Semua Bab CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?): Bab 51 - Bab 60

100 Bab

Namanya Gadis

Suara musik khas asal daerah keluarga Tisya menggema di ballroom hotel megah nan mewah itu. Sejak beberapa menit lalu, acara resepsi berlangsung dan tampak kedua pengantin begitu serasi. Dewa berdiri di belakang kedua orang tuanya yang berdiri di depan supaya bisa melihat jelas saat pengantin melangkah masuk ke ruang resepsi. Gadis bisa merasa telapak tangan Dewa yang dingin, raut wajah Dewa juga menunjukan ekspresi yang mengarah ke kesedihan. Gadis mengusap jemari tangan Dewa, mencoba membuatnya sadar jika ia ada di sana bersamanya. Dewa menunduk, menatap ke Gadis yang tersenyum. “Semua akan baik-baik aja, Bang,” ucapnya pelan. Dewa tak mau menatap sang mantan pacar lagi. Ia mengajak Gadis berjalan keluar area resepsi, tetap saja rasanya menyesakkan. Keduanya duduk di area parkir, Gadis masih terus menggenggam jemari tangan Dewa yang terus menundukan kepala. “Udah tau nggak kuat lepasin mantan, masih nekat dateng, jadinya ya gini, Bang,” sindir dan goda Gadis. Dewa menghela napas,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-16
Baca selengkapnya

Kosan baru

Dewa, Imel dan Rizal sudah kembali dari negara singa, mereka sudah mengosongkan apartemen yang disewa putranya di sana. Dewa akan bersiap mulai bekerja di Jakarta. Kesibukannya beralih untuk mencari kosan yang akan ia tempati, tak mau terus berada di rumah orang tuanya juga. “Kosan di mana, Bang?” Imel letakkan bolu ketan hitam di atas meja teras. Hari itu, tepatnya jumat sore, Dewa baru pulang medical check up untuk persyaratan sebelum hari senin mulai masuk kerja. “Di deket kosan Gadis ada, Bu, katanya,” jawab Dewa sembari merapikan sepatu ke tempat yang sudah Imel sediakan. “Aman, nggak?” Imel menyodorkan kopi untuk putranya itu. “Aman, karena kosan karyawan. Nanti Dewa mau ke sana, mau survey. Nggak mungkin juga terus tinggal di sini, harus mulai mandiri. Udah waktunya, ‘kan, Bu,” cengir Dewa sambil menyesap kopi buatan ibunya. “Bang, untuk rencana nikah, kamu udah bayangan kapan mau–”“Calon aja belum ada, Bu. Kerja dulu, cicil rumah dulu, baru deh mikirin ke arah sana.” Dew
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-17
Baca selengkapnya

Pandangan pertama

Ada yang bilang, cinta pada pandangan pertama itu tidak ada, tapi tidak sedikit yang bilang ada. Tergantung pendapat masing-masing orang. Dewa pulang ke rumah membawa hawa baru bagi diri juga hatinya. Beberapa kali Rizal mendapati putranya senyum-senyum sendiri, bahkan saat Dewa berada di dapur untuk masak karena Imel sedang pergi bersama Kara. “Bang, udah dapat kosannya?” “Udah, Yah. Besok pindahan,” ujarnya sambil mengaduk tumisan buncis dan jagung muda. “Ibu belum pulang?” Dewa menatap ke jam dinding di dapur, sudah di angka sembilan malam. “Belum, biarkanlah, Bang, lagi kumpul sama teman sekolah. Teman Ayah juga, sih,” lanjutnya. “Oh..,” sahutnya. “Ayah udah makan?” Ia meraih piring saji, lalu menuangkan makanan ke atasnya. “Udah, tadi sama Araska. Ardan juga belum pulang, Bang.” Rizal kembali duduk di sofa ruang TV, membiarkan anaknya berkutat di dapur seorang diri. Dewa menghela napas, ia belum sempat mengajak adiknya bicara tentang lowongan pekerjaan untuk masa depan Ardan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-20
Baca selengkapnya

Bukan hanya status

Sebagai seorang ibu, Imelda begitu menjaga keharmonisan hubungan anak-anaknya dengan siapapun, termasuk perkara asmara. Ia akan begitu selektif memilih calon pendamping anak-anaknya. Dewa sebagai si sulung, menjadi yang pertama mendapat perhatian dirinya. Gagal melangkah ke jenjang serius dengan Tisya, membuat wanita itu menjadi lebih mewanti-wanti Dewa supaya tidak gegabah. Dewa sudah mulai bekerja, sejak pagi Imel sudah melakukan sambungan panggilan video, memastikan putranya tak kesiangan, lupa sarapan dan tertinggal sesuatu. Dewa tidak risih, memang semakin ke sini, ibunya akan semakin bawel kepadanya. Namanya juga orang tua. “Bang, udah sarapan, ‘kan?” Imel memastikan lagi saat Dewa sedang memakai sepatu kerjanya. “Udah, Bu, semalam udah masak nasi di rice cooker, sama manasin rendang buatan Ibu di plastikin dulu terus taruh di dalam rice cooker pas nasi udah mateng. Aman, Ibu…,” jawab Dewa sambil tersenyum ke arah ponsel. “Yaudah, hati-hati, jangan ngebut naik motornya. Gadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-21
Baca selengkapnya

Menetapkan pilihan

Satu minggu berlalu, Dewa begitu fokus bekerja hingga ia lupa jika pernah mengucapkan kalimat yang membuat Gadis kepikiran. Namun, Gadis yang berpikiran dewasa, memaklumi jika lelaki itu sibuk dengan pekerjaan barunya. Gadis baru saja selesai merapikan dagangannya di area bazar yang diadakan di salah satu area perkantoran, senyumnya merekah mana kala ia melihat sisa stok pakaian anak yang ia miliki menipis, cukup banyak yang beli padahal baru hari ke dua, masih ada tiga hari lagi ia akan berjualan di sana. “Hai,” suara seseorang membuatnya menghentikan kegiatannya memasang terpal untuk menutupi dagangannya lalu memutar tubuh menghadap ke wanita yang ia tau siapa. Tisya, dokter cantik itu menyapanya. “Hai, Kak… ada yang bisa saya bantu?” jawab Gadis pura-pura tak mengenal wanita di hadapannya, ya… karena mereka memang belum diperkenalkan secara langsung oleh Dewa. “Aku Tisya.” Tangan wanita itu terulur. “Gadis,” jawabnya. Tisya tersenyum, ia lalu mengajak Gadis bicara di tempat la
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-24
Baca selengkapnya

Nasehat Ibu

Dewa sudah memikirkan tentang semua rencana masa depan, usianya sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Setelah pulang dari kosan Gadis, ia langsung menemui Imelda yang sudah berada di kamar. “Bu,” sapa Dewa sembari duduk di tepi ranjang. “Hm, apa, Bang?” sahut Imelda yang sedang membaca buku. Rizal tak lama muncul dari arah kamar mandi. “Udah pulang, Bang?” tanyanya. Dewa mengangguk. “Ayah, Ibu. Dewa mau minta izin untuk jalani hubungan serius sama Gadis dan… tiga bulan lagi mau nikah.” Siapa yang tak terkejut dengan hal itu, bahkan Rizal langsung melongo tak percaya dengan keseriusan anaknya. “Nikah bukan perkara mudah, lho, Bang. Kamu udah siap sama semuanya?” Imelda menutup buku, melepas kaca mata baca lalu meletakkan di atas nakas. “Untuk punya rumah atau harta benda memang belum. Dewa punya keyakinan kalau Gadis orang yang tepat.” “Nggak mau jalani pacaran dulu?” lanjut Rizal. Dewa tersenyum, “bukannya… kalau udah ada kesiapan lahir dan batin untuk menikah, harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-26
Baca selengkapnya

Menyiapkan mental

Ada kalanya, saat hati kita dihadapkan dengan situasi mendadak, maka mau tidak mau harus menyiapkan diri untuk menghadapi hal itu. Gadis membuka buku lusuh miliknya yang terselip tiga lembar foto saat ia bersama keluarganya–ayah dan ibu. Senyum tipis diiringi tetesan air mata membasahi wajahnya. Buru-buru ia hapus, tak mau Dewa yang sedang membantunya merapikan beberapa barang karena mereka akan menempati rumah kontrakan yang di sewa lelaki itu, melihatnya dan merasa ikut haru. Namun, bukan Dewa jika tak menyadari ada yang aneh dengan sikap calon istrinya. “Sedih?” tanyanya sambil ikut duduk di lantai. Ia meraih lembaran foto yang ada di tangan Gadis. “Sedikit,” jawabnya sambil menarik air hidungnya lalu tersenyum tipis. “Kamu nggak akan sendiri lagi, Dis, jangan khawatir.” Dewa kembali memberikan lembar foto itu, ia mengecup pipi Gadis sebelum beranjak untuk membawa dus berisi baju dagangan Gadis. “Udah semua, Bang?” tanya Ardan yang juga ikut membantu. Gadis beranjak cepat, ia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-27
Baca selengkapnya

Harinya Dewa dan Gadis

Tata sibuk mengawasi Gadis yang sedang didandani dengan pakaian adat jawa tengah, kebaya putih dengan sanggul yang terselip bunga mawar merah, membuat dirinya tampil manglingi, ia hanya membawa dirinya sendiri, tanpa ada keluarga yang mendampingi. “Cantik banget keponakanku,” lirih Tata sambil menatap Gadis dari pantulan cermin. “Tante seneng jadi wakil keluarga mu, dampingi kamu, Dis. Om Bima juga seneng banget.” “Iya, Tante, terima kasih. Gadis masih nggak sangka kalau bisa ketemu jodoh secepat ini,” ucapnya begitu lemah lembut. Tata tersenyum. Ia menepuk kedua bahu Gadis, mereka saling menatap dari pantulan cermin. “Keluarga kita, tidak ada yang memandang manusia berdasarkan kasta dan latar belakangnya hanya karena harta. Kami semua hanya percaya kebaikan dan keburukan. Keluarga Gadis sederhana, pekerja keras, bukan pencuri atau memakan yang bukan haknya, jadi … Gadis jangan minder lagi, ya. Kita semua keluarga kamu.” Tata tersenyum, Gadis menganggukan kepala. Anggota wedding or
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-01
Baca selengkapnya

Tatapan Imelda

Suasana rumah Imelda ramai dengan kedatangan Sahila yang meminta untuk berkunjung sejenak sebelum esok hari pulang kembali ke Bangkok. Dengan tatanan percakapan bahasa Indonesia yang agak sedikit kaku, Sahila mencoba berbaur santai dengan keluarga lain yang ia miliki. Ia duduk bersandar pada bahu Imelda yang sedang memasangkan kutek warna peach miliknya ke kuku jari remaja itu. “Ila mau liburan di sini dulu?” tanya Imel sambil meniupkan kuku jari putrinya supaya cairan kutek cepat kering. “Mau, satu bulan lagi Ila liburan sekolah, Bu,” jawabnya. “Oke, Ibu siapkan kamar Araska untuk Ila tidur, nanti di sini. Ibu bahagia Ila mau tinggal di sini.” Imelda kembali menyapukan kutek dengan perlahan. Sahila tersenyum saat menatap Rizal mendekat. Saudara lainnya masih berkumpul di ruang tamu dan teras, Imel dan Sahila beralasan ingin istirahat, padahal mereka memang butuh bicara berdua. “Ayah,” sapanya. “Iya, sayang.” Rizal ikut duduk di lantai beralaskan permadani yang Imel beli saat umr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-01
Baca selengkapnya

Teguran Dewa

Hari-hari pengantin baru terusik dengan masalah yang dibuat Ardan, mau tak mau, sebagai kakak tertua, Dewa ikut turun tangan juga. Ardan yang segan dengan Dewa membuat Imel meminta bantuan putra sulungnya menasehati sang adik. “Udah makan?” tanya Dewa saat Ardan baru tiba di rumahnya. “Udah tadi.” Pertanyaan itu dijawab Ardan dengan sedikit lesu. Satu minggu sudah ia diabaikan Imelda, apalagi saat ia tak sengaja membuat kegaduhan dengan adu argumen juga. Sahila yang kala itu masih ada di sana, terkejut melihat Ardan pergi meninggalkan rumah dan Imel marah-marah. Karena tak mau mengganggu Dewa yang sedang bulan madu satu hari setelah hari pernikahannya, jadi lah suasana di rumah itu memanas. Ardan yang pergi, baru kembali ke rumah dini hari. Jelas membuat Imel untuk pertama kalinya mendiamkan anaknya. Selama ini tak pernah ia lakukan itu, namun karena Ardan keterlaluan, hal itu terjadi. “Ibu masih cuekin lo?” “Gitu, deh,” jawab Ardan santai diakhiri helaan napas panjang. “Di rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status