Seorang teman sejati, pasti tidak akan meninggalkan satu sama lain, meskipun dia sedang kesusahan atau kesulitan, mereka akan saling membantu sama lain, saling merangkul tangan, juga saling mempercayai satu sama lain.Meskipun apa yang dialami dua teman sejati Mang Badru dan Budi saat ini sangatlah tidak biasa.Kedua teman tersebut sudah berbeda alam sekarang, teman yang menghilang dalam beberapa tahun, tanpa ada kabar dan jika dia meninggal pun, tidak pernah ditemukan tubuhnya hingga sekarang.Tapi kini Budi yang telah lama menghilang itu, ditemukan oleh sebuah takdir yang tidak pernah Mang Badru sangka-sangka.Dia tidak menyangka, salah satu kecelakaan yang dia alami di malam-malam sebelumnya akan berakhir seperti ini. Bertemu dengan salah satu sosok yang dia cari-cari selama ini atas permintaan keluarganya, apalagi setiap dia menggelar layar tancap ke kampung-kampung, dia seringkali menanyakan kabar temannya ini di setiap kesempatan.Hingga akhirnya dia pun menyerah, dan membiarkan
Tak terasa, entah berapa lama waktu yang dilalui setelah aku terakhir kali bertemu dengan Mang Badru pada saat itu. Waktu semakin cepat berlalu membuatku melupakannya dengan kejadian yang sudah dia alami di malam itu. Budi yang kini menjadi makhluk di Gunung Sepuh pun sudah tidak muncul lagi di depan warung ketika malam tiba, juga warga Kampung Sepuh juga mungkin sudah melupakan hal-hal yang terjadi kepada mereka. Waktu yang terus berjalan dan mengalir seperti air, membuat semua orang terlena dengan apa yang sedang mereka kerjakan. Bahkan warga Kampung Sepuh pun sudah mulai terbiasa hidup kembali tanpa memikirkan kejadian-kejadian yang ada di kampung yang tentu saja bisa menghebohkan warga kampung akan kejadiannya. Hari, bulan, tahun kini terlewati dengan cepat dan tanpa disadari oleh semua warga yang ada di kampung hingga hari ini. Banyak sekali perubahan yang terjadi di kampung pada titik ini, Mas Parto kini hidup sendiri setelah sang istri meninggal dunia karena wabah demam berd
Semua orang akan menjalani hidup sesuai dengan waktunya, waktu yang tidak terasa berjalan cepat juga dirasakan oleh orang-orang yang berada di perkotaan. Dan hal itu pun terjadi kepada salah satu orang yang kini sedang sibuk menyiapkan semester-semester akhirnya untuk bisa lulus dan menjadi sarjana di tahun depan.Sudah hampir semester lima dia habiskan untuk berkuliah di salah satu fakultas di universitas negeri ternama di Kota Bandung, salah satu kampus yang menjadi pilihan favorit bagi para masyarakat di Jawa Barat untuk mengenyam pendidikan setelah mereka lulus sekolah.Bahkan, Caca dan istrinya pun kuliah di kampus ini sekarang, kampus yang mempunyai dua kampus besar di Sumedang dan di Kota Bandung ini pun sudah menjadi tempat bagi orang-orang seperti mereka terutama bagi masyarakat kampung untuk menaikan derajatnya, karena mereka adalah satu dari sekian ratus warga yang berkuliah di kampung tersebut, sehingga apabila mereka lulus derajat mereka akan naik secara otomatis di mata
"Ah enggak-enggak Yun, cuman aku hapal aja Kampung Parigi itu dimana, soalnya dulu pernah ke sana sama Bapak,” Kata Esih dengan nada yang malu . “Aduh, kok bisa pas KKN nya kesana ya, ada apa ini ya…..” Pikir Esih. “Hayo, melamun lagi, tuh tuh kan, kenapa jadi salting gitu Sih? ” “Jangan-jangan, ada sesuatu tuh disana, hayo cerita dong, jangan mendadak jadi salting begitu,” Kata Yuyun yang terus-menerus menggoda Esih di siang itu. “Ah kamu mah, engga kok gak ada apa-apa, asli deh sueeerr, ” Kata Esih sambil mengangkat kedua tangannya. “Aku kenal aja beberapa orang yang tinggal di Kampung Parigi Yun, salah satunya adik jurusan kita tuh, si Caca sama istrinya Euis. yang satu fakultas sama kita, dia anak Kades dari Kampung Parigi. Jadi kita punya akses lebih buat tanya-tanya tentang kampung itu dan bisa bikin program kerja lebih cepat dari mahasiswa lain. ” “Aku kenalin deh Yun sekarang, kebetulan aku kenal istrinya sewaktu ospek jurusan, dan kayaknya hari ini mereka lagi ada kelas
“Ahhh dah sampai juga nih di Kampung Parigi, udah dua belas jam kita di jalan, pegel banget sumpah nih badan, butuh seseorang yang memijatku malam ini, sepertinya eeeee…”“Eh Esih kemana kok ngilang?”“Yog, Mes, tahu Esih gak dimana, kok gak ada?” Kata Tama dengan tubuhnya yang kini dia regangkan di atas kasur kapuk yang di gelar di rumah tamu milik Pak Kades yang sengaja dia pinjamkan untuk mereka tinggal dalam beberapa bulan ini.“Noh lagi sama Pak Kades diluar, bukannya sopan ke Pak Kades dulu, ini malah langsung tiduran. ” Kata Yoga yang terlihat sedang mengeluarkan beberapa baju ganti di dalam tasnya pada saat itu.“Esih, Yuyun dan Citra, juga Epul. Nanti kalau ada hal yang didiskusikan untuk program kerja kalian, nanti bisa datang aja langsung ke Kantor Desa, atau kalau kalian mau agak nyantai bisa langsung ke rumah aja ya sambil ngopi. ” Kata Pak Kades dengan wibawanya yang terlihat jelas oleh mereka semua.“Sekarang kalian istirahat aja dulu, masalah sarapan nanti si Ibu nyuru
Kampung Parigi yang di datangi oleh para mahasiswa yang sedang KKN, rupanya berimbas kepada para warga Kampung Sepuh yang letaknya tepat berada di sebelah Kampung Parigi pada saat itu. Pak Kades yang menjadi mentor sekaligus teman diskusi dari para mahasiswa KKN yang sedang membuat program kerja disana, Pak Kades juga beberapa kali berkata bahwa selain Kampung Parigi ada Kampung Sepuh yang harus dibantu. Terutama perihal pendidikan, karena di tahun ini tidak ada warga Kampung Sepuh yang sekolah sampai SMA, terakhir total hanya ada empat orang dan mereka sudah lulus semua. Sehingga mereka juga ada program lain untuk mengajar anak-anak Kampung Sepuh atas permintaan Pak Kades, bersamaan dengan program-program lain yang mereka diskusikan untuk membantu Pak Kades selama berada di Kampung Parigi ini. Usulah Yoga agar membuat sebuah generator listrik untuk menerangi Kampung Parigi juga dimasukan dalam program kerja mereka, meskipun di dalam kelompok itu tidak ada mahasiswa kelistrikan. Yuy
Waktu yang aku habiskan bersama mereka sepertinya terjadi secara cepat dan begitu saja, mereka yang tadi siang menjelajah untuk mencari mata air di dalam hutan pun merasakan hal yang sama, rasa lelah rasa capek yang mereka rasakan membuat mereka kini terbaring lemas di dalam rumah yang Pak Kades malam ini.Hanya Esih, Epul dan Omes yang tampaknya masih bugar dan masih bisa beraktifitas seperti biasa. Sedangkan sisanya hanya terduduk di bawah kursi dengan kakinya yang diselonjorkan ke arah depan. Bahkan, Tama sampai meminta Pak Kades untuk meminta dipanggilkan tukang pijit karena baru kali ini dia berjalan berkilo-kilo meter dengan medan yang sulit untuk survei tentang mata air dan mendokumentasikannya untuk bahan laporan mereka.“Ah Yog, Yog, kamu mah ada-ada aja, udah kita KKN biasa aja program kerjanya, ngajar anak-anak SD kek, penyuluhan ke warga kek, atau bantu pedagang di pasar tumpah di deket terminal bayangan kek.”“Program ngalirin listrik ke warga kampung itu project yang ber
Para makhluk biasanya dibagi dalam beberapa jenis, yaitu para makhluk yang seringkali menghasut para manusia yang lain atau para makhluk yang seringkali menakut-nakuti manusia yang dilihatnya ketika malam hari. Atau, ada makhluk yang seringkali menjadi pendamping para manusia. Seperti yang terjadi di dalam keluarga Pak Uki dan Esih. Para makhluk itu bernama khodam, yaitu makhluk pendamping dari manusia yang seringkali mengikuti kemana mereka pergi dan mereka ditugaskan untuk menjaga manusia itu dari marabahaya. Para khodam ini bisa diperintahkan, asal kita tahu cara memerintahkannya. Para paranormal yang menyerang bapak hingga dia tidak bernyawa pun adalah perbuatan para khodam yang diperintahkan untuk menyerang warung seperti yang terjadi dalam beberapa tahun yang lalu. Namun, ada juga yang mempunyai perintah yang mutlak. Seperti salah satu makhluk yang ada di depanku ini, salah satu makhluk yang mungkin saja sama dengan apa yang kulihat dari dalam mimpi itu. Auranya yang terpanca