Lelaki itu terpaku di tempat, di matanya terpancar kedamaian. Andai saja aku tidak punya suami sah, tentu akan merasa cemburu melihat pemandangan itu.Seorang suami yang amarahnya reda di pelukan perempuan lain. Tentu, jika aku adalah Nyonya Aluma, mungkin akan mengamuk tanpa mengenal waktu."Lihat, Ed. Kamu begitu damai berada di pelukan Maria."Tuan Edbert menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tidak bergerak sama sekali atau berusaha memberi penjelasan. Aku memang tidak cemburu, tetapi kesal karena dituduh murahan.Pelukan Maria semakin melingkar erat. Aku iri pada perempuan itu yang dengan mudahnya membungkam Tuan Edbert. Bukan hanya iri, tetapi juga berterimakasih karena telah menyelamatkan nyawaku."M-maria, lepaskan aku!" perintahnya tegas, tetapi seperti menyimpan luka."Dia yang ditakdirkan bersama tidak akan mati sebelum bersatu. Sekalipun kelak jarak membentang memisahkan sepasang kekasih itu, hati tidak akan pernah berubah. Dalam keadaan sadar atau tidak, dia s
Baca selengkapnya