Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 181 - Chapter 190

279 Chapters

BAB 181-SOSOK WANITA

Tubuhku yang terbaring lemas di tengah-tengah jalan, secara tiba-tiba merasakan sesuatu yang hangat yang terasa oleh tubuhku pada saat itu. Suatu kehangatan seperti sinar matahari pagi yang menyinari tubuhku dan memaksaku untuk membuka mata secara perlahan pada saat itu. Mataku akhirnya terbuka secara perlahan, seketika aku melihat sama-samar kondisi warung yang tampaknya sama dan sama sekali tidak berubah pada waktu itu. Aku juga sempat melihat ke atas dan matahari tampaknya sudah bersinar sangat terang di atas sana. Aku pun berusaha untuk berdiri di pagi itu, mencoba membersihkan baju yang kini tampak kotor karena debu-debu yang menempel dengan menepuk-nepuknya beberapa kali agar terlihat bersih. Para warga terlihat berlalu lalang dengan segala aktivitasnya pada pagi itu, mereka terlihat sangat sibuk datang dan pergi melewati warung dan rumahku yang letaknya tak jauh dari sana. Dengan baju kotornya mereka berjalan melewatiku, membawa cangkul, membawa alat untuk menyiram tanaman,
Read more

BAB 182-PAMIT

Hanya dua jam lagi sebelum kokok ayam di pagi hari mulai terdengar, dan ini adalah jam-jam paling dingin yang sering aku rasakan ketika aku sedang menjaga warung di setiap malamnya pada saat itu. Aku kini lebih banyak diam dari biasanya, aku hanya memandang wanita itu yang kini tampak sedang sibuk dengan dua orang yang aku cari dengan para warga beberapa waktu yang lalu. Dia kini tersadar dan merasa kebingungan, bahkan dia sendiri kini sedang mengobrol dengan seorang Bapak-bapak yang berada di dekatnya pada waktu itu. Seorang Bapak yang dia panggil Pak Uki, yang tak lain adalah Bapak dari wanita yang baru aku ketahui bernama Esih, yang tadi membetulkan tangan dan kakiku yang terkilir. Tampaknya mereka mengobrol dengan serius, bahkan beberapa kali Pak Uki tersebut membentaknya atas apa yang mereka berdua lakukan sehingga membuat mereka menghilang dalam sebulan ini. Sungguh aneh, mereka menghilang sebulan ini tapi mereka ternyata masih hidup meski tubuh mereka cukup kurus, tapi merek
Read more

BAB 183-SAMA

Cahaya berwarna oranye kini mulai muncul secara perlahan di balik Gunung Sepuh di pagi itu, mencoba mengusir kegelapan malam dengan sinarnya yang terang di balik pegunungan yang gelap dan sedikit berkabut. Sebuah warna yang sangat kontras terlihat, perpaduan warna gelap, biru, dan oranye kini saling berpadu disertai dengan beberapa awan kecil yang tersinari oleh matahari pagi pada saat itu. Embun-embun yang membasahi rerumputan dan pepohonan kini terlihat jelas, bersamaan dengan suara-suara kokok ayam dan burung-burung yang menyambut pagi dengan riang gembira, tanpa memperdulikan kejadian yang terjadi di Kampung Sepuh pada malam sebelumnya. Terlihat, beberapa orang berjalan menyusuri jalanan besar yang berbatu dan sedikit becek akibat lembabnya malam. Mereka terdiri dari Pak Uki yang berada dari depan, Cepi dan Gema yang ada di tengah, dan Esih yang ada di belakang sana. Cepi dan Gema tampaknya masih terlihat bingung, dia hanya ingat terakhir kali dia berdagang ayam di dalam hutan
Read more

BAB 184-CURIGA

Hal apapun yang berhubungan dengan para makhluk, pesugihan, ngipri, nyegik, atau memelihara tuyul sekalipun semuanya pasti akan merasakan hasilnya, banyak uang, harta melimpah, hidup dengan kesenangan. Meskipun, Semuanya hanyalah semu, semuanya tidak bisa dinikmati dengan hati yang bahagia. Hati-hati mereka seringkali mendapatkan kekhawatiran yang berlebih, terutama ketika mereka sudah mulai berpikir akan kecurigaan orang-orang yang ada di sekitar mereka ketika mereka selesai menjalankan ritual dan hidup mereka mulai membaik. Zaman dahulu tidak seperti jaman sekarang, yang bisa saja diam dirumah melakukan hal apapun dengan bermodalkan internet saja untuk mencari uang. Mereka yang hidup di tahun delapan puluh hingga sembilan puluhan akhir, mau tidak mau harus keluar, mencari uang dan membawanya pulang untuk mereka pergunakan. Tapi, tetap saja, orang-orang disekitarnya mulai mempertanyakan keanehan dari mereka yang melakukan ritual, meskipun mereka tidak tahu secara gamblang apa yang
Read more

BAB 185-ODENG

Pagi hari yang sama tampaknya dirasakan juga oleh orang-orang yang tinggal di kota pada saat itu, sejak pagi hari ribuan motor dan mobil muncul dan memadati jalanan untuk berangkat dari rumah ke pabrik-pabrik yang tersebar di sekitaran Bandung Selatan. Asap knalpot dari mobil, bus, dan motor menimbulkan polusi yang bisa terlihat menutupi kota dari kejauhan. Udara yang tampaknya tidak bersih jika dibandingkan dengan pagi hari di Kampung Sepuh pada pagi tersebut. Odeng yang terbangun oleh suara deru motor dan orang-orang yang berjalan melewati rumah di dalam gangnya kini terlihat sedang terduduk di atas kasur, sedangkan keluarganya sudah bangun terlebih dahulu dan kini berada di ruangan tengah untuk sarapan pagi. Hoaaammm Dengan sedikit mengantuk Odeng akhirnya bangun, mulutnya menguap beberapa kali sambil tangannya dia rentangkan agar tubuhnya agar sedikit segar. Seperti biasa, Odeng langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi terlebih dahulu, sebelum akhirnya nanti sarapan d
Read more

BAB 186-SIBUK

Situasi di pagi hari yang ramai, tampaknya bukan hanya terjadi di Kota saja. di Kampung Sepuh pun, kini ramai dengan orang-orang yang saling bergotong-royong dan saling membantu Mang Badru dan Mang Suhay untuk mengeluarkan peralatan layar tancapnya yang terjebak di dalam kebun pada pagi itu.“Beu, beu, udah aneh-aneh aja ini para makhluk, warga Kampung Sepuh aja jarang nonton layar tancap, ini malah ngejebak manusia buat bikin pagelaran disana, mana kalo bisa pengen tiap minggu pula,” Kata Mang Yayat yang tampak menggelengkan kepala ketika dia sampai ke kebun tempat proyektor, dan layar serta genset yang masih tersimpan di tengah-tengah kebun pada pagi itu.“Hus, udah-udah kasian tuh dua orang yang ada di warung si Amat, udah mah kejebak, terus di tawarin pesugihan, eh kalau gak ada si Amat mereka berdua mungkin gak akan selamat hingga hari ini.”“Sekarang mah bawain aja ini peralatan ke depan warung, kebetulan salah satu dari mereka kini dah jalan ke kebun teh buat ngambil truk yang
Read more

BAB 187-MENGINAP

Aku sama sekali tidak menyangka, bahwa radio lama yang sudah disimpan oleh bapak di dalam warung kini ada yang mengenalinya. Radio yang sempat menyala ketika kita berdua sedang mengobrol di depan warung, rupanya membuat Mang Badru bertanya-tanya tentang radio itu. “Kang, aku sebenarnya tidak terlalu tahu akan radio tersebut, tapi aku yakin, jarang sekali orang yang mempunyai radio seperti ini, bahkan untuk ukuran perkotaan sekalipun.” “Hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki radio seperti ini Kang, karena radio itu adalah barang berharga sebagai pusat informasi dari jaman penjajahan dulu.” “Dan aku ingat, salah satu temanku mempunyai radio itu Kang, radio yang sering aku lihat terpajang di ruang tamu rumahnya ketika aku belajar tentang layar tancap ini kepadanya.” Aku sedikit kaget mendengar hal tersebut, bahkan aku pun berpikir mungkin saja Mang Badru ada hubungannya dengan radio ini. Sebuah radio yang sangat tua, yang memakai tenaga baterai untuk menyalakannya, dan di Kampu
Read more

BAB-188 MEMANGGIL

Kampung Sepuh hari itu tampak sibuk, setelah membereskan semua perlengkapan layar tancap milik Mang Badru yang ada di kebun, Aku kembali mengajak warga yang membantu Mang Badru untuk berkumpul terlebih dahulu di rumahku, membicarakan atas apa yang terjadi kepada Mang Badru malam itu.Mang Suhay akhirnya berangkat sendiri ke Kota dengan semua perlengkapan layar tancap yang dimuat di truknya, dia sengaja meninggalkan Mang Badru sendiri untuk berdiskusi dengan para warga, dan Mang Suhay akan kembali menjemput esok harinya setelah menyimpan dan memastikan semua perlengkapan layar tancapnya aman.Aku memberitahu warga ketika semuanya sudah selesai, karena selain itu, Mang Badru akan mencoba mengganti kerusakan atas kebun dan akan mendata para warga untuk nantinya dia berikan kompensasi.Meskipun, aku dan para warga sepakat untuk menolak yang akan Mang Badru berikan. Karena, kita semua sudah tahu penderitaan Mang Badru yang sudah dia alami semalaman penuh, sehingga aku pun berkata kepadanya
Read more

BAB-189 TEMAN

Keresek, keresek, keresek,Kumaha daramang sadayana? (Bagaimana sehat-sehat semuanya?) Tepang deui sareng Wa Kepoh, dina acara maneh, acara anu maranti, saban wayah kiwari. (Bertemu lagi dengan Wa Kepoh, di acara kamu, acara yang di nanti, di jam ini.) HeheheheDina acara. (Di acara.) HeheheheSumuhun, dongeng kiwari garapan Wa Kepoh. (Ya betul, dongeng yang akan di bawakan oleh Wa Kepoh sekarang.) Kalayan midangkeun nyarios anu judulna ( Dengan pertunjukan cerita yang berjudul.) Nya eta si Rawing Kiwari. (Yaitu si Rawing saat ini.) Keresek, keresek, keresek,Suara radio yang menjadi cerita favorit di kala itu, yang sering dengarkan pada malam-malam tertentu untuk mengusir sepi. Dengan cerita bersambungnya yang tak pernah membosankan, dan selalu menarik setiap kali didengarkan.Meskipun suaranya tidak jernih karena antenanya tidak bisa menjangkau sinyal, tertutup oleh tebing-tebing tinggi yang mengelilingi Kampung Sepuh. Namun tetap saja suaranya terdengar cukup jelas.Mang Badr
Read more

BAB-190 HATUR NUHUN

Seorang teman sejati, pasti tidak akan meninggalkan satu sama lain, meskipun dia sedang kesusahan atau kesulitan, mereka akan saling membantu sama lain, saling merangkul tangan, juga saling mempercayai satu sama lain.Meskipun apa yang dialami dua teman sejati Mang Badru dan Budi saat ini sangatlah tidak biasa.Kedua teman tersebut sudah berbeda alam sekarang, teman yang menghilang dalam beberapa tahun, tanpa ada kabar dan jika dia meninggal pun, tidak pernah ditemukan tubuhnya hingga sekarang.Tapi kini Budi yang telah lama menghilang itu, ditemukan oleh sebuah takdir yang tidak pernah Mang Badru sangka-sangka.Dia tidak menyangka, salah satu kecelakaan yang dia alami di malam-malam sebelumnya akan berakhir seperti ini. Bertemu dengan salah satu sosok yang dia cari-cari selama ini atas permintaan keluarganya, apalagi setiap dia menggelar layar tancap ke kampung-kampung, dia seringkali menanyakan kabar temannya ini di setiap kesempatan.Hingga akhirnya dia pun menyerah, dan membiarkan
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
28
DMCA.com Protection Status