Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Cinta Sepesukuan: Chapter 101 - Chapter 110

148 Chapters

Bab 101. Wisata Lembah Harau

“Ya udah nanti kalau mau pulangnya di pesan, penasaran aku pengen coba juga,” ulas Anggelina, Ridwan hanya mengangguk. “Katanya tadi ada yang mau dibicarakan, soal apa itu Bang? Karena tumben-tumbennya ngajak aku ketemuan,” sambung Anggelina. “Oh ya, aku ngajak Anggelina ketemuan dan jalan ke sini di samping ingin balas traktiran juga ada yang ingin aku tanyakan perihal gajiku,” ujar Ridwan. “Gaji Bang Ridwan di kantor maksudnya?” Ridwan hanya mengangguk. “Memangnya ada masalah apa dengan gaji Bang Ridwan itu? Kurang atau lambat masuknya ke rekening?” sambung Anggelina. “Nggak lambat dan kurang kok, justru sebalik aku merasa tak wajar gajiku yang hanya sebagai staf marketing digaji sebesar itu. Aku pernah bertanya pada Bang Aldi suami Kak Gita yang juga bekerja di kantor, jawabnya gaji seorang staf marketing 5 sampai 7 juta per bulan di perusahaan menengah. Sementara untuk perusahaan sebesar perusahaan yang Anggelina pimpin berkisar antara 10 hingga 12 jutaan per bulannya, kenapa
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more

Bab 102. Dora Dan Yeni

“Aku kelilipan, ada sesuatu barusan masuk ke mataku..!” seru Kintani. “Dila, coba kamu tiup mata Kintani sebelah kiri sepertinya tadi aku melihat ada arang jerami yang menempel di sana,” dokter Hardi memberitahu dan meminta Dila meniup mata salah satu mata Kintani, karena dia segan untuk melakukannya takut nanti Kintani tak merasa nyaman. Kintani menghadapkan wajahnya ke belakang di mana Dila dan Eva duduk di dalam mobil itu, seperti yang di lakukan dokter Hardi tadi Dila membuka mata kiri Kintani dengan kedua jempol tangannya bedanya kalau dokter Hardi tadi hanya melihat saja namun Dila melihat dan meniupnya. Benar saja setelah beberapa kali ditiup oleh Dila, sebuah benda hitam berupa arang kulit jerami berukuran sangat kecil ke luar berserta beberapa tetes air mata di pelipis mata bagian bawah. Dokter Hardi memberikan sehelai tisu kepada Dila, kemudian menyeka pelipis mata Kintani bagian bawah itu. “Arang kulit jerami rupanya,” ujar Dila memperlihatkan benda itu di tisu yang ia
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Bab 103. Kintani Di Fitnah

Setibanya di posko setelah Kintani dan kedua sahabatnya turun dari mobil pajero sport itu, dokter Hardi kembali ke rumah dinasnya. Baru saja Kintani dan kedua sahabatnya hendak masuk ke rumah yang dijadikan posko kegiatan KKN itu, tiba-tiba dari arah kanan di raya depan posko datang puluhan wanita yang sebagian mereka adalah Ibu-ibu rumah tangga dan beberapa gadis kenagarian Koto Tuo itu. Mereka langsung berkerumun di depan posko KKN sambil berteriak-teriak, layaknya seperti rombongan mahasiswa yang melakukan demo dengan mendatangi suatu tempat yang menjadi target mereka. “Usir dia dari kampung ini..! Usir dia....!” seru rombongan Ibu-ibu dan para gadis kampung itu. Tentu hal itu mengundang kecemasan dan ketakutan Kintani dan semua rekannya yang ada di posko itu, mereka tak tahu harus berbuat apa karena tak mengerti tiba-tiba saja posko mereka didatangi rombongan Ibu-ibu dan para gadis kampung. “Keluar kau...! Jangan sembunyi di dalam..!” seru Bu Santi salah seorang provokator rom
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Bab 104. Dora Mengaku Salah

“Benar foto ini kamu yang mengambilnya lalu mengirimnya pada Bu Santi?” tanya Pak Arif pada Yeni yang telah berada di depan rombongan Ibu-ibu itu. “Benar Pak,” jawabnya singkat sembari melirik cemas pada dokter Hendra dan Kintani. “Kapan kamu mengambil foto ini?” “Tadi siang Pak, di jalan pinggiran persawahan sana.” “Kamu sendiri waktu hendak ke mana dan mau ke mana hingga tahu-tahu bisa mendapatkan foto ini?” Pak Arif kembali bertanya sambil memperlihatkan foto di handphone Bu Santi itu kepada Yeni. “Aku bareng Dora Pak, pulang dari Lembah Harau.” “Coba ceritakan selengkapnya kenapa sampai kamu mendapatkan foto ini,” Pak Arif mendesak Yeni bercerita secara detailnya. “Waktu kami pulang dari Lembah Harau dengan sepeda motor, tiba-tiba di jalan pinggiran persawahan itu kami lihat mobil dokter Hardi berhenti. Lalu kami pun berhenti dan melihat dokter Hardi dan wanita itu begituan di dalam mobil seperti yang ada di foto itu,” jelas Yeni. “Begituan bagaimana yang kamu maksud itu?”
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Bab 105. Kegiatan KKN Usai

Dokter Hardi menarik napas dalam-dalam karena tak menduga alasan gadis di depannya itu melakukan fitnahan yang hampir saja membuat kegiatan KKN Kintani di kenagarian Koto Tua yang tersisa sebulan lagi itu berantakan, karena rasa cemburu semata sebab gadis itu jatuh hati padanya. “Aku menyesal Bang telah melakukan ini, bukan saja aku yang mendapat malu tap juga seluruh warga kenagarian ini begitu pula dengan Pak Arif serta kedua orang tuaku yang pasti akan memarahiku setiba di rumah nanti,” sambung Dora menghiba dan menyesal. “Sudahlah tak perlu kamu sesali yang telah terjadi ini, dan tak perlu juga malu serta kuatir karena kami telah memaafkanmu. Sekarang pulanglah dan ceritakan semuanya dengan jujur pula pada kedua orang tuamu di rumah,” bujuk dokter Hardi sembari tersenyum lega karena telah mengetahui penyebab Dora melukan semua itu. “Iya Bang, aku tahu Ayah dan Ibu pasti sangat marah dengan kejadian ini. Tapi nggak apa-apa, aku udah siap menerima resiko itu,” Dora pasrah karena
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more

Bab 106. Rencana Perjodohan

“Bukannya nyerah Ayah, tapi zaman sekarang sangat jauh berbeda dengan zaman dulu. Di mana sekarang udah nggak zaman lagi main jodoh-jodohan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan minimal mereka sebelumnya telah menjalin hubungan dan saling mengenal satu dengan yang lainnya lebih dalam lagi,” tutur Romi menjelaskan. “Kamu tahu nggak Romi, Kintani itu pewaris harta warisan keluarga Wisnu. Jika kelak kamu menjadi suaminya, masa depanmu akan lebih cemerlang. Ayah dan Ibumu tentu juga akan ikut senang, kamu jangan sia-siakan kesempatan itu.” “Meskipun Kintani itu keponakan kandung Ayah, akan tetapi Ayah tak boleh bertindak semaunya saja.” “Maksudmu apa Romi berkata seperti itu pada Ayah? Hitam-putih Kintani Ayah yang akan menentukannya karena Ayah ini Paman kandungnya, di dalam adat kita sudah jelas mengharuskan seorang keponakan patuh kepada Pamannya,” nada suara Pak Gindo agak keras. “Benar Ayah, aku tahu hal itu. Akan tetapi perkembangan zaman yang kian modern ini juga tak bis
last updateLast Updated : 2022-08-02
Read more

Bab 107. Kintani Harus Diberitahu

Pak Wisnu langsung palingkan wajahnya pada Bu Anggini, seolah-olah ia ingin bertanya apa yang musti dijawab atau menawarkan istrinya itu untuk menjawab usulan dari Pak Gindo. “Kami setuju-setuju aja Uda Gindo, tapi tentunya kami nggak bisa memutuskannya sendiri. Kami harus bertanya dulu pada Kintani mengenai hal itu,” ujar Bu Anggini. “Loh, kaliankan orang tuanya. Pasti Kintani akan ikut saja dengan keputusan kalian nantinya,” ulas Pak Gindo. “Ya nggak bisa begitu Uda Gindo, sekarang zaman udah semakin maju. Anak-anak sekarang nggak bisa lagi harus selalu menuruti keinginan kita, apalagi berkaitan dengan masalah perjodohan.” “Di dalam adat-istiadat kita nggak ada yang berubah baik itu di masa lalu maupun masa sekarang ini, seorang anak harus tetap patuh pada kedua orang tuanya. Kalau membangkang dia tentunya menjadi anak yang durhaka,” jelas Pak Gindo. “Ayah, sebaiknya hal ini jangan Ayah paksakan Paman Wisnu dan Bibi Anggini untuk menjawabnya sekarang. Ada baiknya memang Kintani
last updateLast Updated : 2022-08-03
Read more

Bab 108. Anggelina Curhat

“Ada masalah di kantor?” “Nggak ada sih, kantor baik-baik aja.” “Lalu kenapa?” “Susah juga aku jelasin di sini, besok sore sepulang dari kantor kamu ada waktu nggak? Aku pengen ngajak kamu ketemuan di luar ada yang ingin aku sampain sama kamu,” Anggelina balik bertanya. “Mau curhat ceritanya nih? Hemmm, boleh deh besok sore aku tunggu kamu di mana?” “Besok aku telpon.” “Oh ya udah deh kalau gitu, sampai ketemu besok sore,” ulas Keysa. Obrolan mereka melalui sambungan handphone itu pun diakhiri, besok sore mereka telah sepakat untuk bertemu di luar sepulang dari kantor. Keysa adalah sahabat karib Anggelina, dia juga seorang wanita cantik keturunan chinese. Mereka sama-sama kuliah dulu di luar negeri, hanya saja bedanya kalau Anggelina sekarang menjadi Presdir di perusahaan Ayahnya sementara Keysa seorang manager di sebuah perusahaan yang juga terbesar di kota itu. Sore itu baik Anggelina maupun Keysa pulang lebih awal dari hari-hari sebelumnya, masih menggenakan pakaian kantor
last updateLast Updated : 2022-08-04
Read more

Bab 109. Saran Dari Keysa

“Kamu sering dia ajak makan di rumah makan Padang?” “Ya, menu-menu di sana super lezat Key. Aku juga pernah kok di bawain nasi bungkus dan makan bareng di rumah, Mama sampai geleng-geleng kepala lihat kami makan di teras samping rumah di alas tikar aja. Tapi suer Key benar-benar seru dan nikmat,” tutur Anggelina. “Sampai segitunya kamu ngikuti kebiasaan dia?” “Loh, emangnya kenapa? Aku merasa dengan hal-hal baru seperti itu hidupku lebih terasa rileks, nggak kaku seperti di kantor yang musti terikat dengan berbagai aturan terlebih aku sebagai presdir harus selalu memberi contoh pada bawahan. Begitu pula di rumah sekarang aku enjoy aja, terkecuali kalau di depan Papa tentu aku tetap menjaga sikap seperti biasanyalah.” “Sejauh itukah kamu merubah kebiasaanmu?” “Ya, karena aku merasa hal itu membuatku lebih happy,” jawab Anggelina pasti. “Hanya karena itu kamu jatuh hati pada Ridwan?” “Tentu nggaklah, masih banyak yang membuatku kagum terhadapnya. Dia sosok pria yang bertanggung j
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Bab 110. Kintani Wisuda

Aula Kampus Fakultas Kedokteran Universitas A pagi itu dipadati para orang tua dari mahasiswa, mereka sangat antusias sekali mengikuti acara wisuda putra-putri mereka di sana. Tak terkecuali dengan Pak Wisnu dan Bu Anggini selaku orang tua Kintani, dari kemarin sore mereka sudah tiba di Kota Padang dan menginap di kos-kosan putrinya itu. Apa yang diharapkan dan di cita-citakan Kintani pun tercapai menjadi seorang dokter muda, namanya sekarang menjadi ‘Kintani Aulia, S.Ked’. Kelulusannya pun mendapat predikat cumlaude, tentu saja kebahagiaan yang ia rasakan bersama kedua orang tuanya di aula kampus itu makin sempurna. Mahasiswi cantik itu tak dapat lagi membendung rasa harunya saat berpelukan dengan Ibunya, air mata kebahagiaan itu jatuh membasahi pipinya begitu pula dengan Bu Anggini. Bertahun-tahun menimba ilmu di bangku perguruan tinggi yang tentunya tidak mudah karena harus berjuang untuk mendapatkan hasil yang maksimal, agar keinginan dan cita-citanya dapat diraih dengan sempurn
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status