vote dan komen ya mohon maaf seminggu ini saya akan berusaha untuk upload seperti biasa, namun apabila di satu hari saya hanya upload satu bab harap di maklum, karena minggu ini saya sedang sibuk mengerjakan pekerjaan utama yang menyita waktu Vote dan komen ya terima kasih
Sudah beberapa hari ini, para warga Kampung Sepuh dan Kampung Parigi, serta kampung-kampung yang masih masuk wilayah Pak Kades kini terlihat sibuk. Mereka meluangkan waktunya setelah pulang dari sawah untuk membantu para mahasiswa KKN yang sedang membuat saluran irigasi untuk persawahan mereka.Sebuah saluran irigasi kecil yang nantinya akan di pasang turbin untuk bisa mengaliri listrik agar kampung mereka bisa terang benderang. Meskipun, mereka hanya dapat jatah beberapa lampu saja apabila hal itu sudah selesai dikerjakan.Yuyun dan Citra benar-benar mengerahkan semua kemampuan finansial dan koneksinya kali ini, mereka berharap program kerja ini akan benar-benar mendongkrak nilai IPK mereka, sehingga mereka rela untuk mengeluarkan segala hal yang dibutuhkan untuk memberikan dukungan bagi para warga dari mulai peralatan, generator, mesin, hingga seseorang yang ahli dibidang kelistrikan untuk mereka bawa dan mengajarkan warga kampung tentang mekanisme turbin yang mereka pasang.Meskipu
KrekeeeekSuara pintu yang berdecit ketika Tama menutup pintu rumah Mang Yayat kini terdengar dengan sangat pelan oleh kedua telinganya, mungkin karena saat ini dia berada di suatu kampung yang sangat sunyi dan sepi. Sehingga suara yang kecil saja bisa terdengar oleh dirinya sehingga hal itu membuatnya sedikit agak kaget.Rumah Mang Yayat berada di paling depan di Kampung Sepuh, sehingga Tama dengan jelas bisa melihat pepohonan yang menjulang tinggi di sebelah rumah Mang Yayat, yang menjadi pembatas antara Kampung Sepuh dan jalanan yang menembus ke jalan provinsi di depan sana.Pepohonan karet dan kayu jati yang para warga tanam, dan akan dipanen di waktu-waktu tertentu terlihat seram ketika malam tiba. Apalagi ketika sinar dari lampu minyak tidak bisa menyinari semua kegelapan yang ada di sekeliling Tama, sehingga membuat Tama agak ragu untuk melangkah, bahkan beberapa kali dia mengurungkan niatnya dan berbalik untuk membuka kembali pintu rumah yang sudah dia tutup sebelumnya.Namun,
Sebuah hawa dingin yang menusuk kulit kini kembali terjadi di dalam warung, lampu-lampu minyak yang menyala kini mendadak redup seperti tertiup angin yang entah darimana. Benda-benda itu seperti tidak bisa mempertahankan cahayanya ketika ada sesuatu yang terjadi di warung tempat aku berdiam diri di malam ini. Aku yang sibuk membaca kembali catatan-catatan yang sudah aku tulis selama beberapa tahun ini di dalam warung, seketika langsung berdiri dan menoleh ke arah luar, dan tak lama aku pun menyimpan kembali catatan tersebut di atas lemari uang yang ada di sebelahku. Aku berjalan secara perlahan ke arah depan, di saat lampu-lampu minyak yang menerangiku kini memancarkan cahaya yang sedikit redup, bahkan barang-barang dagangan yang menggantung di warung mendadak bergerak sendiri, warung seolah-olah bergetar dengan hebat pada saat itu. Sehingga, aku yakin akan ada sesuatu yang datang ke warung dengan niat yang tidak baik. Aku yakin hal itu terjadi atas apa yang aku lakukan tadi siang.
Mas Parto dan Istrinya, serta Parman tampaknya masih terbangun dan menemani Yuyun, Citra dan Esih yang masih sibuk dengan laporanya meskipun waktu sudah mulai gelap. Mereka terlihat seperti sedang melakukan wawancara untuk bahan laporan mereka sebagai kuisioner atas apa yang mereka lakukan tadi siang terhadap anak-anak di kampung, dan harapan dari para warga atas apa yang mereka kerjakan. Yuyun, Esih dan Citra tidak mewawancarai Mas Parto dengan serius, terkadang mereka tertawa dengan penuh senyum karena terkadang Mas Parto bercanda atas apa yang ditanyakan. “Ya mau gimana lagi atuh Mbak yu, aku aja yang tinggalnya jauh dari tempat ini saja terpikat sama kampung ini mah, apalagi ketika ketemu dengan si Ibu, uh makin cinta deh dengan kampung ini,” Katanya dengan sedikit tersenyum. “Ya paling kalau saran ya, minimal di kampung ini dibangun satu sekolah lagi lah, yaitu sekolah menengah, biar anak-anak kampung gak terlalu jauh menyusuri sawah ke Kampung Parigi untuk sekolah.” “Kalian j
Obrolan itu berlangsung singkat, Esih yang mengetahui tentang Kampung Sepuh versi dirinya, mau tidak mau harus menjelaskan kenapa dia mengetahui tentang kampung ini ketika malam tiba. Esih bercerita bahwa dia pernah sekali ke Kampung Sepuh saat dia dan bapaknya sedang mencari Cepi, saudaranya. Juga menjelaskan tentang Mang Badru dan Mang Suhay yang dulu pernah dia temui, Esih terpaksa jujur kepada keluarga Mas Parto kala itu. Karena dia sudah tidak bisa lagi mengelak atas pertanyaan yang dia tujukan kepadanya. Bu Lela hanya tersenyum ketika dia mendengar jawabannya, dia bersyukur bahwa Esih tidak seperti orang-orang yang datang ke kampung ini pada malam hari untuk melakukan ritual di Gunung Sepuh. Namun ternyata dia dan bapaknya lah yang membantu Amat dan para pemilik layar tancap untuk keluar dari jeratan para makhluk yang menjebaknya di dalam sana. Bu Lela yang awalnya curiga kepada Esih kini malah berterima kasih atas apa yang dia dan bapaknya lakukan, karena dirinya sebagai warg
Aku menutup pintu rumah Mas Parto dengan sangat rapat, dan berteriak dari luar agar mereka segera mengunci kembali pintu itu dan tidak keluar hingga pagi tiba. Yuyun dan Citra tampak kebingungan, wajah-wajah shock pun terlihat karena kejadian tersebut terjadi dengan cepat dan tanpa bisa mereka perkirakan sebelumnya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, mereka hanya terdiam di depan pintu yang tersinari oleh lampu minyak yang menyala di dinding dibelakang mereka. Saking shocknya mereka, nafas mereka terasa sangat berat dan sama sekali tidak bisa berbicara dengan tubuhnya yang mendadak kaku. Esih yang menyadari hal itu langsung mengunci pintu dan menepuk pundak mereka berdua, berusaha agar mereka menjauh dari pintu karena dia yakin situasinya masih belum aman. “Yuyun, Citra, sadar, sadar hey, sadar!” Kata Esih yang menepuk pundak mereka dengan sedikit agak keras. Yuyun dan Citra yang awalnya terdiam langsung berkedip beberapa kali, menggerakan tangannya secara tiba-tiba dan pandangan
Yuyun dan Citra pun hanya bisa terdiam dengan wajah yang tidak percaya atas ucapan Mas Parto pada saat itu.Bagaimana tidak, sebagai seorang mahasiswa yang sudah menghabiskan banyak waktunya untuk hidup di kota-kota besar. Kini mereka terpaksa harus percaya kepada tahayul yang dibicarakan oleh salah satu warga kampung yang ada di depannya.Sebuah kampung terpencil yang harus hidup di dalam rumah ketika malam, dan mereka hanya bisa keluar untuk beraktivitas kembali ketika pagi menjelang.Mereka sudah melakukan hal itu bertahun-tahun, bahkan karena hal itu berlangsung lama. Para warga kampung sudah terbiasa akan hal itu, dan menganggap hal tersebut menjadi bagian dari hidupnya selama berada di Kampung Sepuh.“Aku yakin kalian tidak percaya, namun apakah kalian tidak pernah bertanya pada diri kalian, kalau memang ucapanku adalah suatu kebohongan, terus apa yang terjadi kepada teman kalian yang satu ini,” Kata Mas Parto yang menunjuk ke arah Tama yang masih tak sadarkan diri disana.Yuyun
Yoga yang kini masih duduk sendirian dengan berbagai laporan yang harus dia tulis di malam itu, dia sama sekali tidak mempedulikan teman-temannya yang belum pulang sekarang. Dia hanya memikirkannya sekali dan kembali fokus kepada catatan-catatan yang berserakan di depannya. Yoga memang anak yang pintar, dia masuk Fikom memakai jalur prestasi dan beasiswa atas apa yang dia capai sewaktu SMA. Apalagi pada saat itu pula dia aktif di radio sekolah, dan juga sempat menjadi ketua OSIS di SMA nya, sebuah SMA terkenal di Kota Bandung yang sudah terkenal mencetak siswa-siswa terbaik seperti Yoga. Sehingga wajar, dia yang seolah-olah menjadi pemimpin dan ketua dari kelompok KKN yang mereka lakukan di Kampung Parigi ini, dengan keahliannya dia bisa berkomunikasi dan mengarahkan semua program kerjanya kepada Pak Kades dan para warga, bahkan dengan para anggota kelompok KKN sehingga program kerja yang mereka jalankan bisa berjalan lancar seperti sekarang. Apalagi, program kerja irigasi kampung a