Home / CEO / Bilik Lain di Rumah Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bilik Lain di Rumah Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

145 Chapters

Istri Rahasia

Istri Rahasia"Na, sabar, ya." Sang ibu berusaha menenangkan."Kamu tak papa kan, Na?" Subakhi merasa Hanna bersikap aneh, karena berkebalikan dari apa yang dipikirkan semua orang."Sepertinya karena Hanna baru siuman, jadi dia belum sepenuhnya memperoleh kesadaran." Alex yang sebenarnya panik diberondong makian oleh Hanna berusaha tetap tenang. Pria itu mengucap meringis, perasaannya sungguh tak nyaman atas tudingan yang memang benar.Subakhi manggut-manggut. Dia membenarkan ucapan Alex. Bisa jadi karena luka di dalam kepala, Hanna tak bisa mengingat segalanya secara utuh.Jangan sampai Hanna kehilangan sebagian memorinya. Dia ingat semua kebaikan Yusuf dan lupa semua kajahatan yang dilakukan suaminya."Aku memang mendapat pukulan keras dan sempat tak sadarkan diri, tapi Allah masih menjaga kewarasanku, Mas! Jadi sebaiknya kamu tidak membuat banyak kebohongan yang tidak ada gunanya di sini!" Hanna mengucap dengan nada tinggi dan penekanan.
Read more

Pacaran Sembunyi-Sembunyi

Pacaran Sembunyi-Sembunyi Hanna kesulitan memejamkan mata karena terus memikirkan Yusuf. Bagaimana kabar pria itu? Kenapa sampai seharian tak berkabar sekalipun, ponsel yang kosong tanpa notif itu dipandangi untuk beberapa saat, lalu disimpan kembali ke bawah bantalnya. Ia mendesah. "Semoga kamu baik-baik saja, Mas. Bagaimana pula keadaan Adelia?" gumamnya. Semuanya belum jelas. Namun, mereka bertiga terpaksa terpisah masing-masing. Mengingat wajah Yusuf yang semalam mewanti-wantinya untuk bersabar, seolah pria itu mengatakan bahwa semua tengah kacau di luar sana. Tak lama Hanna tersentak, kala ponsel di bawah bantalnya bergetar. Melihat sang mama sudah tidur, wanita itu segera mengambilnya dan melihat apa yang Yusuf kirimkan untuknya. Wanita itu celingukan ke arah pintu, takut tiba-tiba sang papa yang katanya berjaga di luar, masuk ke dalam. Namun, melihat suasana yang sangat sepi, Hanna yakin itu tak akan terjadi. Segera diambil benda pipih
Read more

Selamat Malam, Nona!

Selamat Malam, Nona!"Zidan?! Ada apa?!" tanya Alex memegangi pipi yang dijalari rasa nyeri, dengan nada bingung.Kakak Hanna itu menatap nyalang pada sahabatnya. Gemuruh dalam dadanya membuat pria itu terus memaki Alex dalam hati."Dan! Haloo! Kamu kenapa, Bro! Keluar toilet kaya orang kesambet!" tegur Alex yang melihat Zidan terbengong. Sikapnya tampak aneh sejak ke luar dari toilet. Apa tiba-tiba dia mendengar berita buruk?"Ah, ya!" Zidan terhenyak. Memandangi Alex dengan bingung. Semua hanya bayangan. Dia jadi berpikir yang tidak-tidak saking emosinya.Dia pikir tadinya akan memukuli Alex sampai babak belur seperti yang dilakukan pada Yusuf minggu lalu. Namun, kontrol dalam diri menahannya. Ia tak boleh gegabah. Ada baiknya, sementara Zidan pura-pura tak tahu, sampai dia tahu persis seperti apa hubungan sahabatnya itu dengan pimpinan Eksha Group yang super kaya itu.Lalu, ada hubungan apa hingga keduanya kompak memusuhi Yusuf dan terlih
Read more

Berbaikan

BerbaikanBeberapa detik kemudian, satu orang lain datang menyusul orang pertama."Kalian?!" Mata Yusuf membeliak karena terkejut. Begitu pun Hanna. Namun, melihat bagaimana Yusuf bertanya, dia tahu bahwa suaminya mengenali dia orang yang memaksa masuk ke kamarnya."Mas kenal mereka?""Sebentar." Yusuf menyahut cepat. Lantaran tak mengerti bagaimana menjelaskan ada Hanna dengan cepat tapi tetap bisa dimengerti."Di mana orangnya?" tanya Bean pada Arista yang matanya tajam menyisir sesisi ruangan. Mereka seolah tak peduli pada ekspresi Yusuf yang terkejut atas kehadiran mereka."Stt!" Arista meletakkan telunjuk di mulut. Meminta agar rekannya itu diam.Melihat keributan itu, Mama Hanna dan Zidan yang kebetulan berjaga dan duduk di kursi tunggu di luar lantaran Dokter meminta mereka meninggalkan Hanna, kini ikut mendekat.Mama Hanna yang kaget melihat Yusuf, melebarkan mata dan akan menegurnya karena tak terima. Namun, Zidan yang
Read more

Masa Lalu Yusuf

Masa Lalu Yusuf"Eksha?" ceplos Zidan. Pria itu memikirkan sesuatu. Karena nama itu disebut berkali-kali, otaknya secara impulsif menyambungkan kejadian demi kejadian.Yusuf mengangguk.Lalu ia ingat di malam menggunakan arloji kesayangannya ke sebuah pesta. Eksha group mengadakan itu untuk merayakan kesepakatan dengan bisnis perusahaan papanya."Kamu kenal dia dekat?" tanya Zidan."Dia Om saya. Em, maksud saya Om angkat saya.""Wah, terlalu banyak kebetulan.""Ya, saya juga merasa kebetulan kenal beliau. Saya baru tahu setelah remaja, ada orang tua angkat yang setiap bulan mengirim uang. Tapi, tidak mau membawa saya ke rumahnya. Mungkin, karena papa tak mau membuat Om Eksha tersiksa setiap hari melihat anak laki-laki di rumahnya sebab dari pria itu kehilangan anaknya saat masih kecil.""Hem. Kamu luar biasa. Hidup tanpa orang tua kandung tapi bisa sesukses sekarang.""Iya, alhamdulillah. Itu karena ada yang menopang say
Read more

Pulang ke Rumah Suami Saja!

Pulang ke Rumah Suami Saja!"Eum, aku ingin kamu menyelidiki siapa pria yang selama ini menyokong kehidupan Yusuf saat berada dalam panti." Eksha memberi perintah lanjutan."Baik, Tuan!" Usai mengiyakan kemauan tuannya, pria itu keluar dari ruangan.Saat itulah, Eksha menghubungi anak buahnya yang lain. Ia ingin tahu kemajuan kabar Adelia. Meski, berusaha dari sisi Yusuf, Eksha tak ceroboh dengan mengesampingkan mencari tahu dari sisi lain."Bagaimana? Ada kabar?" tanya Eksha pada orang di ujung telepon."Penjagaan di sini sangat ketat Tuan. Karena mencoba masuk lewat kurir paket gagal, kami sekarang menyiapkan orang untuk masuk lewat truk makanan," jawab orang di ujung telepon."Ehm. Baiklah. Ingat minimalisir melukai orang lain. Aku tak ingin ada korban seperti sebelumnya." Eksha mengingatkan pria yang kini tengah bekerja untuknya tersebut."Baik, Tuan. Saya akan menjaga itu.""Bagus."Eksha meletakkan ponsel. Lalu, me
Read more

Pengantin Baru

Pengantin BaruArista tiba-tiba terbayang wajah tampan bosnya saat memarahinya dan Bean tadi."Kalian mau apa?" tanya Yusuf yang tiba-tiba berbalik, kala satu kakinya sudah melewati pintu."Hah?" Arista dan Bean terkejut. Lalu saling pandang. Mereka bertanya-tanya, apa ada yang salah?"Kami akan menjaga Tuan di dalam. Takutnya ...." Bean menjelaskan."Tak perlu! Kalian cukup ada di depan pintu itu dan jangan pernah masuk kecuali ada keperluan mendadak seperti kelaparan atau kehausan yang membuat kalian akan mati!" ketusnya."Hem, kenapa begitu?" Arista keheranan.Bukankah mereka sudah membuktikan bahwa dia dan Bean adalah bodyguard yang bisa dipercaya."Sudahlah, tugas kalian hanya menjagaku saat aku ada di luar rumah." Yusuf menegaskan."Jadi kami tidur di mana, Tuan?" tanya Bean bingung."Terserah, mau di gazebo atau post satpam urusan kalian." Yusuf mendesah sebelum akhirnya menutup pintu dan meninggalkan kedua
Read more

Pengganggu ....

Pengganggu ....Yusuf melangkah ke kamar sang istri dengan hati berdebar. Layaknya seseorang yang jatuh cinta, dan kali ini bisa bertemu tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi."Mas?" panggil Hanna begitu pria itu masuk ke kamarnya.Sang mama sontak menoleh melihat dengan sedikit menicing pada menantunya. Lalu setelah padangan beralih ke bawah dan melihat koper kecil Hanna di tentengan, barulah ia sadar untuk apa pria itu mengekornya.Wanita paruh baya itu mendesah. "Apa kamu sudah bicara pada papanya Hanna?""Iya, Ma." Yusuf menyahut singkat.Wanita itu mengangguk, lalu memilih keluar dari kamar Hanna meninggalkan keduanya."Tolong jangan kecewakan dia," ucap Mama Hanna sambil memegangi gagang pintu."Hem?" Yusuf mengangkat kedua alisnya.Mama Hanna tersenyum tipis sambil menepuk bahu pemuda itu pelan. Lalu keluar tanpa menunggu jawaban darinya.Melihat apa yang terjadi di hadapannya, membuat Hanna seketika senang. K
Read more

Lupa Pada Adelia

Lupa Pada AdeliaHanna berpikir. Zidan mungkin tipe kakak yang baik dan pengertian, terkadang. Tapi dia juga sangat usil padanya. Dulu saja, pernah suatu waktu, dia yang sudah mepet jam berangkat ke pesantren, malah tasnya disembunyikan, hingga Hanna kalang kabut sebelum pergi."Ah, Mas Zidan ini, kenapa tak pengertian sekali." Hanna mendesah.Tak lama terdengar suara salam pintu diikuti ketukan pelan."Masuk, Mas!" ucapnya.Pikirnya itu adalah Yusuf. Memang siapa lagi?"Aku tahu kamu sedang menungguku," ucap Yusuf sambil menutup pintu, dan tak lupa menguncinya. Kali ini ia memastikan tak akan ada gangguan lagi. Bahkan jika gempa sekali pun, Hanna tak akan ia lepaskan.Wanita itu tersenyum. Apa yang dikatakan Yusuf memang benar."Kamu tahu, tadinya Mas Zidan akan memperpanjang obrolan, tapi aku berhasil meng-cut-nya dengan cepat. Wus, wus!" Di sela langkahnya Yusuf memperagakan tengah memotong sesuatu dengan gunting besar yang
Read more

Prasangka itu Melelahkan

Prasangka itu Melelahkan"Mas? Apa sesuatu terjadi?"Yusuf tak menjawab, ia langsung meraih pakaiannya. Seolah itu tak penting untuk dibahas. Tak penting pula menjaga perasaan Hanna."Aku akan pergi sekarang," pamit pria yang sudah mengenakan pakaian lengkap."Mas a ...." Wanita itu akan bangkit. Namun, ia segera memegangi kepala kala rasa nyeri, seolah tengah melarangnya bergerak.Ucapan Hanna tertahan. Pria itu bahkan tak mengatakan sepatah kata pun.Yusuf yang telah siap, menatap Hanna sesaat sembari tersenyum tipis, hingga langkahnya akhirnya menjauh.Hanna menyipitkan mata heran. Apa yang terjadi? Ini seperti dia dicampakkan setelah melayani sang suami. Kenapa Yusuf yang tadi malam sikapnya begitu manis bersikap demikian?"Ini aneh. Pasti terjadi sesuatu," gumam Hanna sambil berusaha bangkit lagi. Saat menatap jam dinding yang tampak remang, lantaran pencahayaan di kamar yang redup, jam dinding menunjukkan angka 02.15.
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status