Semua Bab CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Bab 61 - Bab 70

100 Bab

Jalan yang tak dibayangkan

Ardan kembali pulang, setelah memarkirkan kendaraan roda dua miliknya, bergegas ia masuk ke dalam rumah. Pandangannya dikejutkan dengan Imelda yang duduk di ruang makan seorang diri. “Ardan,” panggilnya. Pria itu menoleh, menatap ibunya sambil berdiri di samping sekat yang memisahkan ruang TV dan ruang makan. “Sini …, Ibu mau ngomong,” lanjutnya. Ardan mengangguk pelan, masih terlihat raut wajah tak enak hati juga segan dengan Imel. Ditariknya kursi perlahan, ia duduk bersisian dengan ibunya. “Apa kamu bisa janji sama Ibu, untuk nggak berbuat diluar batas norma agama dan sosial kita?” To the point, tak perlu Imel basa basi–sifatnya memang seperti itu. “Maafin Ardan, Bu,” tuturnya. Imel mengangguk. “Tolong pegang kata-kata kamu, ya, Nak. Ibu kecewa sama kamu, jangan sampai kamu ulangi lagi kesalahan kayak gini apa kamu mau Ibu benar-benar marah?” “Nggak, Bu. Ardan, salah dan khilaf.” Kepala Ardan tertunduk. Imel mengulurkan tangan untuk mengusap kepala sang putra kedua. “Yaudah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-03
Baca selengkapnya

Wajah Baru

9 tahun kemudian. Suara tombol kode kunci apartemen mewah itu berbunyi dua kali, seorang pria memegang gagang pintu kemudian mendorong pelan ke arah dalam. Ia melepaskan sepatu dan berganti sandal dalam ruangan. Dilemparnya sembarang tas kerja miliknya ke atas sofa besar. Ia beralih ke wastafel, mencuci tangan lalu wajah. Rutinitas yang sudah hampir lima tahun ia jalankan. Sendirian. Hal selanjutnya, ia membuka kulkas, meraih minuman bersoda lalu meneguknya hingga setengah kaleng, tangan lainnya menekan tombol di layar ponsel kemudian meletakan di atas meja dapur. Bokongnya ia sandarkan di depan bak cuci piring yang jarang digunakan. “Ardan, Ibu sama Ayah mau ke luar kota, acara nikahan sepupu. Di kulkas udah ada makanan ya, ‘nak, kamu panasin pake microwave aja. Bang Dewa, Gadis, sama Syafia ke tempat kamu besok. Gadis mau bawain salad buah, sama katanya Syafia mau ketemu Om Ardan. Satu lagi, Araska tanyain kamu, dia mau diskusi tentang tugas kuliahnya, tolong video call ya. Nanti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-04
Baca selengkapnya

Satu atap

Ardan mengeluarkan sandal baru untuk digunakan Sahila, wanita itu selalu tersenyum ramah setiap Ardan berlaku sesuatu kepada dirinya. “Kamar kamu itu, Kakak rapikan dulu, belum dipasang sprei karena kamar itu jarang dipake.” “Iya, Kak. Aku bantu pasang spreinya,” tukas Sahila sambil berjalan ke arah kamar. “Nggak usah. Kakak aja, kamu istirahat dulu.” Ardan masuk ke dalam kamar, menyalakan AC lalu mulai mengambil sprei di lemari berwarna putih yang ada di kamar itu. Sahila memindai semua ruangan, apartemen dengan nuansa warna hitam, abu, putih dan emas itu begitu elegan. “Kakak sendirian di sini? Pacar Kak–” Sahila menggigit bibir bawahnya, kenapa juga ia bertanya tentang hal itu. “Maksud ku … itu, Kak–”“Kakak tinggal sendirian.” Ardan begitu tegas menjawab, Sahila mengangguk. Ia berjalan mengelilingi ruangan, membuka tirai putih yang dibaliknya tersimpan pemandangan kota Jakarta dengan gedung megah berdiri kokoh di sekelilingnya. Sahila tersenyum, karena Jakarta memang tak jauh b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-04
Baca selengkapnya

Masakan pertama

Sahila merasa jika ini kesempatannya menunjukan perasaan yang dimiliki. Ciuman pertama yang dicuri Ardan, membuatnya gede rasa. Hal yang wajar walau ia terkejut dengan lelaki itu yang memiliki rahasia ‘menjijikan’ bagi beberapa wanita. Namun, Sahila mencoba memaklumi dengan menganggap hal itu wajar, apalagi, di negara tempat asalnya juga hal itu sudah dianggap biasa bagi beberapa orang. Ia baru saja berbicara dengan maminya melalui sambungan telepon, wanita dengan ketegaran luar biasa yang sama seperti Imelda, mau merawat juga menyayanginya layaknya ibu kandung padahal Sahila lahir dari seseorang yang hampir menghancurkan rumah tangga Prasert dan sang istri. Tangan Sahila lincah memotong sayuran segar, ia akan membuat hidangan makan malam khas masakan Thailand, salad pepaya seafood. Namun, ia tak memakai bahan makanan mentah, ia ganti seafood mentah dengan udang dan ayam rebus sebagai protein. Rasa masam, manis, segar dari perasaan jeruk nipis, sedikit cuka, asam jawa juga air gula
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-05
Baca selengkapnya

Kak Ardan suka Sahila

Makan malam selesai, mereka kini duduk di ruang TV, tapi dengan Ardan yang fokus menatap layar laptop sambil memakai earphone. Beberapa kali percakapan dengan bahasa inggris juga diucapkan. Sahila hanya memperhatikan sesekali, sebelum beranjak untuk menghidangkan buah potong untuk Ardan. Ia membeli melon orange dan apel. Ia sudah seperti berperan menjadi seorang istri dengan baik. Kembali senyuman merekah saat melihat gerakan Ardan yang meregangkan kedua tangannya ke atas tubuh, terlihat seksi dan membuat Sahila jingkrak-jingkrak dalam hati. Bagusnya Ardan tak melihat hal itu, bisa malu jika tertangkap basah ia semakin mengagumi kakak angkatnya itu. Setelah mengatur degup jantungnya, ia baru berjalan ke arah Ardan dengan mangkok di tangannya. “Kak, ini buahnya,” ucap Sahila kemudian kembali duduk berjarak dari lelaki itu walau masih di atas sofa ukuran besar yang sama. Ardan melirik, lalu tersenyum. Begitu tampan dan manis senyumannya, membuat Sahila tak kuasa membalas dengan senyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-05
Baca selengkapnya

Ketahuan Imelda

“Ila!” teriak Imelda saat ia tiba di apartemen Ardan dan mendapati anak kandungnya sedang memeluk putri angkatnya. Ardan langsung melepas pelukannya, ia terkejut melihat Imelda berdiri di dekat dapur, saking asiknya bersama Sahila, ia tak mendengar suara bunyi kode pintu terbuka. “B–bu,” jawabnya gugup. Sahila menunduk, ia menghampiri Imelda dengan berjalan perlahan. Tangannya meraih jemari ibu sambungnya, ia genggam erat dengan tatapan tertunduk. “Jelasin ke Ibu!” tegas Imelda yang jelas sekali tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Ardan mengusak rambutnya, kemudian menghampiri Imelda yang menatap dengan wajah penuh rasa kesal. Wanita itu tak memberi celah untuk putranya sekedar mencium pipi. Imel duduk di sofa, bersama Sahila di sebelahnya. Putra keduanya tampak bingung, tak tau harus menjelaskan dari mana, karena memang ia tak menyangka juga tak siap hal ini justru ketahuan Imelda lebih cepat diluar rencana. “Bu … Ardan–”“Sahila pulang sama Ibu sekarang. Sebelum terjadi sesua
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-10
Baca selengkapnya

Genggaman tangan

Hati seorang ayah sejatinya sama dengan ibu yang memiliki feeling kuat tentang anaknya. Hanya saja, seorang ayah tidak akan berbicara lantang mengutarakan isi hatinya. "Ila, lagi bikin apa?" tukas Rizal sambil mengintip dari balik bahu sang putri angkat. "Ibu minta Ila bikin dumpling, tadi Ibu bikin adonan kulit, Ila bikin isinya. Ayam dan udang.""Pakai kecap asin nanti, 'kan untuk sausnya?" lanjut Rizal. "Iya," jawab wanita cantik itu. Rizal tersenyum, ia menyeret kursi meja makan kemudian duduk. Pria itu menatap sendu ke Sahila yang memunggunginya. "Ila, tau kalau Kak Ardan mau dijodohkan dengan anak teman Ibu?" Tak bisa menutupi, Rizal blak blakan bicara. Tangan Sahila berhenti melakukan kegiatannya sejenak, kedua matanya terpejam, sedetik kemudian ia mengangguk. "Nanti malam acara makan malamnya, Ila bisa ikut, 'kan?" "Bisa," jawabnya sambil menoleh kebalik bahu untuk menatap ayah sambungnya. Sahila sadar diri, ia mulai menutupi lagi isi hatinya karena tak ingin mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Bukan permainan

Sahila pulang ke rumah dengan membawa luka yang ia tutupi begitu apik, bahkan Imelda dan Rizal menganggap jika putrinya terlihat santai. Ia melepaskan anting mutiara sambil menghela napas panjang, di saat sendiri barulah terasa bagaimana dadanya terhimpit, sesak terasa. Kepalanya tertunduk, saat akhirnya menyadari cintanya kandas padahal belum juga berlayar jauh. “Halo, Kak Gadis,” jawabnya saat nama istri Dewa muncul di layar ponsel canggihnya. “Gimana? Eh kamu nggak usah panggil aku ‘kak’, Gadis ada, Ila,” tegurnya. Sahila tersenyum tipis. “Maaf,” lirihnya. “Tadi gimana, La? Cantik perempuan yang dijodohkan Ibu untuk Kak Ardan?” lanjut wanita yang tengah hamil dua bulan. “Cantik. Namanya Sherly. Cocok sama Kak Ardan, Dis.” “Yakin?” “Iya.”“Nggak percaya.” “Kamu harus lihat sendiri, baru percaya.” “Nggak ah. Takut kesal.” Sahila tersenyum, ia merebahkan tubuh di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan tangan kanan masih memegang ponsel di telinga. “Aku harus lupain
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Sahila yang lemah

Baginya, Ardan tetaplah sempurna. Sahila dibutakan dengan perasaannya, ditambah kini justru rasa bersalah yang menyelimuti. Sudah beberapa kali ia ikut menemani Imelda mengunjungi sang putra di apartemen, tapi sikap Ardan begitu dingin terhadapnya. Gemuruh di dalam hatinya begitu semakin kuat berderu. Ia tak tahan lagi diabaikan Ardan. Keputusannya yang ingin kembali ke Bangkok, menjadi hal terakhir, namun sebelum terjadi ia ingin bertemu Ardan sekali lagi. “Ila, mau ke mana sayang?” tanya Imelda yang sedang menyuapi cucu pertamanya makan. Sikapnya menjadi manja saat tau mau memiliki adik, wajar memang, ada rasa cemburu. Sudah dua malam cucunya menginap di rumah itu, membuat Dewa dan Gadis terbebas dari drama calon kakak. “Tante Ila mau ke mana? Udah jam empat sore. Nanti kalau Opa cari gimana?” Ceriwis sangat memang putri Dewa dan Gadis. “Ila mau janjian sama teman, Bu. Baru datang dari Bangkok.” “Jangan malam-malam, ya, Nak pulangnya.” Imelda lalu menunjuk ke pipinya dengan tel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-13
Baca selengkapnya

Diam-diam

Rahasia hubungan mereka mampu ditutup rapat. Sudah dua bulan hal itu berjalan dan Sahila sempat pulang ke Bangkok sekedar menyapa ayah kandungnya, pun untuk meminjam modal buka usaha toko kue di Jakarta. Awalnya Prasert tak setuju, melepaskan putrinya di negara wanita yang melahirkan wanita cantik itu. Bujukan Sahila lakukan hingga ayahnya percaya. Ardan sendiri terus menjalankan rencana dengan Sherly yang juga, diam-diam terus menjalin kasih dengan bodyguard papanya bernama Dion. “Sher, Dion udah bisa masuk besok. Semua aman, ‘kan?” ujar Ardan sambil memeriksa pekerjaannya. Ia baru saja melakukan analisa bisnis untuk menyetujui pinjaman dana salah satu nasabah. Perusahaan besar yang bergerak di bidang tempat wisata dan agri bisnis. “Aman. Gue masih stay di sini. Papa nggak hubungin lo tanya gue di mana, ‘kan?” “Nggak. Gue bilang lo ke Barcelona, liburan singkat dan udah izin gue.” Tawa Sherly terdengar renyah, keduanya berbohong dengan sempurna. “Makasih, Ardan. Gue mau siapin m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status