Share

Bab 59

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-30 11:17:49

Yasmin membolak-balikkan gamis pemberian Farel. Wanita berkulit putih itu hanya mampu menggelengkan kepala melihat pakaian berwarna navy yang ia pegang. Bukan, bukan karena warna gamis itu. Tapi karena dia belum pernah memakai pakaian panjang dengan hijab menjuntai itu.

Ting....

Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Yasmin segera mengambil benda pipih yang ada di atas ranjang. Dengan cepat ia membukanya. Sudut bibir tertarik ke atas saat mengetahui siapa pengirim pesan itu.

[Aku ingin lihat kamu memakai gamis itu, Yas.]

Yasmin menggelengkan kepala kala membaca pesan itu. Wanita berambut panjang itu tak pernah membayangkan memakai gamis dengan hijab menjuntai apa lagi memakainya. Namun untuk menolak permintaan Farel, dia juga tak sanggup.

"Ada-ada saja anak itu!" gumam Yasmin kesal.

"Apa kamu tidak tidur, Rel?" tanya Yasmin. Dia seakan berbicara dengan Farel, ia tak sadar jika lawan bicaranya sedang berada di rumah sakit.

Yasmin berdiri di depan cermin sambil menempelkan gamis
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 60

    Rian menghembuskan nafas kasar saat mendengar perkataan Farel. Dengan cepat ia mengambil kunci kamar Yasmin lalu memberikan kepada Farel. Tangan kanannya mengapit tangan Yasmin agar berjalan menuju tempat mobil Farel yang terparkir rapi. Yasmin mendengus kesal tapi enggan menolak. Dia pasrah dituntun Rian menuju tempat parkir. Genggaman tangan Rian membuat tubuh Yasmin seperti tersengat arus listrik. Hangat terasa sekujur tubuh. Saat Yasmin dan Rian saling menahan gejolak di dada. Lain halnya dengan Farel yang terbakar api cemburu. "Aku tahu kamu menaruh hati pada Rian, Yas. Tak bolehkan aku berharap untuk mendapatkan hatimu?" ucap Farel dalam hati. "Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya resepsionis dengan rambut disanggul rapi itu. "Saya mau check out atas nama Yasmin Nabila Putri," ucap Farel seraya menyerahkan kunci kamar hotel pada resepsionis tersebut. Tidak lupa dia memberikan kartu debit untuk membayar biaya hotel selama empat hari. Farel memang putra pemilik rumah sakit

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 61

    Pov FarelTiinn ... Tiinn.... Aku dan Yasmin terkejut, sontak mengalihkan pandangan ke samping, tepat di mana mobilku berada. Suara klakson mobil kembali berbunyi. Lagi dan lagi Rian mengganggu kedekatanku dan Yasmin. Kenapa dia tak memberiku ruang untuk mendekati Yasmin. Dasar anak kemarin sore! Aku menghembuskan nafas kasar, ingin memaki tapi percuma. Rian pasti tertawa melihatku kesal. "Ayo masuk, Rel!" Aku mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Kulirik Rian yang duduk tepat di sebelah kemudian. Wajahnya masam seperti tanggal tua tak kunjung gajian. Dia pasti cemburu, sama seperti yang kurasakan saat dia bersama Yasmin. Aku melajukan mobil meninggalkan hotel menuju kontrakan baru Yasmin. Sebuah kontrakan yang terletak tak jauh dari rumah sakit. Dan berada di depan jalan raya. Ya, aku sengaja memilih kontrakan itu agar Yasmin bisa berniaga dan lepas dari Bagaskara? Aku bahkan tak segan mengeluarkan puluhan jutaan rupiah untuk menyewa rumah dan memberi modal Yasmin mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 62

    Pov Farel"Wanita apa?" tanyaku penasaran. Perasaanku mengatakan jika Rian mengetahui sesuatu. Tapi apa? "Bukan apa-apa, lupakan saja. Aku pulang dulu, Rel." Dia sedikit berlari meninggalkan rumah kontrakan Yasmin. Niat awal ingin mengantar Rian pulang. Namun kini justru aku penasaran dengan kalimat baru saja dia ucapkan. Apa apa antara dia dan Yasmin? ***Aku berjalan perlahan memasuki rumah. Jantungku seakan dipacu lebih cepat. Permintaan papa agar aku langsung pulang membuat perasaanku semakin tak enak. Ingin menolak dengan alasan jadwal praktek. Tapi papa jauh lebih cepat. Beliau sudah meminta dokter lain untuk menggantikan pekerjaanku. Menjadi pemilik rumah sakit membuatnya bisa bertindak dengan cepat. "Masuk, Rel!" ucap mama saat melihatku berada di ambang pintu masuk. Sepertinya mereka sudah menantiku terlalu lama. Aku mendekat dan mencium tangan papa, mama dan Mbak Hazna dengan takzim. Mereka hanya menatap tanpa mengucapkan sepatah kata. "Bisa tolong jelaskan ini, Rel?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 63

    Sudah tiga hari jasa laundry kubuka. Namun hingga detik ini belum ada satu pelanggan yang menggunakan jasa mencuci atau menyetrika baju. Membuka usaha baru memang tak semudah menjalankan usaha yang sudah ada. Kita harus pandai melakukan promosi. Di sinilah skil dan tekat dibutuhkan. Sebenarnya masih ada keraguan dalam hatiku. Apa aku mampu mengelola laundry ini? Sementara sejak kecil aku tak pernah mencuci. Semua pekerjaan itu dilakukan oleh asisten rumah tangga. Aku hanya terima beres saja. Namun untuk menolak aku juga tak tega. Lagi pula mencari pekerjaan di jaman sekarang sangatlah susah. Sekalinya diterima ada saja cobaan yang datang mendera. Dari dipermalukan orang hingga dilecehkan atasan sendiri. Dan menjalankan usaha ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik untukku.Aku mencoba mencuci dan menyetrika sebisaku. Sedikit-sedikit aku mulai bisa meski tak secepat dan serapi orang lain. Butuh waktu untuk membiasakan hal yang tak pernah ku lakukan. Dan semua ini tak lepas dari d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 64

    Pelanggan silih berganti datang. Entah mencuci atau sekedar menyeterika pakaian. Semua ku terima dengan senang hati. Meski harus menguras energi. Namun aku senang mendapatkan uang dari hasil keringatku sendiri. Memang tak sebanyak yang Om Bagas berikan. Tapi ini sudah membuatku bahagia. "Mbak! Mbak Nabila!" Panggil seseorang dari depan ruko. Segera aku hentikan aktivitas menyeterika. Sedikit berjalan cepat aku menuju ruko. Tentu setelah mematikan setrika. Dua orang wanita berdiri tepat di depan meja kayu yang biasanya digunakan untuk meletakkan timbangan. Kedua wanita itu membawa kantung plastik berisi pakaian. Pasti mereka ingin kembali menggunakan jasa laundry yang ku kelola. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanyaku lembut. BRUUGKedua wanita itu serempak melemparkan kantung plastik berisi pakaian di atas meja. Seketika pakaian itu berhamburan ke luar. Bahkan ada yang jatuh di bawah meja. Ada apa ini? Kenapa, mereka seperti itu? Sebuah tanda tanya besar tergambar jelas dalam p

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 65

    Sudah beberapa minggu Yasmin belajar mengaji dengan Fathiya. Setelah isya Fathiya datang ke rumah Yasmin. Tentu laundry milik Yasmin sudah tutup. Fathiya tak ingin menganggu Yasmin yang sedang bekerja. Dia juga tak mau proses belajar terganggu karena kedatangan pelanggan.Tidak hanya mengaji, Yasmin juga mulai shalat lima waktu. Meski masih bolong sesekali. Namun dia sudah menunjukkan keseriusannya. Dia ingin menepati janjinya kepada Tuhan. Meski perlahan. "Maaf nih, Mbak. Boleh tanya sesuatu?" tanya Fathiya setelah mengajar mengaji. "Boleh, Mbak. Silakan!" jawab Yasmin seraya meletakkan gelas di atas meja. Jus jeruk sudah berpindah tempat dan masuk ke dalam perut Yasmin. Setelah satu jam belajar mengaji membuat tenggorokannya kering. Hingga dalam hitungan detik satu gelas jus jeruk habis tak tersisa. Fathiya menghirup oksigen dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Pertanyaan yang ingin ia sampaikan merupakan hal sensitif. Maka dari itu dia berusaha merangkai kata agar kalimat yang m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 66

    Ting ....Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Yasmin bangun lalu mengambil benda pipih yang ada di samping bantal berwarna merah muda. Tangan kanannya dengan cepat menari di atas layar. Senyum yang sempat hilang kini singgah kembali. Pesan dari Farel bagai air yang menyejukkan. Membuat rasa berdosa itu terkikis untuk sementara. Tuhan seakan sengaja mengirimkan Farel untuk mengubah kehidupan Yasmin. Habis gelap terbitlah terang. Sudah persis judul buku R.A. Kartini. Begitulah sekenario yang Tuhan berikan pada setiap hambanya. Namun ada saja yang masih tak terima dan bahkan memaki Sang Pencipta. Mereka seolah lupa bahwa Allah sebaik-baiknya pembuat sekenario.[ Sudah shalat kan,Yas. Jangan lupa berdoa. Maaf belum sempat main ke tempatmu. Aku masih sibuk.][Ku harap kamu tidak rindu. Cukup aku saja yang selalu merindukanmu.]Pipi Yasmin memerah saat membaca pesan yang Farel kirimkan. Sebuah lengkungan masih bertahan di bibirnya. Dia sangat bersyukur Tuhan mengirimkan malaikat tak b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 67

    "Kamu tak pantas dengan Farel! Jauhi dia!"Kalimat yang diucapkan papa Farel kembali terngiang di telingaku. Rasa sesak menyeruak memenuhi rongga dada. Ingin rasanya aku pergi dan menghilang tapi sayang semua itu tak bisa kulakukan. Apa salah jika aku berteman dengan Farel? Aku bahkan tak berniat untuk menjadikan Farel target atau pacar. Berteman dengan dia sudah lebih dari cukup. Aku duduk di teras seraya menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi. Rasa kecewa dan marah melebur menjadi satu. Bukan, bukan marah kepada orang tua Farel. Namun aku marah dengan diriku sendiri. Kesalahanku di masa lalu kini berdampak sekarang. Dan mungkin masa depan. Aku tak menyalahkan orang tua Farel. Mereka benar, sebagai orang tua tentu menginginkan menantu yang baik bukan seperti diriku, seorang mantan simpanan lelaki hidung belang. Orang tua mana yang mau anaknya dekat denganku? Tak ada! Dan tak akan pernah ada! "Mbak! Laundrynya belum buka?" Suara lantang seorang lelaki menyentakku dari la

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08

Bab terbaru

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 128

    "Yasmin!"Farel segera berlari mendekati istrinya yang tergeletak di lantai tepat di depan kamar mandi. Yasmin pingsan beberapa saat yang lalu. "Yasmin, kamu kenapa?" Farel kebingungan melihat Yasmin tak bergerak. Farel menyentuh pipi istrinya, tapi Yasmin masih diam saja. Refleks Farel mengangkat tubuh Yasmin. Tertatih ia membopong tubuh Yasmin ke dalam kamar. Farel berusaha menguasai diri. Dia tepis rasa khawatir yang bersemayam dalam dadanya. Suami mana yang tak khawatir dan panik melihat istrinya tak sadarkan diri. Apalagi dalam kondisi mengandung. Dengan cekatan Farel memeriksa denyut nadi perempuan di hadapannya. Seketika wajah lelaki menegang kala melihat cairan merah yang mengalir di kaki istrinya. Tanpa pikir panjang, Farel berlari ke luar. Dia berusaha meminta bantuan tetangganya. Tidak lama sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah Farel. Farel dan seorang lelaki dengan hati-hati membopong tubuh Yasmin. Mereka merebahkan Yasmin di jok bagian tengah."Tolong cepat ya,

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 127

    "Papa."Mataku melotot melihat lelaki yang kini berdiri di hadapanku. Lelaki yang sejak semalam kupikirkan kini berdiri di depan mata. Namun dengan wajah merah padam. "Siapa tamunya, Rel?"Aku masih diam, pertanyaan Yasmin bagi angin lalu. Hanya lewat tanpa singgah apalagi menetap. "Mama dan Hazna mana?" tanyanya dengan netra menelisik setiap sudut ruangan ini. "Ada di dalam, Pa. Papa masuk dulu!""Gak sudi! Suruh mama dan Hazna keluar, sekarang!" pekiknya. "Kok lama, siapa tamunya, Mas?"Aku menoleh ke belakang. Yasmin sudah berdiri dengan wajah menunduk, ketakutan. "Papa," ucap Mama dan Mbak Hazna serempak. Hening menyelimuti ruangan ini beberapa saat. Ada takut dan tegang yang membuat suasana tidak lagi kondusif. Tatapan papa mampu membuat semua orang menciut, terutama Yasmin. "Ayo pulang, Ma, Hazna!""Dari mana Papa tahu aku dan mama berada di sini?" tanya Mbak Hazna ketika berada di sampingku. "Tak penting, pulang sekarang!""Sabar, Pa! Semua bisa dibicarakan dengan baik-

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 126

    "Mama... Mbak Hazna."Aku tak mampu lagi berkata-kata, hanya sebuah pelukan yang mampu melukiskan betapa rindu hatiku ini. "Lepas, Rel!" Mbak Hazna mendorong tubuhku hingga menjauh. "Kamu mau Mbakmu ini mati kehabisan napas?"Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Aku terlalu bahagia hingga mengapresiasikan rasa itu secara berlebihan. Mbak Hazna tak tahu, betapa aku sangat merindukan dia dan mama. "Ma, Mbak," panggil Yasmin seraya mencium penggung kedua wanitaku dengan khitmad. Sempat kulihat keraguan yang nampak di wajah istriku. Namun seketika berubah kala mama dan Mbak Hazna menyambut dengan pelukan hangat. Ini adalah momen yang selalu aku nantikan. Kami berkumpul tanpa rasa benci dan amarah. Kami hidup menjadi keluarga yang utuh dan bahagia. Namun perjuangan kami belumlah selesai. Aku dan Yasmin harus berusaha keras melunakkan hati papa yang sekeras baja. "Disuruh diem di situ, Rel? Tante sama Mbak Hazna capek berdiri begitu."Seketika aku terkesiap kemudian se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status