Esoknya, siang hari, Arga mematung di dapur. Alasannya karena di tempat yang ia tuju, ada Dio yang sedang fokus menyeduh kopi instan, sama seperti yang akan dia lakukan. Dia yakin dari jarak itu Dio sudah menyadari keberadaannya, namun orang itu tak menggubrisnya sama sekali. Dia pun mendekat, tepat ke sisi kiri Dio yang sedang membuka kemasan kopinya. Wajah Dio penuh dengan plester di hidung, pipi, pelipis dan sisi mulut, sementara Arga hanya di hidung saja, namun tangan kanannya di perban dan tak bisa ia gunakan untuk beberapa hari. Arga lalu menyobek kemasan kopi dengan giginya. Itu kopi hitam lokal tanpa gula, sehingga setelah ia memasukkan kopi ke dalam gelas, ia mulai kesulitan membuka toples berisi gula dengan satu tangan. Dio lalu mengambil toples dari tangannya dan memasukkan dua butir gula padat pada gelas Arga, dan dua butir ke dalam gelasnya sendiri. Mereka lalu bergantian mengisi air panas dari dispenser di depan mereka. Saat akan mengaduk, rak sendok ada tepat disamping
Read more