Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 161 - Chapter 170

279 Chapters

BAB 161-TAMU

Semakin lama berjalan, Mang Suhay tampak merasakan sesuatu yang aneh. kedua orang yang awalnya berada di depan Nengsih, tidak terlihat melintas melewatinya. Padahal barang-barang tersebut sangatlah berat, dan tidak mungkin bisa mereka bawa dengan sekali jalan.Apalagi, kini sudah hampir dua puluh menit mereka berjalan. Tapi sama sekali belum ada tanda-tanda kampung yang dimaksud oleh Nengsih pada saat itu.Namun, sepertinya Mang Badru tampak tidak sadar akan hal tersebut, dia terlihat sedang asik dengan Nengsih yang ada di sebelahnya. Obrolan demi obrolan yang membuat Mang Badru tersipu malu membuatnya sedikit melupakan tentang mobil dan barang-barang yang harus mereka setting setibanya di kampung.“Euuu, kalau Teh Nengsih itu sudah nikah?” Kata Mang Badru.“Ah belum Kang, kalau aku mah ya gini-gini aja kerjanya, ngebantu Bu Laras ngurusin warga. Soalnya seringkali ada warga luar yang masuk dan keluar ke Kampung Sepuh.”“Ya tahu sendiri lah banyak orang yang dateng dari luar kampung,
Read more

BAB 162-FIRASAT

Sepi.Itu yang aku rasakan ketika aku setiap malam menjaga warung ini, suasana Kampung Sepuh yang berubah secara drastis dari siang ke malam, karena sudah sering ku lalui membuat aku semakin terbiasa akan hal tersebut.Aku sekarang tahu, perasaan Bapak ketika masih hidup. Ketika masih menanggung beban yang sedang aku tanggung sekarang, ketika pikiran-pikiran melayang mencari jalan keluar yang tak tentu arah setiap malam.Petunjuk-petunjuk yang Bapak dan Kakek kumpulkan tampak tidak berguna, semuanya sudah aku cari selama satu tahun lebih ini. Namun tidak ada satupun petunjuk lain tentang misteri yang menyelimuti kampung ini.Aku tidak tahu makhluk apa yang dulu melakukan perjanjian dengan leluhurku, aku juga tidak tahu kenapa leluhurku bisa sampai melakukan perjanjian dengannya. Bahkan aku tidak tahu tempat yang ada di foto usang yang diturunkan oleh keluargaku secara turun-temurun.Hampir seisi gunung sudah aku kelilingi, setiap tebing yang bisa ku raih sudah aku datangi, juga setiap
Read more

BAB 163-ANEH

Di tengah-tengah keramaian yang terjadi di dalam pasar, Nengsih hanya berdiri di depan stan makanan yang bersebelahan dengan jalanan besar. Kedua tangannya tampak bergetar dengan hebat, wajahnya yang cantik terlihat sangat pucat dan tidak terlihat lagi senyuman yang muncul dari wajahnya yang cantik jelita itu.Hanya cahaya dari obor yang menerangi dia sendirian disana, dimana pada saat itu para warga sedang asik dengan film-film yang disuguhkan oleh Mang Suhay dan Mang Badru di malam itu.Tampak suara tertawa beberapa kali terdengar, suara tawa dari pada warga yang melihat si Bokir dalam film tersebut di takut-takuti oleh Suzanna yang sudah menjadi sundel bolong, sehingga tingkah lakunya membuat siapapun yang menonton adegan tersebut akan tertawa dibuatnya.Sedangkan Nengsih, hanya bisa berdiri, dengan tatapannya yang pucat dan mengarah ke ujung kampung yang tampak gelap gulita dan tidak ada cahaya penerangan sama sekali.Apalagi,Ketika orang yang dia tunggu-tunggu tiba, mata Nengsih
Read more

BAB 164-PAK UKI

Malam semakin larut, bintang-bintang yang berkerlip memenuhi langit malam terlihat dengan jelas di depan kebun teh yang tampak tidak ada ujungnya itu. Langit yang tidak tertutup oleh apapun bisa menjadi pemandangan yang indah bagi beberapa orang, bisa menjadi tempat untuk menyendiri dan memikirkan segala permasalahan yang ada di dalam hidupnya. Juga bisa menjadi tempat bagi para makhluk yang bisa memunculkan ekstensinya kepada para manusia, karena sinar bulan bisa menjadi kekuatan bagi mereka untuk bisa menampakan dirinya agar para manusia ketakutan saat melihat wujudnya yang menakutkan. Namun, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi kedua orang disana. Wanita yang masih muda dengan memakai baju kaos dan jaket berwarna biru muda dengan celana yang trendi pada masanya, juga sesosok laki-laki yang mungkin saja itu adalah Bapaknya dengan pakaian yang lebih santai. Dia hanya memakai kaos oblong bergambar band luar negeri yang sedang populer pada waktu itu, juga hanya memakai sendal jepit d
Read more

BAB 165-DI TENGAH KEBUN TEH

Tidak semua orang yang bisa akan mengatakan bahwa dirinya adalah seseorang yang mempunyai suatu keilmuan yang sudah dia pelajari selama hidupnya. Mereka biasanya lebih menyembunyikan dirinya dari kerumunan orang dan menganggap dirinya adalah orang biasa seperti layaknya orang-orang yang ada di sekitarnya. Seperti Pak Uki, dia adalah orang yang tidak ingin apa yang dia dapatkan dari leluhurnya diketahui oleh banyak orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu bahwa dia mempunyai keilmuan yang ada di dalam dirinya seperti Pak Darsa, namun dia juga tidak mencap dirinya sebagai orang yang bisa seperti layaknya Abah Ido, yang menjadikan apa yang dia pelajari tentang hal-hal seperti ini, untuk dijadikan sebagai mata pencaharian seperti sekarang. Pak Uki hanya seorang petani, petani dari sebuah kampung kecil di salah satu gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebuah gunung yang mempunyai sumber panas bumi alami sehingga tanahnya yang begitu subur, sehingga dapat ditanami oleh b
Read more

BAB 166-BELUM SADAR

Layar tancap yang di gelar di pasar malam, masih terlihat meriah. Mereka semakin berkerumun di depan layar karena ini adalah salah satu hiburan bagi mereka semua, film-film horror yang Mang Badru putar disana, malah terlihat seperti film action oleh mereka semua. Tidak ada tatapan dan raut wajah yang ketakutan, tidak ada teriakan-teriakan ketika hantu yang di film muncul untuk menakuti para manusia yang ada di dalamnya. Yang ada mereka malah bersorak-sorai dan menunggu hantu itu muncul di dalam film tersebut. Mang Badru yang ada di bawah bersama dengan para penonton, secara tak sadar merasakan sesuatu yang aneh atas tingkah laku para penonton yang ada di dekatnya, apalagi seringkali bau busuk yang menyengat tercium olehnya, juga wangi-wangi bunga yang seringkali melintas sekilas ketika film sedang berlangsung pada malam itu. Hanya Mang Suhay yang mungkin masih belum sadar, mungkin karena dia duduk di atas dekat dengan proyektor, sehingga dia tidak mengamati dengan sangat jelas situa
Read more

BAB 167-SEMAKIN YAKIN

Di Saat yang bersamaan, Pak Uki masih berdiri di tengah-tengah kebun teh yang gelap itu. Bersamaan dengan sosok Nenek yang seringkali muncul di tengah-tengah kebun teh dan seringkali menghalangi manusia yang akan datang ke Gunung Sepuh. Meskipun, semua tindakannya diabaikan oleh para manusia itu, karena mereka sudah terbutakan oleh ambisinya untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan dengan instan di dalam gunung. Nenek tersebut tidak berwujud sebagai makhluk yang menyeramkan, giginya tidak bertaring, wajahnya tidak menakutkan, pakaian yang dia kenakan pun terlihat rapi tidak kotor dan berdarah-darah seperti makhluk lainnya. Dia mewujudkan dirinya sebagai Nenek-nenek biasa, yang sering kali muncul sambil membawa kayu bakar di tengah-tengah kebun teh yang luas tersebut. Para warga di Kampung Sepuh, atau para warga yang melintas di jalur tersebut, seringkali menyebut sosok itu dengan nama Nini Enteh, yang berarti Nenek Teh. Karena wujudnya sering kali memunculkan dirinya di tengah-tenga
Read more

BAB 168-MEMEJAM MATA

Esih, adalah anak yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang keilmuan yang Bapaknya pelajari dan apa dampak yang terjadi pada dunia ini, tentang adanya suatu kegelapan yang menyelimuti dunianya ketika malam hari, juga tentang hal-hal yang aneh yang sering kali dia temui di dalam rumahnya ketika ditinggal sendirian disana. Pak Uki sama sekali tidak mengajarkan Esih apapun, dia hanya memberikan cerita-cerita tentang mitos dan legenda-legenda dari tanah Pajajaran agar Esih tahu bahwa para makhluk tersebut ada. Agar Esih tidak terlalu penasaran hingga akhirnya mendalami apa yang bapaknya pelajari semasa hidupnya. Kekhawatiran atas anak semata wayangnya membuat Pak Uki hanya mempercayakan Esih untuk di jaga oleh salah satu sosok yang awalnya menjaga ibunya secara turun-temurun, menjaga dari para makhluk yang ingin mengganggunya. Juga dari para manusia yang ingin menggodanya. Sehingga, hingga saat ini. Esih jarang sekali didekati oleh teman kuliahnya, karena apabila ada salah satu laki-la
Read more

BAB 169-TAWARAN

Nasib Esih tampaknya sungguh berbeda dengan nasib yang dialami oleh Mang Suhay dan Mang Badru. Film terakhir sedang di putar sekarang, Sebuah film yang ditunggu-tunggu, karena filmnya sangat terkenal sangat luas setelah film anak ajaib yang sudah diputar sebelumnya. Film yang menceritakan tentang seorang ibu yang menjadi pengabdi dari sekte setan yang mempunyai ritual yang aneh agar dia bisa mempunyai anak. Namun karena tidak mau menyerahkan anak bungsu yang dijanjikan sesuai kesepakatan sebelumnya kepada sekte tersebut, akhirnya keluarga itu diteror oleh hantu-hantu yang bergentayangan disana. Mang Suhay dan Mang Badru kini hanya terduduk tidak berdaya di depan Nengsih, Bu Laras, dan sosok bayangan besar yang ada di belakangnya. Sesosok yang wujudnya tidak terlihat dengan jelas oleh mereka berdua, yang terlihat hanyalah asap dari cerutu yang dia hisap oleh kedua mulutnya. “Teh Nengsih, kenapa kita harus duduk disini, film masih diputar, kalau ada apa-apa nanti penonton pada protes
Read more

BAB 170-PERGI !!

Pagelaran layar tancap yang sering diadakan di kampung-kampung pada tahun itu, memang seringkali ada kejadian-kejadian mistis yang tak jarang dialami oleh para warga yang sedang menonton, atau oleh pemiliknya sendiri. Memang, target pasar mereka yang ke kampung-kampung di daerah pegunungan. Pasti sering melihat ada sesuatu yang aneh di antar penonton, ada suatu kejadian kesurupan di tengah-tengah film. Bahkan ada kejadian-kejadian yang muncul diluar nalar yang mengakibatkan layar tancap yang mereka gelar harus dihentikan sementara. Meskipun, hal itu hanya sesaat saja. Semakin lama mereka berdua berkecimpung di dunia layar tancap itu, mereka semakin paham dan tidak terlalu memperdulikan atas apa yang terjadi di malam itu. Saking terbiasanya akan hal tersebut, mereka menganggap di malam tersebut akan seperti malam-malam biasa di dalam hidupnya, dan akan menjadi pembicaraan para warga ketika pagi menjelang. Namun, berbeda dengan sekarang. Dia tidak lagi melihat para makhluk yang muncu
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
28
DMCA.com Protection Status