku harapkan justru jatuh tak berdaya. Lalu pada siapa aku meminta tolong? Kalau Engkau Maha Segalanya, tolong aku dan Rian keluar dari sini. Aku tak ingin lagi menyerahkan tubuhku pada lelaki mata keranjang. Apa lagi dia bukan lelaki yang kucintai. "Rian bangun!" Aku goncangkan tubuhnya. Namun tetap saja Rian tak bergerak. Aku harus bagaimana? Ingin berteriak tapi di luar hujan deras. Suaraku tak akan mampu menembus derasnya air hujan. "Kemarilah sayang! Kita mulai permainan yang sempat tertunda." Riki menarik tubuhku. Aku berusaha melawan tapi lagi-lagi tenaga ini kalah jauh darinya. Tangan kekar Riki menarikku, terseok-seok kaki ini melangkah. Ingin berontak tapi tenagaku terlalu lemah. Tamparan dan pukulan Riki membuat tubuhku remuk. Bahkan untuk berjalan terlalu berat. Kini aku hanya bisa pasrah, menunggu sebuah keajaiban yang
Baca selengkapnya

Bab 54

Dadaku kian terasa sesak saat menahan tubuh Riki. Aku seperti tertimpa mayat bukan tertimpa lelaki yang ingin menuntaskan hasrat. "Ayo! Tunggu apa lagi!" Suara itu, bukan suara Riki. Itu suara Rian. Apa benar itu Rian? Bukankah tadi dia pingsan dan tak sadarkan diri? "Kamu menikmatinya, Bil?"Segera kubuka mata, sudut bibirku tertarik ke atas saat melihat Rian sudah berdiri sambil membawa tongkat baseball di tangan kanannya. Ya, tongkat itu yang digunakan Riki untuk memukul Rian. Dan kini tongkat itu pula yang membuat atasanku tersungkur tak berdaya di atas tubuhku. "Ayo!"Rian mendorong Riki hingga berpindah dari atas tubuhku. Dengan perlahan Rian membantuku berdiri. Tubuhnya Rian masih sempoyongan tapi dia berusaha kuat menolongku. Tanpa aba-aba kupeluk tubuhnya dengan erat. Aku tak bisa membayangkan jika dia tidak datang tepat waktu. Mungkin nasibku akan sama seperti saat Gilang melecehkanku di Bali. Rian mengendurkan pelukanku. Tubuhnya membungkuk lalu mengambil kemeja milikn
Baca selengkapnya

Bab 55

"Hati-hati, jangan ngebut!" ucap Rian tepat di telinga kiriku. Lagi, ada desiran hangat kala kepala Rian disandarkan di pundak sebelah kiri. Aku kembali fokus mengendari motor. Sejenak kutepis perasaan yang tiba-tiba hadir di dalam sanubari. "Masih pusing?" tanyaku seraya melirik Rian dari kaca spion. Sengaja aku bertanya kepadanya. Aku ingin menetralisir jantung yang kian berdetak kencang. Dan semoga Rian tak mendengar debaran di dada ini. Malu jika sampai ia tahu. "Sedikit," jawabnya lirih bagai hembusan angin malam. Dari ekspresi wajahnya bisa terlihat jelas jika rasa sakitnya tidaklah sedikit. Dia hanya pura-pura kuat di depanku. Ah, dasar laki-laki masih saja sok kuat di depan wanita. Apa lagi wanita itu yang ia cinta."Mau diantar ke mana, Ri?" Rian diam, dia seperti tak mendengar ucapanku. Pasti Rian tengah menahan rasa sakit. Duh, kasihan. Motor masih melaju meski aku tak tahu ke mana akan berhenti. Ingin mengantarkan Rian pulang tapi aku tidak tahu alamatnya. Selama ber
Baca selengkapnya

Bab 56

Rian mulai menceritakan runtutan peristiwa saat ia berada di hotel hingga akhirnya menemukan aku di restoran. Aku hanya mendengar tanpa menanggapi ucapan mereka. Pikiranku justru melayang awal mula bertemu dengan Cindy setelah sekian lama tak bertemu.Tuhan mempertemukan aku dan Cindy saat aku ingin mengakhiri hidup. Dari situlah aku menumpang hidup di kontrakannya. Karena Cindy pula aku bisa mengenal Om Bagaskara hingga akhirnya hidupku seperti ini. Selama aku menjadi wanita simpanan, Cindy selalu meminta uang atau barang yang ia inginkan padaku. Aku sudah seperti mesin ATM berjalan baginya. Namun setelah aku tak memiliki apa pun, dia tega menjual aku pada Riki.Sahabat macam apa dia? Tak ingatkah dia saat kita tertawa bersama? Apa kenangan itu lenyap begitu saja? Cindy sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Namun dia justru membuang aku seperti sampah yang tak berguna. “Jangan menangis,Bil! Ada aku di sini.” Rian menghapus air mata menggunakan telapak tangannya.Sesaat kami saling
Baca selengkapnya

Bab 57

Kriingg... Kriingg.... Aku terperanjat mendengar notifikasi panggilan masuk. Kepalaku sampai berdenyut karena bangun mendadak. Siapa yang meneleponku pagi-pagi begini? Aku bahkan masing enak-enak bermimpi. Aku ambil benda pipih yang ada di atas nakas. Dengan setengah sadar ku geser gambar telepon berwarna hijau ke atas. Lalu ku tempelkan ponsel di telinga kanan. "Ganggu orang tidur! Tau gak sih!" ucapku ketus. Kembali kurebahkan tubuh di atas kasur. Mata ini terasa berat. Rasa kantuk tak jua hilang. Maklum saja, aku baru memejamkan mata pukul dua dini hari. Masih terbayang lelahnya. Dan kini sudah dibangunkan oleh panggilan telepon entah dari siapa? "Aku sudah di luar, sayang. Buka pintunya!" Suara Rian terdengar dari sambungan telepon. Aku menghembuskan nafas kasar. Pagi-pagi anak itu sudah ada di depan kamar. Apa dia tidak capek? Jangan-jangan justru ia tak tidur, atau mungkin menginap di sini? Kejadian semalam saja sudah menguras tenaga. Butuh tidur lebih lama agar energi te
Baca selengkapnya

Bab 58

Aku duduk di kursi yang ada di teras. Dengan cepat tanganku membuka koper dan tas. Kuperiksa semua barang yang ada di dalamnya. Pakaian, dokumen penting seperti ijazah dan lainnya. Semua ada, tak ada satu barang yang terlewat. "Ada yang kurang?" tanya Farel yang sudah berdiri di sampingku. Aku menggelengkan kepala saat mata kami saling bertemu. "Kok dia tahu kalau kita mau mengambil barang-barang kamu, Bil?" tanya Rian seraya menjatuhkan bobot di kursi sebelahku. Lagi dan lagi aku hanya menggelengkan kepala. Sesaat kami saling diam. Aku mulai menerka-nerka runtutan peristiwa dari mulai aku menumpang tinggal di sini sampai kejadian mengerikan itu terjadi. Semua sudah direncanakan dengan baik. Aku bahkan tak sadar jika Cindy merencanakan hal buruk padaku. "Jangan-jangan dia kabur? Riki pasti sudah memberi kabar kepada Cindy.""Kamu benar, Ri. Cindy takut Yasmin melaporkan dia ke kantor polisi. Dan sebelum itu terjadi, Cindy sudah kabur duluan."Rian dan Farel menebak-nebak di balik
Baca selengkapnya

Bab 59

Yasmin membolak-balikkan gamis pemberian Farel. Wanita berkulit putih itu hanya mampu menggelengkan kepala melihat pakaian berwarna navy yang ia pegang. Bukan, bukan karena warna gamis itu. Tapi karena dia belum pernah memakai pakaian panjang dengan hijab menjuntai itu. Ting.... Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Yasmin segera mengambil benda pipih yang ada di atas ranjang. Dengan cepat ia membukanya. Sudut bibir tertarik ke atas saat mengetahui siapa pengirim pesan itu. [Aku ingin lihat kamu memakai gamis itu, Yas.]Yasmin menggelengkan kepala kala membaca pesan itu. Wanita berambut panjang itu tak pernah membayangkan memakai gamis dengan hijab menjuntai apa lagi memakainya. Namun untuk menolak permintaan Farel, dia juga tak sanggup. "Ada-ada saja anak itu!" gumam Yasmin kesal. "Apa kamu tidak tidur, Rel?" tanya Yasmin. Dia seakan berbicara dengan Farel, ia tak sadar jika lawan bicaranya sedang berada di rumah sakit. Yasmin berdiri di depan cermin sambil menempelkan gamis
Baca selengkapnya

Bab 60

Rian menghembuskan nafas kasar saat mendengar perkataan Farel. Dengan cepat ia mengambil kunci kamar Yasmin lalu memberikan kepada Farel. Tangan kanannya mengapit tangan Yasmin agar berjalan menuju tempat mobil Farel yang terparkir rapi. Yasmin mendengus kesal tapi enggan menolak. Dia pasrah dituntun Rian menuju tempat parkir. Genggaman tangan Rian membuat tubuh Yasmin seperti tersengat arus listrik. Hangat terasa sekujur tubuh. Saat Yasmin dan Rian saling menahan gejolak di dada. Lain halnya dengan Farel yang terbakar api cemburu. "Aku tahu kamu menaruh hati pada Rian, Yas. Tak bolehkan aku berharap untuk mendapatkan hatimu?" ucap Farel dalam hati. "Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya resepsionis dengan rambut disanggul rapi itu. "Saya mau check out atas nama Yasmin Nabila Putri," ucap Farel seraya menyerahkan kunci kamar hotel pada resepsionis tersebut. Tidak lupa dia memberikan kartu debit untuk membayar biaya hotel selama empat hari. Farel memang putra pemilik rumah sakit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status