SATE DAGING AYAH

SATE DAGING AYAH

last updateLast Updated : 2023-06-26
By:  ANNI KARMAN  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
38Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Indah menghabisi nyawa ayahnya dengan cara yang sangat keji. Tapi itu semua setimpal dengan perbuatan sang ayah yang telah menodai putrinya sejak usia sepuluh tahun. Apakah Indah akan lolos dari perbuatannya?

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1

"Ya Allah, kamu bisa masak daging sebanyak ini punya uang dari mana?" tanya Bu Aminah dengan wajah heran. "Ibu kan tahu kalau Indah kerja di pemotongan daging." jawab indah. "Masyaallah ... kamu tahu saja kalau dari kemarin Ibu pengen sekali sate. Ibu boleh ambil satu tusuk nggak?" Bu Aminah menatap wajah anaknya. Aroma sate dengan bumbu kacang yang sedang dipindahkan ke atas piring begitu menggugah selera. "Kenapa satu tusuk, Bu? Semua juga ngga apa-apa. Indah senang, kalau Ibu bisa menghabiskan semuanya." "Tapi, kalau Ayahmu tahu Ibu makan sate bisa kena marah." Bu Aminah meletakkan kembali sate yang sudah dipegangnya. "Itu kalau ada Ayah, Bu. Sekarang kan Ayah sedang pergi." "Iya, juga, ya. Mumpung Ayahmu sedang tidak ada di rumah Ibu bisa makan daging yang kamu masak. Pasti rasanya enak sekali. Kamukan pintar masak." "Ibu mau makan pakai lauk yang mana dulu? Biar Indah ambilkan?" tanya Indah sambil mengambil piring dan menyendok satu centong nasi yang masih mengepul

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Bune Ajie
ending e gak jelas
2024-05-02 11:10:21
0
user avatar
Adny Ummi
seru seruuu! Rasain kamu Danaaang!
2023-06-17 09:11:14
2
user avatar
Naka Turi
cerita yang sangat bagus,, keren thor
2023-05-30 00:25:33
2
user avatar
Adny Ummi
Judulnya ngeri euyy! seru kayaknya niiihh!
2023-05-22 16:46:15
2
38 Chapters

BAB 1

"Ya Allah, kamu bisa masak daging sebanyak ini punya uang dari mana?" tanya Bu Aminah dengan wajah heran. "Ibu kan tahu kalau Indah kerja di pemotongan daging." jawab indah. "Masyaallah ... kamu tahu saja kalau dari kemarin Ibu pengen sekali sate. Ibu boleh ambil satu tusuk nggak?" Bu Aminah menatap wajah anaknya. Aroma sate dengan bumbu kacang yang sedang dipindahkan ke atas piring begitu menggugah selera. "Kenapa satu tusuk, Bu? Semua juga ngga apa-apa. Indah senang, kalau Ibu bisa menghabiskan semuanya." "Tapi, kalau Ayahmu tahu Ibu makan sate bisa kena marah." Bu Aminah meletakkan kembali sate yang sudah dipegangnya. "Itu kalau ada Ayah, Bu. Sekarang kan Ayah sedang pergi." "Iya, juga, ya. Mumpung Ayahmu sedang tidak ada di rumah Ibu bisa makan daging yang kamu masak. Pasti rasanya enak sekali. Kamukan pintar masak." "Ibu mau makan pakai lauk yang mana dulu? Biar Indah ambilkan?" tanya Indah sambil mengambil piring dan menyendok satu centong nasi yang masih mengepul
Read more

BAB 2

Indah menatap potongan kuku di tangan ibunya."Aduhh, maaf, Bu, Itu potongan kuku Indah." Indah mengambil potongan kuku dari tangan ibunya."Kok bisa potongan kukumu masuk ke dalam kuah soto?" Bu Aminah mengerutkan kening."Kemarin waktu Indah motongin daging jari Indah kena pisau." jawab Indah sambil memperlihatkan salah satu jarinya yang terbungkus kain kasa dan hansaplas."Astaghfirullah--- kok bisa, sih, Nak?""Pisaunya baru diasah, Bu, tajam sekali.""Lain kali hati-hati, Nak." Bu Aminah memegang jari Indah."Aww, sakit, Bu!" Indah meringis."Maaf, Sayang. Sudah dikasih Betadine belum? Takutnya inpeksi.""Sudah, Bu.""Ibu sudah kenyang. Soto sama rendangnya buat lauk besok saja. Ayahmu mungkin beberapa hari ngga pulang mengurus ibumu yang sedang sakit." ucap Bu Aminah sambil menutup sayur yang tersisa dengan tudung saji. "Ibu tiri, Bu! Sampai kapanpun Indah hanya punya satu Ibu!""Kita ngobrolnya sambil nonton telivisi, yuk. Ibu kangen. Sudah seminggu ngga ketemu kamu."
Read more

BAB 3

"Sudah! Jangan menangis apa lagi cerita sama ibumu." Danang menarik rambut Indah hingga kepalanya mendongak."Sakit, Yah, Ampun!" rintih Indah berusaha melepaskan tangan kekar ayahnya."Kalau kamu tidak diam, Ayah tidak akan ke rumah sakit. Biarkan ibumu membusuk di sana!" bentak Danang sambil menaikkan resleting celana jeans-nya."A-ayah jahat!" "Sekali lagi kamu bilang Ayah jahat. Kamu akan tahu akibatnya!""Sekarang ayah mau ke rumah sakit. Kamu jangan ikut. Istirahat saja. Ini uang jajan buat kamu." Danang mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan melemparkan ke arah wajah Indah. "Maaf kan, Ayah, Sayang! Ayah tadi khilaf, janji tidak akan mengulang lagi. Demi Tuhan!" Mendengar ucapan Danang yang penuh penyesalan, Indah semakin menenggelamkan wajah pada kedua lututnya. Berusaha meredam suara tangisnya agar tidak memicu kemarahan ayahnya. "Ayah ke rumah sakit dulu, ya. Ingat kalau kamu berani cerita tentang hari ini, bukan kamu saja yang akan kugantung tapi ibum
Read more

BAB 4

"Iya, Kang. Indah baru tahu kalau perempuan juga boleh menyembelih hewan.""Boleh, sayang. Selagi dia mampu dan memiliki tenaga extra.""Tapi Indah lebih baik bagian motong-motong daging dari pada menyembelih langsung. Ngga tega, Kang." Indah bergidik sambil melingkarkan sebelah tangannya pada pinggang Faiz."Terus terang, dulu pertama kali berani nyembelih hewan, Akang sambil ngebayangin motong hewan apa yang kita benci." "Sama Kang, Indah tadi ngebayangin motong leher Ayah.""Husss ... ngga boleh begitu, Sayang. Sejahat apapun perlakuan ayahmu tetap lah beliau orang yang harus kamu hormati.""Tapi tetap saja Indah benci sama Ayah." Indah menyadarkan kepalanya pada punggung suaminya."Nak, diminum kopinya nanti keburu dingin." Bu Aminah menyentuh pundak putrinya yang sedang melamun."Iya, Bu, itu tinggal ampasnya. Indah mau tidur dulu, ya." Indah menutup mulutnya yang sedang menguap."Ya sudah, istirahat lah di kamar. Ibu mau kasih makan ayam dulu di belakang." ucap Bu Aminah.***
Read more

BAB 5

Danang mengerakkan lehernya yang semakin kaku. Darah yang keluar terus dari dada membuat semakin kehilangan tenaga. Tapi ia masih bisa mengenali baju yang di maksud oleh putrinya. Indah benar-benar telah mempersiapkan semua dengan sangat matang termasuk baju terakhir yang digunakan oleh Faiz saat ..."M-maaf ..." Danang berusaha mengeluarkan suaranya. "Maaf? Ayah bilang maaf? Apa dengan kata maaf Kang Faiz bisa hidup kembali?""Ayah jahat! Gara-gara janda murahan itu Ayah tega menjual ginjal menantu sendiri." "Ayah heran mengapa Indah tahu semuanya?"Indah mengguncang bahu Danang yang semakin lemah. Andai belati itu menikam tepat di bagian jantungnya mungkin ia tak akan merasakan rasa sakit yang menyiksa. Putrinya itu seperti sengaja ingin membuat ia mati perlahan dengan rasa sakit."Ayah tahu, gara-gara sejak kecil aku dipaksa minum obat pencegah kehamilan, kini rahimku kering. Padahal Ibu ingin sekali punya cucu," bisik Indah di telinga ayahnya. "Mengapa Ayah jahat sama Indah
Read more

BAB 6

Tepat di usia dua puluh dua tahun, Indah berkenalan dengan seorang pemuda yang berasal dari kampung sebelah."Sendirian saja, Neng?" Indah yang sedang duduk melepaskan penat dikejutkan oleh kedatangan seorang pria."Jangan takut. Saya bukan orang jahat," ucap pria itu saat melihat Indah hendak beranjak dari duduknya."Kenalkan, namaku Faiz. Aku dari kampung sebelah. Neng Indah sendirian saja?"Mata Indah menatap dua ikat jerami yang dibawa pria tersebut. Ia heran mengapa dia tahu namanya."Aku tahu nama kamu dari teman-teman. Kita juga pernah satu sekolah cuman aku lebih dulu lulus." Kamu haus ngga, Neng?" "Kalau haus kita minum air kelapa muda, yuk!" Indah menggelengkan kepala. Sejak tadi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ini kali pertama dirinya berhadapan langsung dengan orang asing.Faiz mengambil dua buah kelapa yang masih berwana hijau dari kolong gubuk. Dengan cekatan ia memotong bagian ujung kelapa."Satu buat kamu dan satu buat aku." Faiz menyodorkan kelapa mud
Read more

BAB 7

"Yang namanya judi itu ngga ada untungnya, Nak. Baik itu judi biasa atau judi online. Nama dan caranya saja yang berbeda tapi tetap tujuannya sama dan dampaknya juga sama.""Lihat Ayah mu? Apa ada perubahan dalam hidupnya? Ngga ada, kan?""Itu karena Ayah sambil main perempuan, Bu," jawab Indah."Nah, itulah salah satu dampaknya. Uang yang didapat dari hasil judi itu panas. Makanya agama kita melarang judi dan minum-minuman keras.""Ibu kok kuat dan masih bertahan hidup dengan ayah yang total?""Total? Maksudnya?""Iya, total main perempuan, total judi, total mabuk-mabukan belum lagi ringan tangan." Indah menekan suaranya."Itu sudah takdir Ibu, Nak. Yang penting nasibmu tidak seperti ibu.""Andai dulu Ibu tak dibutakan oleh cinta mungkin kamu tak ikut susah. Jika suatu saat kamu dipertemukan lagi dengan laki-laki, yang harus kamu lihat adalah sholatnya karena itu akan menjadi pondasi dalam rumah tanggamu." Bu Aminah menatap Indah dan melanjutkan kembali obrolannya."Ibu semakin miris
Read more

BAB 8

"Nak, kenapa setiap kamu bikin sate buat Bu Lilis, dagingnya harus yang di dalam freezer?" Bu Aminah menatap Indah yang sedang meracik daging sate untuk istri muda ayahnya. "Sengaja, Bu. Daging sate untuk Ceu Lilis aku pisahkan. Ibu tahu sendiri dia itu bawel. Indah sengaja pilih dading yang empuk. Pokoknya spesial.""Ibu di depan saja, jangan cape-cape. Biar para pegawai yang ngerjain ini semua. Ibu tinggal duduk manis sambil berdoa, semoga kedai sate Indah semakin ramai pembeli." Indah menatap ibunya yang kini terlihat lebih muda."Setiap sujud, Ibu selalu berdoa agar semua cita-citamu tercapai." Bu Aminah balik menatap putrinya yang kini memakai hijab panjang."Teh, di depan kewalahan. Hari ini banyak sekali pembeli. Kasihan yang sudah antri berjam-jam," ucap seorang pegawai Indah."Ya, sudah. Biar saya bantu di depan." Indah bergegas ke depan.Indah sangat bersyukur, walau baru seminggu berjualan. Kedai satenya mulai banyak pembeli. Ada yang makan di tempat ada juga yang dibaw
Read more

BAB 9

Psikopat, sebutan orang yang tega menghabisi nyawa manusia seperti Indah apa lagi yang jadi korban ayahnya sendiri.Sadis, entah di mana hati wanita yang terlihat lugu ini saat tangannya memotong-motong tubuh ayah kandunya dan memasaknya dengan berbagai olahan untuk istri muda ayahnya.Indah selalu menjaga agar ibunya tak sampai makan daging yang ia masak khusus untuk Lilis. Bahkan Indah selalu mengunci kulkas tersebut dengan alasan daging mahal khusus untuk pesanan orang tertentu walau faktanya daging itu hanya di peruntukkan buat istri muda ayahnya.Seperti hari ini, Indah sengaja bikin sambal kentang goreng ati secara terpisah. Ia membuat dua macam sambal ati. Ati sapi biasa dan ati ayahnya. "Loh, kok, Ibu ngga boleh makan sambal kentang yang itu?" Bu Aminah menunjuk mangkok yang berisi sambal kentang. "Sambal yang buat Ceu Lilis pakai Pete. Ibu kan ngga suka makan Pete." Indah yang sedang memindahkan sambal kentang buat Lilis memberi penjelasan.Ini hari kesepuluh ayahnya mengh
Read more

BAB10

Bu Aminah yang merasa sudah lebih baik mengajak Indah untuk segera ke kantor polisi. Walaupun Indah males, apalagi ia tahu ayahnya tidak akan pernah kembali dalam keadaan hidup. Tapi demi membuat ibunya tenang, ia tak punya pilihan lain. "Sebentar, ya, Bu, seperti ada orang yang mengucap salam." Indah bergegas untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya."Maaf, Ibu mau bertemu dengan siapa, ya?" Tiga orang wanita yang sedang berdiri di teras rumah saling pandang satu sama lain. "Maaf apa ini masih rumah Kang Danang?" jawab wanita paruh baya yang mungkin usianya tak beda jauh dengan Bu Aminah."Betul, Bu. Tapi pak Danang sedang tidak ada di rumah." Indah memperhatikan wanita yang seperti pernah ia kenal."Saya ke sini ingin bertemu dengan Bu Aminah.""Siapa, Nak? Loh, kenapa tamunya ngga diajak masuk?" Bu Aminah berdiri di samping Indah yang belum sempat pempersilahkan tamunya masuk."Teteh!""Ayi Asih!"Indah melongo saat melihat ibunya sudah saling kenal. Seperti saudara atau
Read more
DMCA.com Protection Status