All Chapters of CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Chapter 41 - Chapter 50

100 Chapters

Duka berganti suka

Tak ada yang bisa dilakukan Imel apalagi Rizal. Mereka hanya bisa duduk sambil menatap Araska yang tertidur pulas, padahal masih jam 7 malam. Bocah itu tampak kelelahan.Isak tangis Imel terdengar, ia menutup wajahnya dengan tangan, tak tega mengingat Araska sama sekali tak ingat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Rizal menggeser posisi duduknya, ia membawa Imel ke dalam pelukannya. Wanita itu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Rizal.Bagaimana bisa, Winola benar-benar pergi dan tega membiarkan Araska hingga tak tau ibu kandungnya. Rizal tak ingin mengambil kesempatan untuk membujuk Imel, ia membiarkan wanita itu meluapkan kesedihannya.Tangis Imel reda, seiring dengan Dewa yang pulang bersama Tisya. Rizal dan Imel berjalan keluar kamar, tampak Dewa terkejut, ia menghampiri Imelda."Bu, Ibu nangis?" Dewa menatap Imel lalu Rizal bergantian."Duduk, Bang," ucap Imel setelah Tisya menyalim tangannya juga Rizal. Ardan yang sudah tau hanya bisa duduk menyimak. Imel menceritaka
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Klinik

"Kar... tiga hari aja cukup," rengek Imel di telpon sambil melirik Rizal yang masih tertidur di dalam kamarnya. Araska juga sama, bocah itu ikutan tidak ke daycare karena Imel diberikan cuti lima hari terhitung dari kemarin saat hari pernikahannya dengan Rizal."Hari rabu minggu depan kamu masuknya, Mel, udah... nikmatin waktu berdua sama suami baru stok lama," goda Kara yang begitu tertawa puas. Imel mendengkus. Ia akhirnya mengakhiri pembicaraannya di telpon dengan Kara. Dua anaknya sudah berangkat ke sekolah, Imel mau mengantar, namun dilarang, kedua anaknya memutuskan berangkat ke sekolah dengan busway.Imel mendesah pasrah, akhirnya ia memilih membuat pancake selai nutella dengan potongan buah strawbery untuk sarapan. Imel mendengar gemericik air dari kamar mandi, karena posisinya membelakangi pintu kamar, ia tak tau siapa yang sudah bangun diantara ayah dan anak itu.Imel berjengkit, ia terkejut. Rizal memeluk leher Imel, lalu mencium pipi istrinya itu. Tubuh Imel menegang, suda
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

Kebahagiaan Rizal

"Bang, udah masuk semua kopernya?" Rizal mengecek bagasi mobil."Udah, Yah," jawab Dewa yang sudah membuka pintu penumpang bagian depan. Imel datang ke parkiran apartemen belakangan, sejam lalu, sofa bed pesanan Rizal tiba, ia harus menggeser beberapa barang bersama petugas pengirim barang, juga mampir ke minimarket untuk membeli cemilan serta minuman, biasa, ibu-ibu akan selalu mempersiapkan hal itu. Ardan sibuk menelpon pelatihnya, ingat pertandingan basket yang seharusnya, Imel dan Rizal datang saat final? Hal itu batal karena Ardan cedera pada lututnya, yang menyebabkan sekolahnya kalah."Siap coach, minggu depan udah bisa turun ke lapangan lagi, saya bisa total main," ujarnya. Imel melirik, Ardan memasukan ponsel ke sling bag hitam miliknya."Udah aman emangnya lututmu, Dek?" Imel mendadak khawatir."Udah, Bu, cedera ringan aja," jawab Ardan. Ia masuk ke dalam mobil SUV besar dengan pintu geser otomatis warna hitam itu. Mobil pajero sport dijual Rizal bulan lalu, dan ganti menjad
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

Sofa bed baru

Rizal dan Imel masih ada sisa cuti dua hari. Sepulang dari puncak, mereka sibuk merapikan isi apartemen yang acak-acakkan karena Rizal memindahkan beberapa barang kebutuhannya ke sana. Sisa barang lainnya ia pindahkan ke rumah ibunya."Dek! Ambilin sprei di lemari kamu, dong," perintah Imel. Ardan segera menjalankan perintah. Sofa bed baru itu warna abu-abu, berbahan beludru halus, sayang kalau tidak dialasi sprei. Prinsip ibu-ibu 'Eman' pun muncul. Araska asik mewarnai sambil duduk di kursi meja makan. Dewa menata rak sepatu milik Rizal. Semua kerja bakti menata kembali ruang tengan yang kecil itu supaya tak makin sempit."Bu... laper," keluh Ardan. Imel segera ke dapur, memanaskan sayur dan lauk yang siang tadi ia masak. Mumpung Rizal cuti, tugas mengantar jemput Dewa dan Ardan, dilimpahkan ke suaminya. Araska ikut serta, supaya tak bosan."Dek, cewek tadi siapa? Kok marah-marahin kamu," tanya Rizal sambil memasang sprei yang diberikan Ardan."Oh... mantan gagal move on," jawab Arda
last updateLast Updated : 2022-06-11
Read more

Merajut masa depan

Rizal tersenyum, menatap wanita yang berhasil memporak porandakan hidupnya, wanita yang menerima kembali dirinya setelah kekacauan yang terjadi. Imel terlelap, ia letih setelah digempur Rizal yang sadar jika Imel sudah tak palang merah lagi, tepat di hari Jumat malam. Ketiga anaknya diungsikan ke rumah Oma, dengan alasan Oma meminta ketiganya menginap. Ibunda Rizal sudah dihubungi putranya lebih dulu. Ia ingin membuat kejutan romantis untuk Imel, mendewikan istrinya begitu spesial. Hal itu pun terjadi, Rizal dan Imel sama-sama saling memuja, membuat Rizal meledak berkali-kali. Ia memeluk Imel, menyelimuti tubuh polos istrinya yang meringkuk ke dalam pelukannya. Tak ada kata yang dapat mewakili Rizal selain bahagia.Pagi hari, Imel membuka matanya, ia menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, namun terdengar suara berisik di dapur. Ia beranjak, menyambar kaos juga celana panjang tidur miliknya. Keduanya bertemu muka, Rizal tersenyum, ia sedang membuat sarapan untuk permaisurinya sementar
last updateLast Updated : 2022-06-12
Read more

Prestasi anak

Suara sorakan penonton memenuhi hall basket indoor di pusat kota. Araska melonjak tinggi melihat kakaknya berhasil mencetak three point sehingga menjadi penentuan kemenangan kampus yang diwakilkan bertanding di kancah perbasketan nasional.Pemuda dengan gigi yang dipasang behel itu, tampak manis saat tersenyum. Ia berpelukan dengan teman satu timnya. Lalu berlari menghampiri Araska, bocah kelas dua SD itu melompat girang. Rizal dan Imel tak kalah heboh."Kakak hebat!" sorak Araska. Ardan mengusak kepala adiknya. Tak lama, Ardan berdiri di tengah lapangan, ia juga dinobatkan sebagai MVP pada event itu. Araska terus dirangkul tubuh tinggi tegap Ardan, peluh juga napasnya yang tersengal, tak membuat ia susah menjawab pertanyaan media yang meliputnya, pun, saat ia menerima medali juga piala MVP.Ardan dan Araska saling menatap, kakak beradik itu saling melempar tawa."Ardan! Hadiah MVP ini, lima belas juta, mau dikasih siapa?" tanya pewawancara. Ardan mengatur napasnya."Orang tua saya. A
last updateLast Updated : 2022-06-12
Read more

Kumpul keluarga

Tahun berganti, tepatnya dua tahun kemudian. Bukan sekedar omong kosong, Ardan semakin bersinar pada bidang yang ia sukai hingga harus berangkat ke Bangkok untuk pertandingan tingkat Asia, membawa nama harum bangsa, ia menjadi point guard andalan tim.Rizal, Imel dan Araska berlari buru-buru karena sebentar lagi pertandingan dimulai tapi mereka bangun kesiangan. Hotel tempat mereka menginap dekat dengan hall basket yang menjadi lokasi pertandingan."Ibu!" teriak Sahila yang melambai sambil lompat-lompat."Ila!" teriak Imel juga. Sahila bisa berbahasa inggris, jadilah Imel tak perlu repot belajar bicara bahasa Thailand.Dari kejauhan, tampak Dewa berjalan dengan gagahnya, kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Dewa sudah lulus kuliah, dan ia bekerja di perusahaan maskapai besar di negara singa.Dewa tersenyum, menyapa orang tuanya juga Araska yang sudah kelas empat SD. Sahila berjalan riang, menyapa semua anggota keluarga Rizal. Dewa mencubit pelan pipi Sahila gemas. Sahila ca
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more

Selera lokal

Benarkah ada yang PDKT? Jawabanya, jelas tidak. Ardan akhirnya sadar jika komunikasi jarak jauh tak sanggup ia jalani seperti kakaknya–Dewa–saat masih menjalin kasih dengan Tisya. “Bu, Ardan berangkat,” pamitnya seraya mencium pipi Imel. Tahun berganti, Dewa yang sudah lulus kuliah dan bekerja di Singapura, perlahan bisa bangkit dari patah hatinya, jika dilihat dari luar, tak tau dengan hatinya. “Dek…! Eh… Ardan, ini bekalnya!” teriak Imelda yang sering diprotes Ardan karena masih betah memanggilnya ‘Adek’ atau ‘dek’, jelas-jelas ada si bungsu Araska yang lebih pantas dipanggil begitu. “Maaf lupa, Bu,” cengirnya. “Ayah! Nebeng!” teriak Ardan yang biasanya naik motor, tapi kali ini ia malas dan mendadak bilang ke Rizal saat ia hampir tancap gas meninggalkan rumah. “Bilang dari tadi, kek, kamu yang nyetir.” dumal Rizal. Ardan mengangguk. “Ibu!” suara teriakan Araskan terdengar. Bocah yang kini kelas enam SD itu tampak rapi tapi wajahnya merengut. “Apa… ganteng,” sahut Imel yang sib
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Tak sengaja bertemu

Dewa berjalan keliling Jakarta, random, tak ada tujuan setelah sebelumnya ia mengantarkan Araska sekolah. Adiknya itu manja jika dirinya ada di rumah, jadilah Dewa menuruti kemauan sang adik. Ia menunggu antrian lampu merah di persimpangan dekat mal besar. Tujuannya ke sana, sekedar mau lihat-lihat baju di toko yang biasa ia sambangi. Jam masih menunjukan pukul delapan pagi, matahari juga begitu terasa terik. Sebelum ke mal, ia akan duduk santai sambil membaca buku dan minum kopi di kedai kopi langganannya tak jauh dari sana. Suara sirine ambulance yang ada di belakangnya, membuat ia menggeser posisi motornya parkir. Ia memberi jalan supaya ambulance bisa lewat. Kaca ambulance yang buram, entah mengapa justru terlihat jelas oleh Dewa siapa yang ada di dalamnya. “Tisya,” lirihnya tanpa suara.Kedua mata menatap ke label nama rumah sakit yang tertempel di body mobil ambulance. Dewa tersenyum, ia tau jika mantan pacarnya itu memang ingin bekerja di rumah sakit itu jika sudah menjadi dok
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Cuma teman

Dewa melempar kantong belanjaannya ke atas sofa bed tempat ia tidur selama kembali pulang ke rumah orang tuanya. Akhir pekan nanti, ia akan kembali ke Singapura, merapikan beberapa barang lainnya yang masih tertinggal di apartemen dan ia akan kirim ke Jakarta. Ia tak sendiri, akan mengajak Imel dan Rizal juga. Tubuhnya ia rebahkan, cukup lelah dengan hari itu, lelah hati dan fisik, tapi ada satu hal yang bisa membuatnya sedikit menyunggingkan senyuman saat mengingat pertemuannya dengan perempuan bernama Gadis. “Bang, kenapa senyum-senyum gitu?” tanya Imel saat melihat kelakuan anaknya setelah ia selesai merapikan baju yang sudah disetrika asisten rumah tangga ke dalam lemari pakaian Araska. “Bu… sini, deh,” panggilnya sambil menepuk soda bed. Imel mendekat, duduk di sebelah Dewa tapi, tangannya meraih kantong belanja yang putranya bawa. “Beli baju nggak ajak Ibu,” sindir Imel. Dewa hanya tertawa pelan. “Bu… tadi Abang ketemu cewek, nggak sengaja, sih… namanya Gadis.”“Terus?” tole
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status