All Chapters of CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

Menjauh

Hati Rizal remuk, seminggu susah ia di rumahnya bersama Imelda, selama itu pula kedua anaknya semakin menjaga jarak dengannya. Rizal drop, kesehatannya menurun saking stresnya. Ia memiliki kelemahan terbesar hidupnya, ya apalagi jika bukan kedua anaknya.Imelda sedang di kantor saat Rizal memberi kabar jika ia di klinik, tubuhnya panas tinggi dan ia akan pulang ke rumah, bukan ke tempat Winola. Imel hanya bisa menghela napas, ia tak mau izin bekerja, biarlah Rizal mengobati dirinya sendiri. Tega tak tega memang, Imel harus melakukan hal itu kepada suaminya.Dewa mengirim pesan singkat, memberi tau jika ia akan ikut latihan marching band di sekolahnya sehingga nanti langsung pulang ke rumah bukan ke rumah omanya, ia sudah membawa kunci cadangan. Imel hanya membalas 'Ok' lalu kembali fokus bekerja.Sementara itu, setelah menjalani pemeriksaan dokter, Rizal segera pulang ke rumah. Tubuhnya masih demam tinggi, wajahnya juga pucat, ia merebahkan diri di sofa ruang TV setelah minum obat, m
last updateLast Updated : 2022-05-27
Read more

Kejujuran

"Winola nggak cariin kamu?" tanya Imel saat ia sedang bersiap berangkat kerja. Dewa dan Ardan sudah berangkat sekolah, Imel izin berangkat siang karena harus memastikan Rizal sudah sarapan dan minum obat."Bisa ‘kan, Mel, jangan sebut atau bahas dia?" Rizal tampak tak suka Imel membahas Winola, pun, ia masih demam juga pusing walau tak separah semalam. Imel tersenyum tipis lalu menatap suaminya yang masih berbaring di ranjang.“Kenapa? Nggak kasihan sama istri kamu lainnya itu? Kamu malah ada di rumah ini. Rugi juga, ‘kan, nggak bisa ngapa-ngapain istri yang ini.” tunjuk Imel pada dirinya sendiri. “Mel, udah… kepalaku pusing, jangan bikin aku makin pusing karena sindiran kamu ini. Aku salah banget sama kamu, aku tau. Cukup Mel,” lirih Rizal. Kembali Imel tersenyum sinis. “Pernikahan kita itu nggak jelas kalau kamu mau tau, Mas Rizal. Oh, atau kamu udah tau tapi coba untuk buang jauh-jauh pikiran itu.” Rizal membuang pandangan, tak menyahut apa pun juga. “Kenapa? Nggak bisa jawab?
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more

Sikap tegas

Indy dan suaminya duduk berhadapan dengan pria yang dari penampilannya, memang menunjukkan kekuasaan dirinya di negara gajah putih itu. Ia pengusaha besar, memiliki istri juga tiga orang anak yang sudah dewasa, bahkan dua anaknya bersekolah di Milan. Pria berusia empat puluh tiga tahun itu didampingi dua orang lainnya.Sahila dipangku opa, menatap lekat ke laki-laki dengan mata abu-abu yang sama dengannya karena Prasert memang tak murni orang Thailand, ia blasteran. Prasert, ia tiba di Jakarta empat jam lalu, segera menuju ke rumah kedua orang tua Winola dengan mobil mewah yang ditungganginya.Ia berbicara dengan bahasa inggris, Indy dan suaminya bisa berkomunikasi walau terselip sesekali bahasa Thailand. Tujuan Prasert untuk meminta izin kepada Indy untuk membawa Sahila ke negaranya. Ia akan bertanggung jawab terhadap putrinya dari hubungan terlarang dengan Winola. Indy penasaran, sebenarnya apa yang terjadi dengan Prasert dan putrinya, apa memang hal itu tak sengaja atau ulah Winola
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more

Hidup baru

Suara tawa itu terdengar begitu penuh bahagia, tanpa beban. Imel, Dewa dan Ardan menempati apartemen sederhana yang disewa dengan harga dua juta perbulan. Atas bantuan Kara, apartemen dua kamar itu, bisa di sewa karena Kara sedikit menjelaskan kepada temannya sebagai pemilik properti, niat baik bertemu orang baik, hasilnya pun baik juga. Masalahnya, pemilik properti meminta Imel membayar untuk biaya sewa setahun penuh, ia tak punya uang, lagi-lagi, Kara meminjamkan uangnya, Imel nanti membayar dengan cara Kara memotong gajinya. Bagi Kara tak masalah jika mau dibayar dibawah nilai dua juta, melihat Imel bahagia setelah berpisah dengan Rizal saja, ia lega luar biasa. Namun, Imel tak ingin. Ia malu jika menerima tawaran itu dari Kara."Ibu, Abang tidur di depan tivi aja, ya, ini sofa bed kan, Bu?" tanya Dewa."Yakin, Bang?" Imel menatap putranya dengan tangan belepotan adonan roti yang dibikin untuk cemilan anaknya."Yakin, Bu. Ardan aja yang tidur di kamar." Dewa lalu mencoba membuka so
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Kabar terbaru

Tahun berganti, Imelda akhirnya diangkat menjadi pegawai tetap di kantor itu. Ia tak mengejar jabatan, yang penting bekerja, menghasilkan uang untuk kehidupan bersama anak-anaknya.Rizal, ia rutin mengirimkan uang untuk anak-anaknya tiap bulan, tanpa berkomunikasi apa pun dengan Imelda, hal itu sempat membuat Imelda heran, ada apa dengan mantan suaminya? Tapi ia abaikan karena toh, bukan urusannya lagi, pun Dewa dan Ardan tak ada yang menanyakan kabar ayahnya."Mel... kamu udah tau mau ada acara reuni sekolah kita?" Kara duduk di kursi kosong sebelah kubikel Imelda."Belum, emang ada?" tanya balik Imel sembari merapikan invoice harian."Lo buka email, undangannya dikirim ke sana," lanjut Kara. Imel lalu membuka kotak masuk di laman surelnya, jemarinya bergerak mencari undangan itu, dan ya, ada. Ia membuka lalu membaca dengan cepat."Reuni akbar?" gumamnya. Kara mengangguk."Dateng nggak? Minggu depan, kan?" sambung Kara lagi."Nggak tau, Kar, pasti ada Rizal di sana, kan?" Imel menata
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Pulang

"Maafin Ayah, Dek, maaf ...." Rizal masih memeluk erat Ardan hingga sang putra melepaskan."Yah, makasih udah ajak kita ketemuan, makan pizza, tau aja makanan kesukaan Bang Dewa sama Ardan," kekeh Ardan yang mendapat sentilan di keningnya dari Rizal. Ardan beranjak, berpindah tempat duduk kembali. Dewa mengatur napasnya, ia tersenyum melihat Imel yang juga menangis tanpa ia sadari.Makanan pesanan mereka tiba, Rizal tampak lebih lega, pun kedua anaknya. Tangis berganti tawa, karena Dewa dan Ardan bercerita banyak hal, terutama urusan sekolah dan cewek. Ya... akhirnya Imel cukup lega karena Rizal segera menanggapi curhatan anak-anaknya. Imel menikmati makanannya dengan pemandangan yang lama tak ia lihat.Ponselnya bergetar, nama Kara muncul. Ibu jari Imel menggeser layar. "Ya, halo... Kar," jawab Imel, ia lalu pamit beranjak sebentar untuk bicara dengan Kara."Gimana? Aku penasaran, nih...!" tanya Kara.Imel berdecak, "besok aku ceritain. Sabar, Kara..."jawab Imel yang mendapat balasan
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Hari bersama ayah

Ardan menggendong Araska yang pulas tertidur, Rizal meminta menidurkan bocah itu dikamarnya. Sementara Dewa, ia merasa rumah itu tak ada berubahnya sama sekali, sentuhan Imel masih lekat di sana. Bahkan, kamar lama ia dan Ardan masih sama interiornya, kondisi rumah juga bersih, terlihat juga kalau Rizal berusaha keras menjaga serta merawat rumah itu."Ardan, lo di kamar aja, gue di sofa ini," ucap Dewa menepuk-nepuk sofa bed ruang TV saat Ardan keluar kamar."Oke," jawab remaja itu. Rizal di dapur, ia memanaskan makanan yang sempat ia beli, ayam goreng kremes dan nasi uduk. Araska sudah makan duluan tadi di day care."Bang, Ayah cuma beli ini. Besok pagi-pagi kita jalan ke Bandung, nginap semalam di sana. Jadi Ayah sengaja nggak stok banyak makanan," tukas Rizal."Ini, Ibu bawain kue," sambung Dewa yang mengeluarkan tiga toples kue kering. Ada nastar, chocochips, dan sagu pandan, semuanya buatan Imelda. Rizal tersenyum, sagu pandan kue kesukaannya, sudah lama ia tak menikmati kue keri
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Menebus waktu

Dewa membantu mengeringkan tubuh Araska yang baru selesai mandi, walaupun wajahnya datar–datar saja tak se-excited Ardan saat bersama Araska, namun Dewa tetap mempedulikan adik sambungnya itu dengan baik. “Bang, kita hari ini ke mana?” tanyanya.“Araska mau ke mana? Bang Dewa ikut aja.” Jawabnya sambil memakaikan minyak kayu putih ditubuh adiknya itu. “Bang Dewa nggak seneng jalan-jalan sama Ayah dan Raska, ya?” pertanyaan itu membuat Dewa menghentikan gerakan tangannya. Ia menatap Araska, tanganya terulus mengusak rambut bocah itu. “Seneng, kok. Raska coba tanya Ayah, semalam bukannya bilang mau ajak beli sepatu Bang Ardan, karena kemarin belum dapat, ‘kan?” Dewa memakaikan baju lalu celana jeans, tak lupa ia menyisir rambut sang adik juga. Di masa depan, mungkin jika ia memiliki anak, akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya dan ringan tangan membantu istrinya mengurus buah hati mereka. Tak ada gengsi jika ayah mau membantu mengurus anak. “Bang,” panggil Rizal. Dewa berdiri
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Ibu itu segalanya

Mereka berempat selesai berbelanja, kini, mereka mampir makan es krim dan waffle. Ardan yang memang senang saat tau Araska ada bersama mereka, inisiatif mengajak adik sambungnya yang berusia 5 tahun itu bermain di playground, tepatnya bermain panjat dinding. Sementara Rizal dan Dewa duduk menikmati camilan itu dengan mata mengawasi Ardan juga Araska."Bang, selama ini, Ibu kerja doang atau ada sampingan lain selain bikin kue?" Rizal membuka bahasan. Dewa yang sedang membalas pesan singkat dari pacarnya yang kuliah di Solo, dengan cepat meletakkan ponsel di atas meja lagi."Nggak ada, Yah. Seringnya terima pesanan makanan sama kue bolu, kalau kue kering Ibu nggak sanggup, ovennya nggak cocok, di apartemen kecil soalnya. Temen-temen kantor yang sering mesen," jawab Dewa."Kalau sekolah, kalian diantar Ibu juga?" pertanyaan berlanjut."Iya..., Ibu nggak pernah absen anterin kita tiap hari. Kalau pulang baru ojek online atau nebeng temen." Dewa melirik Rizal yang mengangguk pelan."Yah...
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Keluarga tak sempurna

Siapa yang mau memiliki keluarga tak sempurna, begitupun dengan Dewa. Masa ABG hingga akhirnya sekarang duduk di bangku SMA kelas 3, merasakan gejolak perpisahan orang tua tanpa bisa terlalu bersuara memprotes apa yang ia rasakan sesungguhnya. Sebagai anak tertua, ia juga harus bisa menjaga perasaan adik juga ibunya yang berjuang sendiri demi terlihat normal, tak ada kekurangan kasih sayang walau tanpa hadirnya sosok ayah. “Bang, kamu lagi ngapain?” tanya Imelda saat Dewa baru saja menyalakan laptop di kamarnya, ia duduk di depan meja belajar. “Mau video call sama Tisya, ada apa, Bu?” Dewa beranjak, berjalan menghampiri Imelda di depan pintu kamar. Imel menunjukan kotak jam yang diberikan Rizal saat mereka pulang liburan singkat. “Ibu nggak bisa terima ini dari Ayahmu, Bang.” Raut wajah Imel sungguh memperlihatkan rasa sungkan. “Kenapa, Bu? Apa Ibu masih marah dan kecewa sama Ayah?” Dewa dan Imel masih berdiri di depan ambang pintu. Kamar itu sebenarnya kamar Ardan, berhubung adik
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status