Dengan gemas Cahaya memberikan capitan jarinya di perut Raja. "Ih, jahat! Kenapa juga tadi pakai alasan seperti itu? Pake nama aku lagi!" protes Cahaya dengan serangan membabi-buta. "Aduduh … sakit, Sayang! Iya, maaf. Lagian itu alasan kamu lebih lucu lagi, kenapa coba?" tanya Raja sambil menahan serangan Cahaya. "Nggak tahu, refleks aja. Udah, ayo turun! Nanti mereka menyangka yang lain-lain lagi." Cahaya menghentikan cubitannya dan bersiap keluar. "Ya, nggak pa-pa, suami istri ini," jawab Raja acuh, namun tak urung mengikuti Cahaya keluar dari mobil. Cahaya menghembuskan napas kasar, perpisahan sudah semakin dekat. Tawa bahagia, rasa nyaman, dan kebersamaannya dengan Raja, sebentar lagi akan tinggal kenangan. Setidaknya, untuk beberapa bulan kedepan, semua hanya dapat dia bayangkan. "Sayang? Ayo!" panggilan Raja mengagetkan Cahaya yang menatap malas pada bangunan yang ada di depannya, dan dengan langkah gontai, Cahaya mendekati Raja. "Semangat, ya?! Kan tadi sudah aku kasih do
Baca selengkapnya