Beranda / Romansa / Antara Dilema & Cinta / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Antara Dilema & Cinta: Bab 121 - Bab 130

140 Bab

121. Pria Mana yang Tak Tergoda?

"Hebat juga kamu ternyata," Tanu masuk ke ruang pertemuan saat Sang Penulis telah pergi."Memang semua pekerjaan jangan main hati, tetapi sesekali pendekatan dengan hati juga bagus,""Kamu pasti disukai sama orang kantor ya,""Boro-boro, pak. Dibenci iya,""Masa sih?""Sudah. Aku nggak mau bahas itu lagi. Sebaiknya sekarang aku pulang," Ananta bangkit berdiri. Sambil menurunkan kemeja yang naik saat ia duduk. Menampakkan paha atasnya."Kamu yakin mau pulang dengan pakaian seperti itu?""Yah. Tenang saja aku akan segera mengembalikannya saat pulang nanti," Ia mengambil gawainya dari meja. "Aku minta nomormu dulu,""Oh, jadi ini trik yang kamu pakai untuk mendapatkan nomor pria ganteng?""Pak, Bapak jangan terlalu percaya diri deh. Aku juga sudah punya pacar. Aku minta nomor Bapak supaya aku bisa kembalikan kemeja ini,"Udah punya pacar toh. Malas banget jadinya."Tidak perlu. Kemejanya kamu buang aja. Saya sibuk," Tanu keluar dari ruangan, berjalan cepat ke ruangannya."Lo bisa simpan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-12
Baca selengkapnya

122. Sesuatu yang Bening, Tentu juga Menggoda

"Kenapa sih matamu? Lihat aku segitunya banget!" Ananta protes. Ia hampir akan terjatuh ke belakang saat Tanu tiba-tiba ada di belakangnya. Blam. Pintu mobil ojek daring ditutup dengan keras olehnya."Kau tidak terhipnotis karena ketampananku?"Ananta mengangkat salah satu alisnya. Balas menatapnya."Kau ikut aku. Aku yang akan antar kau pulang," Tanu menarik lengan kiri Ananta. Saat ia teringat sesuatu, ia berhenti. Lalu menurunkan kepalanya, berbicara dengan supir ojek daring. "Pak, nanti Bapak sampai ke tujuan aja. Pesanan ini tidak dibatalkan. Tetapi maaf saya mengambil alih, karena wanita ini berharga bagi saya. Saya harap Bapak mengerti,""Baik, pak!" Si supir menjawab cepat. Dengan cepat juga ia membanti setir ke arah kanan, keluar dari antrian. Lalu, keluar dari lapangan kantor."Pak, Bapak kenapa sih? Lalu kenapa tiba-tiba berbicara informal?" Lagi-lagi Ananta protes. Ia kesal sekali. Pulang ke hotel saja kenapa bisa seribet ini?"Memangnya hanya kau yang boleh bicara informa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-19
Baca selengkapnya

123. Kenapa Bapak Harus Tahu Semuanya?

Kepulan asap dari alat pemanggang terlihat membumbung ke udara. Sebagian asap itu membelai rambut Ananta. Orang-orang nampak ramai disini.Suara-suara orang bicara pun terdengar saling menimpa satu sama lain sehingga menimbulkan suara yang tumpang tindih. Agak memusingkan memang. Apalagi sekarang beberapa orang sudah mulai menyenggol lengannya.Mereka sedang berada di daerah pecinan. Daerah permukiman masyarakat etnis Tionghoa. Ornamen berwarna mayoritas merah dan kuning juga nampak dimana-mana. Sepanjang jalan dibuka pertokoan dan restoran."Hei, kenapa kau termenung disana? Kau mau dipanggang kayak sate itu juga?" Tanu menghentikan langkahnya saat mendapati Ananta telah berada lima langkah jauh di belakangnya.Ananta tak mendengar pertanyaan Tanu. Sekali lagi ia melihat ke sekitar dan ke arah atas. Beberapa lampion berwarna merah terang terpajang di atas. Lampion itu disambung dengan sebuah tali berwarna merah yang dihubungkan dari satu gedung ke gedung lainny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-22
Baca selengkapnya

124. Apakah Sekarang Kau sedang Baik-baik Saja?

"Dia dimana?" Ananta langsung menembak dengan perkataannya saat Tanu masuk ke dalam restoran."Haiya, Tanu. Udah lama kau tak main kesini? Datang-datang malah udah ada cewek aja kau. Sukses sekali kau." Seorang ibu paruh baya datang mendekat saat Nicho hampir saja sudah akan duduk di kursi depan Ananta."Bukan gi-""Bentar. Bentar," Ibu itu berjalan cepat kembali ke dapur."Kamu terkenal sekali, pak!" Ananta menenggak air minum dengan sekali teguk. Memang gelasnya kecil sekali."Dulu sebelum aku sukses seperti sekarang, aku sering dikasih makan gratis sama pemilik restoran ini. Jadinya, sebagai balas budi, aku kerja disini. Asal kau tahu aja, semenjak aku kerja disini, restoran ini semakin terkenal. Yah, padahal dulunya hanya seperti restoran pilihan terakhir orang-orang jika restoran di depan telah penuh. Padahal makanannya enak sekali,""Hei, aku tidak perlu mendengar masa lalu Pak Tanu. Pertanyaan pertamaku saja belum dijawab,""Dia udah aku suruh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-23
Baca selengkapnya

125. Aku nggak Tahu Ananta Seperti Apa

"Ana!" Nicho berteriak dengan lantang saat melihat Ana berjalan masuk ke dalam hotel. Lalu, matanya menelusuri bahwa Ana tidak sendiri, dia bersama seorang pria. Apalagi seingat dirinya, Ana tidak berpakaian seperti itu. Mengenakan gaun?"Kamu habis dari mana aja?" Nicho berjalan cepat mendekati Ana.'Gawat! Ini aku harus bilang apa nih! Masa aku bilang keluar sama Pak Tanu? Nanti dikira aku suka macam-macam sama laki-laki'"Ana, jawab dong! Itu bosmu tanya loh!" Tanu mencolek lengan Ananta."Kamu siapa?" Kini Nicho yang bertanya curiga dengan Tanu. 'Dia berpenampilan rapi dan setelan pakaiannya bukan main. Dia bukan orang sembarang. Apakah Ananta memang ada kenalan di Jakarta?'"Perkenalkan saya adalah Tanu Wijaya. Kamu pasti Pak Nicho bukan?" Tanu menjulurkan lengannya."Iya, benar. Saya Nicholas Alexus, atasannya Ananta," Nicho menerima uluran tangan Tanu. "Maaf, pak! Saya baru pulang jam segini. Tadi saya dibantu oleh Pak Tanu saat hujan tadi,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

126. Kamu itu Manusia atau Setan?

"Ini Gracia kenapa sih? Segitunya banget sama Ana. Ana juga, dia emang suka cari musuh banget sih! Apa nggak cukup 1 kantor benci sama dia? Sekarang malah Gracia juga memusuhinya? Dan lagi-lagi Ana nggak cerita banyak ke aku. Pakai marah nggak jelas lagi. Pusing ah," Stanley masuk kembali ke kamar hotelnya. Ia tak mau lagi memikirkan hal aneh lainnya. Besok, ia harus mendatangi kantor Nicho lagi.***"Ana, sekarang kamu bilang ke saya. Apa yang terjadi semalam? Siapa Tanu Wijaya?" Nicho melipat kedua tangannya di depan dadanya. Nicho baru saja selesai olahraga. Ia meminta Ana menemaninya karena Gracia juga menolak ajakannya untuk olahraga bersama."Saya minta maaf, pak. Saya benar-benar menyesal atas perbuatan saya kemarin. Gawai saya mati dan saya tidak bawa pengisi daya listrik," Ana menggeser posisi duduknya. Posisi Nicho terlalu dekat dengannya. Mereka duduk di kursi taman. Kursi taman yang terbuat dari besi. Dinginnya hampir terasa menusuk ke dalam tulang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-27
Baca selengkapnya

127. Berakhirnya Persahabatan

Aroma semerbak bubuk kopi langsung tercium saat Ananta mendorong pintu masuk. Terdengar juga beberapa konsumen mulai berbincang, suara mereka bertimpakan melewati telinga Ananta. Dari sejak awal kedatangannya ke hotel, kedai kopi ini sudah menarik perhatiannya. Kedai berlantai satu yang dibangun dengan kayu bukan beton. Masih berdiri kokoh di antara area perkantoran yang gedungnya menjulang tinggi.Gracia mengikutinya dari belakang. Aroma kopi yang dihasilkan dari racikan si barista sungguh menarik minatnya. Kedai kopi klasik namun tidak dengan barista dan kasirnya. Semuanya adalah pria muda yang mungkin saja masih menempuh perkuliahan atau baru saja lulus. Kedai ini memang sudah menarik kekagumannya sejak ia pertama kali menginjak ke Jakarta 2 tahun yang lalu. Namun, baru sekarang ia bisa kesini, bersama dengan orang yang sekarang telah masuk daftar hitamnnya."Mas, aku pesan morning tea satu ya," ujar Ananta kepada kasir. "Kamu mau pesan apa?" Ananta menoleh ke arah G
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-29
Baca selengkapnya

128. Semua Sudah Selesai, Semua Hancur

Stanley mau tidak mau mengikuti Nicho. Tak ada yang bisa dibuatnya kali ini. Jika ia mengintip Ananta dan Gracia yang sedang mengobrol dan dia ketahuan. Maka hubungan dia dan Ananta akan semakin runyam."Saya akan berlari di taman. Kamu mau ikut atau duduk di taman saja?" Nicho bertanya saat mereka sudah sampai di depan taman."Aku ikut berlari saja," Berlari santai di jalur lari sepertinya memang bukan ide yang buruk.Kondisi taman ramai namun tidak sampai harus berdesak-desakan. Ada orang tua muda yang membawa anak kecilnya main. Ada pasangan muda yang berlari beriringan. Ada juga anak-anak yang riang gembira berlarian di tempat bermain.'Ternyata olahraga pagi tidaklah buruk,' pikir Stanley."Hei, kamu memang biasa suka olahraga pagi-pagi?" Stanley berlari kecil menyusul Nicho."Iya. Udara pagi dan berkeringat di pagi hari bisa membantu saya melepaskan stres,""Kamu sekarang nggak gelisah?""Gelisah? Kenapa harus gelisah?""Ananta dan Grac
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

129. Aku juga Benci dengan Gracia?

"Kamu kenapa sih tarik-tarik? Nanti orang lain kira kita homo loh!" Stanley menghempaskan lengannya. Berhasil. Lengannya berhasil terlepas dari genggaman Nicho.Kini mereka berada di area lapangan tenis dan lapangan papan seluncur. Hanya ada beberapa remaja yang sedang bermain disana. Nicho memutuskan untuk duduk di jalanan yang lebih tinggi dari tempat mereka berdiri."Saya bukannya menghindari masalah, tetapi dengan perbuatanmu memukul saya akan ada 2 hal yang terjadi. Pertama, kamu bisa dilaporkan oleh seseorang dengan tindak kriminal. Kedua, kamu nampak seperti anak kecil yang sedang merengek sedangkan saya lebih seperti orang tua jahat," jelas Nicho. Ia menengguk air mineral dari botol yang ia bawa. Isinya sudah hampir habis."Dan kamu nggak mau kalau orang lain tahu kalau kamu itu jahat kan?" komentar Stanley sambil berkacak pinggang."Bukan itu maksud saya," Nicho mendongakkan kepalanya dengan malas. "Sebaiknya kamu duduk saja, saya kurang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-05
Baca selengkapnya

130. Aku Semakin Susah Mengenalmu

"Ananta, tunggu!" Stanley segera berlari menghampiri Ananta. Berlari lalu berdiri di depan Ananta."Apa? Energiku sudah habis Stanley. Aku sudah tidak punya tenaga untuk bertengkar denganmu," rengek Ananta."Nggak. Kali ini aku nggak mau marah atau apapun itu. Aku mau minta maaf. Aku terlalu egois. Bahkan aku tidak ada bersamamu saat kamu ada masalah dengan Gracia. Aku minta maaf,""Iya. Aku terima maafmu. Sekarang udah ya, aku mau siap-siap ke kantor. Aku nggak enak kalau harus terlambat,""Gitu aja? Kamu nggak mau jelasin kamu semalam sama siapa?""Stanley, ada apa lagi sih?" Kesabaran Ananta sebentar lagi akan habis.Setelah semalam syok karena Nicho tungguin dia, lalu pagi-pagi jantungnya harus berdegup kencang karena harus mengobrol empat mata dengan Gracia. Sekarang malah Stanley yang buat ulah di saat yang tidak tepat."Kamu mau hubungan kita gimana sih? Seharusnya sebagai pacar yang baik, kamu harus bilang sejuju
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status