All Chapters of CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Chapter 31 - Chapter 40

100 Chapters

Chiffon Cake

Imel membuka pintu apartemen, tampak Dewa dan Ardan masuk ke dalam, sebelumnya ia mencium pipi ibunya dulu."Bu... Ayah beliin ini, tadi ketemu di parkiran apartemen," ujar Dewa sembari meletakkan bungkusan besar berisi brownies, kue kering, juga camilan lainnya."Banyak banget, Bang?" sahut Imel."Iya, kata Ayah, Ibu suka semua makanan itu." Dewa lalu masuk ke kamar mandi, seperti biasa, ia tidur di sofa bed, mengalah kamarnya dipakai Ardan."Ayah masih inget makanan kesukaan Ibu, kirain udah lupa," sambar Ardan yang memeluk manja leher Imel lalu mencium pipi wanita itu lama."Bu... kapan-kapan ikut jalan-jalan, ya, kemarin waktu di Bandung sepi nggak ada Ibu. Terus, Ayah mau ajak ke puncak, sewa villa di sana," bisik Ardan."Nggak, ah. Kalian aja," tolak Imel sembari melepaskan pelukan anaknya itu."Kenapa, Bu? Malunya jalan bareng mantan?" goda Ardan. Imel berdecak, ia lalu mengeluarkan semua makanan dari kantong plastik besar.Tak lama, Dewa duduk di sofa bed. "Kalian Happy bisa
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

Araska sama aku

"Mel... kok aku lihat mobil Rizal di parkiran?" Kara bertanya saat keduanya tengah berada di toilet kantor."Hh? Ngapain?" Imel buru-buru mencuci tangan lalu mengeringkannya dengan alat pengering."Ngapelin kamu, kali," goda Kara. Imel berdecak lalu merogoh ponsel di dalam saku. Ada lima pesan masuk dan satu telepon tak terjawab, keduanya dari Rizal. Imel mengusap layar, ia lalu membaca pesan itu. Isinya, Rizal mau bertemu untuk ambil pesanan kue.Imel pamit ke parkiran kantor untuk bertemu Rizal kepada Kara, wanita itu terus menggodanya sedangkan Imel hanya tersenyum tipis. Tiba di lobi, Rizal ternyata sudah berdiri di teras gedung, ia melihat ke sekeliling memegang ponsel di tangan, berniat menghubungi Imelda pada awalnya."Mas," sapa Imel. Rizal berbalik badan. Ia tersenyum menatap Imelda yang melihat ke arahnya bingung."Kuenya, ‘kan, besok, bukan sekarang," tutur Imelda sembari bersedekap, ia menatap Rizal dengan kepala sedikit mendongak karena tubuh Rizal tinggi tegap."Lho... b
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more

Belajar mengemudi

"Ayah, yakin?" Dewa menoleh, menatap lekat Rizal yang sudah duduk di posisi penumpang depan."Yakin, ayo, jalan. Matic ini mobilnya, kamu naik motor bisa, mobil pasti bisa. Ayo, pelan-pelan dulu," ucap Rizal yang sengaja cuti di hari jumat itu demi mengajarkan Dewa belajar nyetir mobil. Rizal mendadak menjemput Dewa di sekolah setelah putranya mengatakan jika hari itu tak ada pelajaran, karena hanya persiapan try out minggu depan.Dewa membaca doa, lalu kaki kanannya menginjak pedal gas. Rizal mengarahkan dengan santai tapi serius, layaknya laki-laki dan Rizal mengarahkan langsung ke jalan utama menuju ke area komplek perumahan mereka dulu, di sana lebih lega jalanannya dan sepi, memudahkan Dewa untuk terbiasa dengan pedal gas rem."Jangan tegang, Bang, santai aja, sama kayak naik motor, kok, cuma bedanya kalau mobil perhitungan kamu aja harus lebih cepat dan teliti, karena body mobil gede, kan." Rizal melirik ke spion kiri."Oke, Yah," jawab Dewa."Rem, Bang. Pelan-pelan coba kamu ra
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more

Reuni sekolah

Araska duduk di kursi meja makan di apartemen Imelda. Bocah itu sudah mandi dan tampak menikmati sarapan yang Imel hidangnya."Ibu, kata Ayah, Raska tinggal di sini sekarang?" Pandangan bocah itu mengekor ke Imel yang mondar mandir sedang mempersiapkan diri hadir di acara reuni sekolah."Iya. Sementara kok, Ka, nanti kalau Ayah nggak sibuk, Araska pulang lagi ke rumah." Imel menjawab sembari mengusap kepala bocah itu pelan. "Buah apelnya mau Ibu potongin sekarang?" tawar Imel. Araska mengangguk."Bu, Bang Dewa ke mana? Kak Ardan juga?" Araska memang tak mendapati dua kakaknya sejak ia bangun tidur pukul delapan pagi tadi."Kak Ardan latihan basket, Bang Dewa di gym yang ada di lantai bawah. Mereka kalau hari sabtu, suka olahraga," jawab Imel. "Sebentar lagi juga pulang. Raska nonton TV dulu, ya, Ibu mau siap-siap sebentar," lanjutnya kemudian masuk ke kamar. Tak lama terdengar suara Ardan dan Dewa pulang, kedua pemuda itu menyapa Araska yang sedang makan buah apel."Bu...," panggil Ar
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

Pingsan tengah malam

"Kasih aku kesempatan kedua, Mel, juga yang terakhir, ya ...." Rizal masih menggenggam jemari tangan sang mantan istri. Imel kemudian melepaskan genggaman tangan itu perlahan. Rizal tak bisa berbuat apa-apa lagi."Ayo kita ke dalam lagi, aku takut temen-temen cariin kita," ajak Imel. Rizal menarik tangan Imel lagi. Ia segera menangkup wajah Imel, menghapus sisa bulir air mata. Mau tak mau, Imel menatap lekat mata Rizal yang begitu sendu."Mas...," Imel memundurkan wajahnya. Rizal menghela napas, ia mengusap pelan kepala Imel begitu lembut."Maaf, aku tetap berharap kita rujuk, aku nggak bisa hilangin perasaan aku ke kamu, Mel. Tolong pikirin dan pertimbangan permintaan aku ya, dan, jangan dekat sama siapa pun, aku cemburu. Aku egois minta ini dari kamu," tukasnya. Imel tertawa pelan."Benar, kamu egois, Mas Rizal, sangat." Lalu Imel berjalan lebih dulu, Rizal mengejarnya dengan cepat, ia meraih jemari tangan Imelda, digenggam erat."Aku egois, dan cemburu, aku serius, Mel. Tadi kamu d
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

Rasa yang lain

Imel terkejut saat ia membuka kedua matanya, di dapati sang mantan suami tidur satu ranjang dengannya. Araska bahkan memeluk pinggang Rizal sambil tertidur pulas.Di luar kamar, terdengar suara gaduh di dapur, Imel tau, ini ulah Dewa yang sedang membuat sarapan. Jam menunjukkan pukul lima pagi, Imel beranjak pelan, masih terasa sedikit pusing pada kepalanya. Gerakannya yang turun dari ranjang, membuat Araska tergeliat, Imelda memberikan guling untuk di peluk Araska sambil mengusap punggungnya hingga kembali tidur.Harum masakan sudah tercium, Dewa terkejut melihat ibunya sudah berjalan mendekat ke arah meja makan kecil di dapur."Ibu..., masih pusing?" Dewa memegang kening Imelda. "Nggak demam," lanjutnya lagi."Masih pusing sedikit, Bang. Bang... kok, itu... Ayahmu–" Imel menggantung kalimatnya."Semalem Ibu pingsan, Abang sama Ardan akhirnya telpon Ayah. Ayah kecapean dan ngantuk banget kayaknya, jadi tidur di kamar Ibu." Dewa tampak santai menjelaskan kenapa Rizal bisa ada di kamar
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

Strategi Rizal

Rizal pamit, memang seharusnya ia pulang, kan, karena tak bawa pakaian ganti dan tidak niat ada di sana. Araska asik main PS bersama Ardan, Imel mengantar hingga ke ambang pintu. Jelas sekali kesedihan Rizal, Imel hanya bisa tersenyum saat Rizal pamit dengan melambaikan tangan. Pintu tertutup, Imel memejamkan kedua matanya. Biarkan mantan suaminya itu pergi, tenggelam bersama kesedihan juga rasa bersalahnya.Siang menjelang, Imel sudah jauh lebih baik, Araska tak mau berenang, ia justru minta ke toko buku, ia minta dibelikan crayon dan buku gambar. Hal itu disambut Dewa senang, lagi-lagi, gen Rizal yang juga senang berada di toko buku entah membeli novel, komik, atau buku bacaan lainnya, menurun di dua anaknya itu, jika Ardan, mendadak pusing melihat jajaran buku di rak, mirip Imel.Mereka bersiap pergi ke mal yang ada di pusat kota. Supaya tidak saling mengganggu kegiatan masing-masing, Dewa bersama Araska ke toko buku, sementara Imel dan Ardan belanja bulanan ke supermarket."Bu...,
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

Makasih, Ibu

"Jangan buru-buru, biar Rizal kapoknya lebih lama." Kesal ibunda Rizal yang sedang duduk di kursi ruang tamu bersama Imel juga Tata. Para lelaki asik di lantai dua, main PS lagi, tak jauh-jauh dari game jika sudah kumpul."Kak Imel, emang yakin, mau kasih kesempatan kedua Mas Rizal? Ya... kelihatan sih, emang dia ngarep kalian rujuk." Tata menyerahkan piring puding ke tangan ibunya lalu Imel."Nggak tau, dan emang masih... ragu, Ta." Imel menghela napas. Ibu mengusap bahu Imelda lembut."Jangan buru-buru intinya, ya, Mel. Kalau kalian masih ada jodoh, pasti suatu saat dimudahkan jalannya. Rizal memang terburu-buru, kelihatan dari gerak geriknya." Ibu menyendok puding lalu mulai menikmatinya."Iya, Bu. Maaf ya, Bu, kalau kesannya Imel mainin perasaan Mas Rizal, Imel butuh berpikir lebih serius, Bu," lanjutnya."Nggak papa, Nak. Ibu malah malu kalau mendadak, cepat-cepat, kalian rujuk. Ibu malu sama keluargamu, dua adikmu juga butuh pembuktian kalau Rizal memang berubah, kan? Belum lagi
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Sesal dan maaf

Rizal termenung di ruang kerjanya, ia menatap bingkai foto yang setia berada di atas meja kerja sejak belasan tahun lalu, foto saat ia masih menikah dengan Imelda, juga foto dua anaknya yang masih kecil kala itu. Sudut bibir Rizal tertarik melengkung ke atas, ia menjadi senyum-senyum sendiri mengingat acara makan malam bersama anak-anak dan mantan istri malam sebelumnya.Harapannya begitu tinggi bisa kembali dengan Imel, rencana lain ia rancang. Jika memang Imel masih menolak, Rizal yakin tak lama akan luluh juga."Permisi, Pak, ini... baju untuk Bapak dan keluarga," ujar stafnya yang menyerahkan pakaian pesanan Rizal."Makasih, ya," jawab Rizal. Ia segera menerima plastik warna putih itu. Tak lama, ia mematikan laptop, lalu bersiap pulang. Pekerjaannya sudah selesai, tapi, malam nanti ia akan ada meeting virtual dengan beberapa kepala unit area yang ia pimpin, perhelatan acara ulang tahun bank tempatnya bekerja, memang tak main-main, ia harus memastikan semua karyawan di bawah pimpin
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Gara-gara Kahitna

Cinta itu memang menyakitkan, melemahkan, merumitkan apa saja, tapi juga membahagiakan. Bahkan, cinta itu bikin bodoh, ya memang. Itulah, mengapa logika dan perasaan harus seimbang. Apalagi, jika muncul khilaf, namanya manusia, mau laki-laki dan perempuan, suami atau istri pasti ada khilaf. Walau kadang, perempuan lebih jago menutupi supaya pasangan tidak tau dan semua tetap berjalan normal.Contoh sederhana, saat tak sengaja dihubungi mantan, yakin nggak balas pesan, dan jujur mau cerita ke pasangan? Atau, kalaupun nggak balas, nggak semua perempuan mau jujur ke pasangan, karena tak ingin muncul konflik.Sayangnya, kebanyakan laki-laki yang berpikir pakai logika, menganggap itu ringan, dianggapnya angin lalu jadi ya sudah, masalah sepele, jadi saat ketahuan pasangan, maunya ya jangan diperpanjangkan atau ribet, jadi hal itu ketahuan pasangan yang berbuntut panjang.Rizal melakukan hal itu, kata maaf memang mudah terucap, namanya juga lidah, tak bertulang, tapi setajam pedang yang ber
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status