Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 201 - Chapter 210

279 Chapters

BAB 201-KECURIGAAN

Mas Parto dan Istrinya, serta Parman tampaknya masih terbangun dan menemani Yuyun, Citra dan Esih yang masih sibuk dengan laporanya meskipun waktu sudah mulai gelap. Mereka terlihat seperti sedang melakukan wawancara untuk bahan laporan mereka sebagai kuisioner atas apa yang mereka lakukan tadi siang terhadap anak-anak di kampung, dan harapan dari para warga atas apa yang mereka kerjakan. Yuyun, Esih dan Citra tidak mewawancarai Mas Parto dengan serius, terkadang mereka tertawa dengan penuh senyum karena terkadang Mas Parto bercanda atas apa yang ditanyakan. “Ya mau gimana lagi atuh Mbak yu, aku aja yang tinggalnya jauh dari tempat ini saja terpikat sama kampung ini mah, apalagi ketika ketemu dengan si Ibu, uh makin cinta deh dengan kampung ini,” Katanya dengan sedikit tersenyum. “Ya paling kalau saran ya, minimal di kampung ini dibangun satu sekolah lagi lah, yaitu sekolah menengah, biar anak-anak kampung gak terlalu jauh menyusuri sawah ke Kampung Parigi untuk sekolah.” “Kalian j
Read more

BAB 202-BUKA PINTU

Obrolan itu berlangsung singkat, Esih yang mengetahui tentang Kampung Sepuh versi dirinya, mau tidak mau harus menjelaskan kenapa dia mengetahui tentang kampung ini ketika malam tiba. Esih bercerita bahwa dia pernah sekali ke Kampung Sepuh saat dia dan bapaknya sedang mencari Cepi, saudaranya. Juga menjelaskan tentang Mang Badru dan Mang Suhay yang dulu pernah dia temui, Esih terpaksa jujur kepada keluarga Mas Parto kala itu. Karena dia sudah tidak bisa lagi mengelak atas pertanyaan yang dia tujukan kepadanya. Bu Lela hanya tersenyum ketika dia mendengar jawabannya, dia bersyukur bahwa Esih tidak seperti orang-orang yang datang ke kampung ini pada malam hari untuk melakukan ritual di Gunung Sepuh. Namun ternyata dia dan bapaknya lah yang membantu Amat dan para pemilik layar tancap untuk keluar dari jeratan para makhluk yang menjebaknya di dalam sana. Bu Lela yang awalnya curiga kepada Esih kini malah berterima kasih atas apa yang dia dan bapaknya lakukan, karena dirinya sebagai warg
Read more

BAB 203-CERITA SEBENARNYA

Aku menutup pintu rumah Mas Parto dengan sangat rapat, dan berteriak dari luar agar mereka segera mengunci kembali pintu itu dan tidak keluar hingga pagi tiba. Yuyun dan Citra tampak kebingungan, wajah-wajah shock pun terlihat karena kejadian tersebut terjadi dengan cepat dan tanpa bisa mereka perkirakan sebelumnya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, mereka hanya terdiam di depan pintu yang tersinari oleh lampu minyak yang menyala di dinding dibelakang mereka. Saking shocknya mereka, nafas mereka terasa sangat berat dan sama sekali tidak bisa berbicara dengan tubuhnya yang mendadak kaku. Esih yang menyadari hal itu langsung mengunci pintu dan menepuk pundak mereka berdua, berusaha agar mereka menjauh dari pintu karena dia yakin situasinya masih belum aman. “Yuyun, Citra, sadar, sadar hey, sadar!” Kata Esih yang menepuk pundak mereka dengan sedikit agak keras. Yuyun dan Citra yang awalnya terdiam langsung berkedip beberapa kali, menggerakan tangannya secara tiba-tiba dan pandangan
Read more

BAB 204-SENDIRIAN

Yuyun dan Citra pun hanya bisa terdiam dengan wajah yang tidak percaya atas ucapan Mas Parto pada saat itu.Bagaimana tidak, sebagai seorang mahasiswa yang sudah menghabiskan banyak waktunya untuk hidup di kota-kota besar. Kini mereka terpaksa harus percaya kepada tahayul yang dibicarakan oleh salah satu warga kampung yang ada di depannya.Sebuah kampung terpencil yang harus hidup di dalam rumah ketika malam, dan mereka hanya bisa keluar untuk beraktivitas kembali ketika pagi menjelang.Mereka sudah melakukan hal itu bertahun-tahun, bahkan karena hal itu berlangsung lama. Para warga kampung sudah terbiasa akan hal itu, dan menganggap hal tersebut menjadi bagian dari hidupnya selama berada di Kampung Sepuh.“Aku yakin kalian tidak percaya, namun apakah kalian tidak pernah bertanya pada diri kalian, kalau memang ucapanku adalah suatu kebohongan, terus apa yang terjadi kepada teman kalian yang satu ini,” Kata Mas Parto yang menunjuk ke arah Tama yang masih tak sadarkan diri disana.Yuyun
Read more

BAB 205-YOGA

Yoga yang kini masih duduk sendirian dengan berbagai laporan yang harus dia tulis di malam itu, dia sama sekali tidak mempedulikan teman-temannya yang belum pulang sekarang. Dia hanya memikirkannya sekali dan kembali fokus kepada catatan-catatan yang berserakan di depannya. Yoga memang anak yang pintar, dia masuk Fikom memakai jalur prestasi dan beasiswa atas apa yang dia capai sewaktu SMA. Apalagi pada saat itu pula dia aktif di radio sekolah, dan juga sempat menjadi ketua OSIS di SMA nya, sebuah SMA terkenal di Kota Bandung yang sudah terkenal mencetak siswa-siswa terbaik seperti Yoga. Sehingga wajar, dia yang seolah-olah menjadi pemimpin dan ketua dari kelompok KKN yang mereka lakukan di Kampung Parigi ini, dengan keahliannya dia bisa berkomunikasi dan mengarahkan semua program kerjanya kepada Pak Kades dan para warga, bahkan dengan para anggota kelompok KKN sehingga program kerja yang mereka jalankan bisa berjalan lancar seperti sekarang. Apalagi, program kerja irigasi kampung a
Read more

BAB 206-MENAMPAR

Keh keh kehKeh keh kehKEH KEH KEHSuara dari seorang nenek-nenek yang tampaknya sedang melewati pintu rumah yang sedang Yoga tempati memang terdengar pelan.HaaaaaahhhhhHaaaaaahhhhhYoga terdiam dengan nafas yang berat, namun karena waktu yang tepat berada di sepertiga malam, membuat telinganya sangat sensitif terhadap suara-suara sekecil apapun. Sehingga, dia yang kini sedang berada di dalam kamar para perempuan pun mendengar suara yang ada di dekat pintu rumahnya.DegDegDeg, deg, deg,Jantung Yoga tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang, dia hanya terdiam tanpa bisa melakukan gerakan apapun di dalam kamar. Lampu minyak yang terang dan menjadi penerangan satu-satunya di rumah itu, saat ini dia bawa ke dalam kamar. Sehingga dia tidak tahu kondisi di ruangan tengah karena kondisinya pasti sangat gelap.Wajahnya yang awalnya santai menanggapi hal-hal yang seperti ini kini perlahan mulai panik, tubuhnya bergetar dengan sangat hebat, bahkan beberapa kali dia hampir menjatuhkan lampu
Read more

BAB 207-GARAM

“Yogaaa, kamu dimana Yogaaaa?” Epul dan Omes tampak berteriak memanggil namanya, Yoga yang masih belum bisa bergerak hanya bisa berdiri tanpa bisa menjawab teriakan mereka berdua yang kini berada di dalam kamar. “Pull, sini, si Yoga ada disini!” Omes yang mencari Yoga tiba-tiba membuka tirai, dan melihat Yoga yang berdiri dengan tubuh yang bergetar dengan sangat hebat. Seluruh badannya basah karena keringat dingin yang muncul karena ketakutannya. Omes pun langsung memanggil Epul yang sedang mencari Yoga di dapur dan kamar mandi, dan tak lama dia pun kembali berlari ke arah kamar untuk menghampiri Yoga yang terlihat sangat shock. Blug Seperti tidak ada lagi tenaga yang tersisa, Yoga akhirnya ambruk. Tepat di sebelah kasur yang ada di kamar tersebut, hatinya sedikit agak lega karena Omes dan Epul tiba-tiba datang dan membuat nenek-nenek itu menghilang. “Cai, cai, bawa cai sagelas Pul! (Air, air, bawa segelas air Pul!)” “Bere uyah saeutik keun bae rada asin oge! (Kasih garam sedik
Read more

BAB 208-BERHAMBURAN

Kejadian pada malam itu, kini membuat Yoga dan Tama lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah yang mereka tempati selama KKN. Tama yang terbangun di pagi hari langsung berteriak dan mengatakan kepada Esih bahwa aku adalah orang yang berbahaya dan tidak boleh Esih dekati lagi, karena dia melihat dengan jelas bahwa aku bertemu dengan sesosok macan putih yang sangat besar di depan warung. Dia juga berkata bahwa mungkin saja karena aku bersekongkol dengan para makhluk untuk menakut-nakuti Tama sampai pingsan ketakutan di malam tersebut, Tama juga sebelum pingsan sempat bertemu sosok lain yang berdiri tegap di tengah-tengah jalan dan menghalanginya untuk berlari kembali ke rumah Mang Yayat untuk bersembunyi di malam itu. Namun, Mas Parto dan Parman yang mendengar saat itu langsung menyanggah atas apa yang dikatakan Tama. Bahkan dia dengan nada yang sedikit marah dengan meninggikan nada bicaranya karena tidak terima apabila Tama menganggap aku adalah penyebab dari dirinya yang tak s
Read more

BAB 209-YAKIN

“Terima kasih ya Teh Citra, Teh Yuyun sama Teh Esih, kalian sangat baik ngajarin kita banyak hal.” Kata salah seorang anak wanita yang ikut pelajaran mereka.Esih, Citra dan Yuyun pun tersipu malu di dalam rumah. Dia tidak menyangka, anak-anak disini mempunyai adab yang baik, mereka mengikuti pelajaran dengan serius dan rasa keingintahuan yang sangat besar akan dunia luar.Yuyun dan Citra seringkali menceritakan tentang keadaan di kota, tentang orang tua mereka yang sudah sukses dan berharap agar mereka juga bisa mengejar cita-cita itu agar bisa sukses dan menjadi kebanggaan terutama bagi warga di kampung ini.Bahkan Esih pun dijadikan contoh kesuksesan, seorang anak yang hidup di kampung seperti mereka dan kini sudah menjadi mahasiswa dengan nilai yang sangat baik. Para mahasiswa KKN tersebut mengajar sembari memberikan motivasi kepada anak-anak yang ada disana, untuk bisa menggapai cita-cita mereka setinggi langit.Yuyun pun berjanji, setelah dia pulang, dia akan meminta kepada oran
Read more

BAB 210-BESAR

Aku yang mendengar hal tersebut dari Mang Yayat langsung menggelengkan kepala, siapa yang berani berbuat seperti itu di Gunung Sepuh.Aku hanya tahu tentang Yuyun, Citra, Esih dan Tama. Sedangkan sisanya aku hanya tahu sekilas, ketika aku sedang bertemu mereka yang sedang berjalan ke mata air bersama Asep pada waktu itu.Entah apa yang dipikirkan ketika mereka melakukan hal tersebut, sesuatu yang bahkan para warga kampung sendiri tidak akan berani untuk melakukannya. Karena selama mereka tidak mengganggu warga kampung atau ada manusia yang terjebak oleh mereka, para warga kampung akan diam dan menganggap hal itu tidak ada dalam kehidupan mereka.“Mang, sebagian dari mahasiswa KKN ada di kampung ini. Sepertinya bukan mereka deh pelakunya, toh aku tahu sendiri mereka gak akan seberani itu untuk berbuat seperti itu di dalam gunung.” Kataku.Mang Yayat pun mengangguk, dia seperti mengerti atas apa yang aku katakan.“Iya, iya tahu Mat, gak mungkin yang berempat itu pelakunya. Wong si Tama
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
28
DMCA.com Protection Status