Aku yang mendengar hal tersebut dari Mang Yayat langsung menggelengkan kepala, siapa yang berani berbuat seperti itu di Gunung Sepuh.Aku hanya tahu tentang Yuyun, Citra, Esih dan Tama. Sedangkan sisanya aku hanya tahu sekilas, ketika aku sedang bertemu mereka yang sedang berjalan ke mata air bersama Asep pada waktu itu.Entah apa yang dipikirkan ketika mereka melakukan hal tersebut, sesuatu yang bahkan para warga kampung sendiri tidak akan berani untuk melakukannya. Karena selama mereka tidak mengganggu warga kampung atau ada manusia yang terjebak oleh mereka, para warga kampung akan diam dan menganggap hal itu tidak ada dalam kehidupan mereka.“Mang, sebagian dari mahasiswa KKN ada di kampung ini. Sepertinya bukan mereka deh pelakunya, toh aku tahu sendiri mereka gak akan seberani itu untuk berbuat seperti itu di dalam gunung.” Kataku.Mang Yayat pun mengangguk, dia seperti mengerti atas apa yang aku katakan.“Iya, iya tahu Mat, gak mungkin yang berempat itu pelakunya. Wong si Tama
Jrengggg, jrenggg, jrenggg....“Eh, eh, eh salah Um, harusnya pake E minor bukan kunci A,” Kata Ui kepada Uum yang kini sedang memainkan gitar di pos ronda yang berada di Kampung Parigi pada malam itu.“Ah kamu mah, udah tahu aku teh gak bisa maen gitar, malah maen gitar sambil nyanyi-nyanyi, biasanya juga si Omoh yang main gitar mah,” Kata Uum yang sedikit kesal sambil menyimpan kembali gitar yang baru dia mainkan itu ke dinding yang ada di belakangnya.“Yeee, ya si Omoh itu lagi sakit, dia terkilir waktu ngangkat generator ke deket irigasi, badan kecil gitu sok-sokan ngangkat barang yang berat, pengen di anggap kepake sama Pak Kades ya gitu. ”Tidak seperti Kampung Sepuh yang ketika malam sangat sepi dan sunyi. Di Kampung Parigi, sistem untuk ronda malam berlangsung sangat baik. Para pemuda mendapatkan jatah untuk meronda malam dan berkeliling untuk menjaga kampung dari hal-hal yang tidak di inginkan.Mereka biasanya berkeliling setiap dua jam sekali dan pos ronda yang sedang mereka
“UUMMMMM!”“TONG NYINGSIEUNAN URANG! ”Ui berteriak dengan keras, sambil kedua tangannya yang memegang tiang pos, dia sangat ketakutan karena Uum mendadak jatuh dan terbaring dengan kopi panas yang tumbah sehingga membasahi baju dan sarung yang dia kenakan.Ui memang terkenal penakut, sehingga terkadang Uum yang menjadi partner jaga di malam ini seringkali menakut-nakuti Ui ketika berkeliling atau sedang berdiam diri di pos sambil menunggu giliran seperti malam ini.Namun, baru kali ini dia begitu total sampai dia tidak merasakan air kopi panas yang tumpah ke atas baju dan sarungnya. Apalagi nada bicaranya kini berubah menjadi sangat berat, dengan kedua matanya yang melotot ke arah Ui dengan posisi yang tertidur, membuat dirinya ketakutan dan mundur hingga ke sudut pos karena melihat tingkah temannya yang mendadak aneh pada saat itu.“DA URANG MAH LAIN JELEMA IEU, URANG NGAN NGINJEM AWAK JELEMA IEU MEH BISA NGOBROL JEUNG MANEH. ”Uum yang mendengar teriakan dari Ui tiba-tiba terbangun
Kreak clak “Si Tama sama si Yoga beneran dah tidur kan?” Kata Epul yang terlihat sedang berbisik di depan rumah. “Udah, aku dah memastikannya sendiri, santai saja kali ini tidak akan ada yang bisa masuk ke dalam rumah seperti malam kemarin.” Kata Omes yang terlihat sedang mengikat tali sepatu gunung nya. “Owh ya sudah kalau begitu, aman berarti.” “Kita harus berangkat agak jauh sekarang, bahaya kalau kita diam disini.” Kata Epul yang kini memakai tas carrier yang dia bawa dari kost nya di kota dan mengajak Omes agar segera berangkat dari rumah itu. Omes dan Epul pun akhirnya berjalan, mereka menyalakan senter yang selalu dia bawa untuk menerangi jalanan pada saat itu, sebuah alat yang sering dipakai oleh para penjelajahan gua dan mendaki gunung yang mereka lakukan dengan teman-teman kampusnya. Mereka berjalan menembus kegelapan malam, menuju persawahan yang berada di ujung kampung, dan menyusuri bekas aliran sungai kecil yang kini diperbesar untuk keperluan irigasi. Terlihat, be
Epul yang baru pulang dari sekolah berlari ke arah rumah, membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa karena melihat Ibu dan adiknya yang menangis di ruangan tengah dengan wajahnya yang tertunduk.“Buuu, kenapa Bu menangis Bu, Buuu?” Kata Epul yang langsung berlari menghampiri Ibunya pada saat itu.Hiks, hiks, hiks,“Bapak Pul, Bapak,” Kata Ibunya yang kini dipenuhi kesedihan.“Bapak emang kenapa Bu?” Tanya Epul yang kini bingung.“Bapak hilang Pul, dia dibawa oleh beberapa orang yang datang ke rumah ini untuk membawa Bapak.”Epul yang baru menyadari sesuatu yang salah di dalam rumahnya, langsung melihat ke sekeliling rumah tersebut. Terlihat barang-barang yang ada di rumah sudah berantakan, hiasan-hiasan kaca yang disimpan diatas lemari pecah dan berserakan di lantai, sebuah telepon berwarna merah yang disimpan di sebelahnya pun terlihat menggantung dengan kabel telepon yang masih terpasang disana.Lantai di rumah itu pun tampak kotor oleh jejak-jejak sepatu yang tampak memenuhi di sekit
Misteri akan hilangnya mereka berdua, kini terpecahkan oleh Epul dan Omes. Mereka berdua ternyata dibawa oleh orang-orang yang mempunyai dendam kepada mereka berdua, dan hingga hari ini, mereka masih belum bisa ditemukan.Laporan demi laporan ke aparat kepolisian sudah mereka lakukan beberapa kali, namun hingga sekarang pun tidak ada kabar sama sekali dari mereka. Bahkan beberapa surat kabar pun mereka sudah datangi, untuk memasukan iklan bahwa mereka sedang kehilangan salah satu anggota keluarganya.Meskipun, tidak pernah satu kalipun kabar hilangnya Bapak dan Paman mereka muncul di surat kabar. Karena mungkin saja, orang yang memerintahkan untuk membawa paksa mereka, adalah orang yang mempunyai sebuah kekuasaan yang bisa membuat surat kabar pun tunduk di hadapan mereka.Hilangnya Bapak dan Paman tidak membuat putus asa Epul dan Omes. Mereka terus mencari dan mencari hingga akhirnya ditemukanlah fakta atas kebenaran dari hilangnya mereka berdua.Mereka menghilang karena profesi yang
Hah, hah, hah,“Epul, Omes kemana kalian?”“Si Yoga dibawa makhluk itu entah kemana.”Sebuah langkah kaki yang sedang ketakutan kini sedang berlari menyusuri persawahan yang sangat luas di malam tersebut, sebuah persawahan yang tampaknya terlihat kering dengan beberapa tumpukan jerami yang ada di tengah-tengahnya sisa panen besar yang sudah berlangsung dalam beberapa hari ini.Meskipun dirinya sangat ketakutan untuk keluar pada malam hari, namun dia terpaksa melakukannya lagi pada malam ini. Karena dirinya adalah satu-satunya orang yang selamat pada malam itu.KKN yang seharusnya menyenangkan bagi dirinya kini mendadak menjadi bencana, karena baru kali ini dia merasakan hal-hal yang seperti ini.Entah mengapa, jalanan yang terlihat sangat gelap di tengah sawah, mendadak terlihat sedikit terang bagi dirinya. Mungkin karena tubuhnya memaksa untuk beradaptasi di dalam kegelapan malam dengan langkah kakinya yang tidak berhenti berlari melewati jalanan setapak di persawahan yang sangat sem
“Euu, euuu, kalau itu, kalau itu aku gak tahu Sih. Padahal sewaktu aku dan Yoga mau tidur, mereka berdua masih ada disana. ”“Emang ada apa Sih? ” Kata Tama yang masih kecapean dengan nafasnya yang terdengar sangat berat, jantungnya masih berdetak dengan sangat kencang, wajahnya tampak lusuh dan penuh lumpur, serta rasa lelah yang dia rasakan sangat terlihat mereka semua.Citra dan Yuyun mendengar hal itu hanya bisa terdiam sambil terduduk dengan selimut yang menutupi mereka berdua, mereka tidak menyangka, KKN yang mereka lakukan ini tiba-tiba menjadi sebuah tragedi yang baru kali ini mereka dapatkan seumur hidup mereka.“Kenapa KKN kita jadi kayak gini, ini bukan mimpi kan? ” Pikir Yuyun yang tampak panik ketika melihat kejadian yang ada di depan matanya.Mereka berdua yang tidak tahu apa-apa tentang hal ini, hanya terdiam dengan tubuhnya yang bergetar dengan sangat hebat. Mereka memang belum pernah bertemu secara langsung dengan para makhluk yang Tama sebutkan, karena mereka sangat