Home / Pernikahan / BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN: Chapter 11 - Chapter 20

120 Chapters

Bab 11

Sambil menggendong Lia di pangkuan, aku terus memikirkan cara menyampaikan permintaan cerai agar Mas Zaki tidak tersinggung. Bagaimana pun juga tentu hal ini mengundang kecurigaan.Lelaki itu menatapku lekat penuh cinta dan kerinduan. Hati semakin bimbang, apalagi saat ini dia lumpuh, besar kemungkinan hadir prasangka lain dalam hatinya."Mas, aku ...." Kalimat itu sangat sulit untuk keluar."Kenapa, Dek?""Ada satu syarat, Mas untuk menjadi asisten di rumah Tuan Edbert. Mungkin kamu tidak akan setuju. Aku hanya mencoba menyampaikan siapa tahu ada solusi." Terpaksa aku memulai sebuah kebohongan."Syarat apa?"Aku menelan saliva. "Itu, Mas. Semua pekerja di sana diharuskan belum menikah atau tidak berkeluarga karena nanti kalau kerja bisa gagal fokus." Entah ini logis, aku hanya berharap Mas Zaki mengerti."Lalu?""Mas." Lelaki itu diam, mungkin mencoba menunggu kejelasan dengan sabar. "Apa Mas mau menceraikan aku demi pekerjaan–""Tidak!" tegasnya.Lia kubiarkan duduk di lantai memint
Read more

Bab 12

"Mas tahu kapan waktu berlalu begitu cepat?" tanyaku pada Mas Zaki yang sedang menidurkan Lia."Ketika bersamamu." Dia menjawab sambil memberi seulas senyum."Benar, Mas. Bahkan sepekan terasa satu detik." Aku menunduk dengan hati menyimpan perih.Kebahagiaan itu segera sirna karena pada kenyataannya Pak Damar sudah menunggu di ruang tamu. Aku menghela napas berulang kali. Dosa sebagai istri dan hamba masih terus berlanjut."Kamu semakin cantik, Tyas. Apa selama ini melakukan perawatan?"Mas Zaki memang tidak pernah bertanya aku hendak ke mana sepekan ini karena Mbak Utami rajin menemani. Namun, tetap saja perubahan warna kulit yang semakin cerah dan kenyal pun wajah sedikit glowing menimbulkan tanya di benak suamiku."Maafkan aku, Mas. Aku melakukan ini demi kamu agar bisa diterima bekerja di sana. Doakan aku pula agar Tuan Edbert mengerti keadaanku yang telah bersuami."Lelaki itu mengangguk sementara aku membuang pandangan sekilas meratapi diri yang mendapat takdir ini. Ingin beran
Read more

Bab 13

Pintu mobil terbuka, aku melangkah pelan menuju rumah yang sangat megah serupa istana itu. Masih menjadi pertanyaan dari mana kekayaan Tuan Edbert ini, mungkinkah karena orangtuanya?Pintu rumah yang tinggi menjulang itu terbuka pelan ketika aku sampai. Maria melangkah cepat menghampiriku dengan senyum merekah indah."Nona, Tuan Edbert sudah menunggu Anda sejak tadi. Silakan!" sambutnya dengan sopan.Aku melangkah mengikuti Maria. Seharusnya dia berdiri di belakang, tetapi aku masih belum hapal ruangan yang ada di sini atau akan tersesat.Maria berhenti melangkah di depan pintu berwarna emas. Aku bingung ini ruangan apa, tetapi sedikit malu untuk bertanya."Tuan Edbert sedang menunggu Nona di dalam," jelas Maria lagi, kemudian meraih handle pintu dan membukanya. Dia menyilakan aku masuk.Jantung berdegup cepat menghadapi kenyataan pahit. Aku melangkah sambil merapalkan doa seperti sedang melihat hantu. Rupanya ini adalah sebuah kamar milik Tuan Edbert. Sangat luas dan megah.Lelaki it
Read more

Bab 14

"Selesai," gumam Maria tersenyum lembut. Dia sudah berhenti memainkan sisir hitam itu.Cantik sekali, aku yakin perempuan ini lebih dari kata hebat. Rambut yang disanggul dengan model pita di belakang. Aku jadi terlihat seperti boneka."Sore nanti Nona harus mengubah warna rambut sesuai perintah Tuan Edbert.""Kenapa?""Aku tidak tahu."Tidak berapa lama kemudian, beberapa pelayan wanita masuk membawa paper bag yang banyak. "Simpan semuanya di lemari dan rak sepatu Nona Tyas!" perintah Maria.Mereka menurut, aku melihat beberapa tas branded dan juga sandal rumahan yang cantik dengan bulu-bulu halus. Salah satunya diletakkan Maria di dekat kakiku."Ayo, Nona. Aku mengantar Anda ke kamar Tuan Edbert!" ajak Maria masih dengan senyum manis."Ayo!"Aku berdiri dan melangkah canggung. Selama hidup aku tidak pernah berpenampilan seperti ini apalagi memang bukan dari golongan orang kaya. Semua kebaikan Tuan Edbert patut dihargai, dia tidak bersalah karena mengira diri ini perempuan lajang.Se
Read more

Bab 15

Aku membuka mata ketika tangan seseorang menyentuh pipiku lembut, kemudian ditepuk berulang kali. Kedua tangan mengucek mata karena penglihatan sedikit kabur.Ternyata Maria."Maafkan aku, Nona. Tuan Edbert memintaku membangunkan Anda untuk mewarna rambut." Maria memasang air muka sedih."Sekarang pukul berapa?""Pukul empat sore, Nona."Aku gegas bangun, kemudian pergi ke kamar mandi mencuci wajah. Airnya segar seperti mengalir langsung dari gunung. Sekarang aku memang terlihat berbeda padahal baru sepekan kemarin berwajah kusam. Perawatan wajah yang menghabiskan uang berjuta-juta memang memuaskan."Sekarang aku harus melakukan apa, Maria?" tanyaku setelah ke luar. Perempuan itu memakai celemek hitam menutupi kemeja putihnya."Anda duduk di kursi biar aku yang menyiapkan semuanya." Maria lagi-lagi tersenyum ramah.Aku menurut, kemudian duduk di kursi depan meja rias. Setelah memasang topi higlight untuk bleaching, Maria mulai mewarnai. Rupanya sudah mencampur sebelum membangunkanku.
Read more

Bab 16

"Ah, tidak. Lupakan saja Tuan. Malam ini aku hanya ingin bahagia denganmu." Aku berusaha tersenyum agar Tuan Edbert tidak menaruh curiga.Tuan Edbert tersenyum. Kami pun menikmati hidangan tanpa saling bicara kecuali jika dia kembali bertanya hal sepele. Misalnya, apakah nanti aku akan mencintainya atau tidak. Jawabannya tentu tidak dan aku hanya bisa bicara dalam hati."Tyas, aku tidak bisa menentukan sekarang apakah nanti kita berpisah setelah kamu melahirkan anakku atau tetap bersamamu.""Itu terserah Tuan. Sebagai istri sari nantinya, kalau boleh jujur aku ingin dilepas saja. Apalagi Nyonya Aluma masih hidup dan sehat. Dia pasti sangat cantik. Jika kelak Tuan ketahuan selingkuh, apa tidak mengapa?""Kamu benar, Tyas. Aku akan menceraikanmu setelah anak itu lahir." Tuan Edbert tersenyum, kemudian kembali menikmati makanan mewah yang tidak cocok di lidahku.Itu masalah yang selalu aku pikirkan sejak awal. Bagaimana mungkin aku pulang ke rumah dalam keadaan hamil sementara Mas Zaki a
Read more

Bab 17

Setelah menemani Tuan Edbert sarapan pagi, aku kembali ke kamar karena tidak tahu harus berbuat apa lagi. Mandi dan berdandan sudah, aku bahkan sedang memakai dress yang perempuan lain gunakan ke mall atau restaurant mungkin.Teringat obrolanku dengan Tuan Edbert tadi."Aku sudah memilih gaun pernikahan yang cocok untukmu. Pertanyaannya, apa kamu mau menikah di hotel atau di sini saja?""Di sini saja, Tuan. Aku tidak ingin ketahuan siapa pun," jawabku seadanya."Kenapa?""Nyonya Aluma pasti marah kalau tahu Tuan menikah lagi. Maaf, aku tidak sanggup jika dikatai pelakor, Tuan."Tuan Edbert mengangguk. Sebenarnya bukan itu alasan sesungguhnya. Aku hanya takut ketahuan orang lain dan kabar pernikahan kami sampai di telinga Mas Zaki."Nona, apa aku boleh masuk?" Suara itu milik Maria. Aku yang sedang duduk di dekat jendela mengangguk tanpa ingin menoleh.Ah, berpakaian seperti ini tiada berguna karena bukan demi mendapat perhatian Mas Zaki. Aku merasa sebagai manusia paling hina. Perempu
Read more

Bab 18

Malam menyapa dan aku baru saja selesai sarapan bersama Tuan Edbert. Entah apa alasannya pada Nyonya Aluma sehingga bisa leluasa tinggal di rumah ini.Ya, rumah bak istana yang sudah didekorasi sejak pagi hingga sore tadi. Mewah bahkan lebih dari kata itu.Aku yang seharian tadi berada dalam kamar—melakukan berbagai perawatan—hanya bisa menatap takjub."Apa kamu suka dekorasi ini, Tyas?" tanya Tuan Edbert."Tentu, Tuan. Dekorasinya sangat indah dan elegant." Aku menjawab jujur.Mereka pasti menyangka aku sedang bahagia untuk pernikahan besok karena senyuman tidak pernah alpa terukir di bibirku yang ranum.Padahal ada hati yang berkecamuk mencoba marah kepada takdir atau mungkin pada dunia yang sedamg tertawa mengejek. Aku menghela napas panjang mencoba menahan bulir bening."Apa kamu mau melihat kamar pengantin kita atau besok saja biar menjadi surprize?""Besok saja, Tuan. Malam ini kata Maria aku harus kembali luluran agar besok bisa terlihat semakin cantik.""Oh, benar. Aku sampai
Read more

Bab 19

Setelah seharian menerima tamu undangan, akhirnya aku bisa merebahkan diri. Memang tidak terlalu ramai, hanya beberapa puluh saja, tetapi acara berlangsung hingga pukul tujuh malam."Nona, Tuan Edbert memintaku menyiapkan Anda," kata Maria yang sedang berdiri bersama Louis.Dengan gerak cepat aku bangun dan meminta mereka masuk. Pintu kamar ditutup rapat, aku melepas gaun pengantin langsung menuju kamar mandi diikuti mereka berdua.Seperti biasa, Maria akan meluluri begitu juga dengan Loius mungkin agar pekerjaannya cepat selesai. "Ada apa denganmu, Maria?""Kenapa, Nona?""Wajahmu terlihat pucat."Maria diam, dia terus melakukan pekerjaannya. Melihat itu Louis memberitahu bahwa temannya itu sedang tidak enak badan."Kalau begitu biar Louis yang melakukan ini untukku. Kamu istirahat saja!""Apa ada yang bisa meredam kemarahan Tuan Edbert jika kita melawan perintahnya, Nona?"Louis benar. Aku saja sampai harus memohon dengan tangisan bahkan merapalkan doa ketika akan bertemu. Sifat Tua
Read more

Bab 20

"Hari ini pindahkan semua barang-barangmu. Aku tidak ingin pisah kamar. Kita harus saling terbiasa bersama!" perintah Tuan Edbert menyudahi sarapannya."Iya, Tuan. Aku akan meminta bantuan Maria atau Louis.""Tidak. Saat ini Maria sedang tidak enak badan. Biar Lotus dan Supri saja yang membantumu!"Tuan Edbert berdiri, setelah itu meninggalkan rumah yang seperti istana ini. Mengingat tentang Maria, dia memang perlu beristirahat. Siapa yang tidak lelah dengan pekerjaan penuh penekanan?Pantas saja pagi tadi dia tidak datang ke kamar menata rambut dan merias wajahku. Mungkin itu sedikit lebih baik karena aku bisa belajar melakukannya sendiri. Lagi pun aku sama sekali tidak pernah memiliki niat untuk terlihat cantik di depan Tuan Edbert.Kaki jenjangku melangkah cepat ke kamar untuk memindahkan semua barang diikuti dua pelayan lelaki. Mereka tidak bertanya apa pun melainkan langsung membopong semua barang itu ketika aku meletakkannya di tempat tidur."Letakkan saja di situ, biar aku yang
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status