Home / CEO / Bilik Lain di Rumah Suamiku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Bilik Lain di Rumah Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70

145 Chapters

Mandi Jenabah

 Mandi JenabahMobil terus melaju menuju rumah sakit di mana Adelia dirawat. Di dalam mobil, Zidan lebih banyak bicara, ketimbang Yusuf. Pria itu bukan hanya fokus memperhatikan jalanan, tapi juga merasa tak nyaman banyak bicara pada kakak iparnya."Ini bukannya jalan ke ...." Ucapan Zidan tergantung."Hem?" Yusuf menoleh sebentar ke arah pria itu. Seolah mempertanyakan mengenai ucapannya barusan. Ada tanya dalam benaknya, apa Zidan tahu rumah sakit di mana Adelia dirawat?"Mas pernah ke sana?" tanya Yusuf datar agar tak terkesan menekan."Ah, ya. Ada seseorang yang memintaku ke sana." Zidan tersenyum tipis. Dia tak mau mengatakan bahwa orang itu adalah detektif yang dia sewa. Karena dia sendiri bahkan, meski telah percaya pada Yusuf, tapi belum seratus persen."Oh, begitu. Apa Hanna?" Yusuf asal bertanya, padahal dia sendiri yakin Hanna tak mungkin menghubungi karena dia melarang. Belum lagi malam itu, ponselnya dimatikan agar
Read more

Dareen Eksha Prayoga

Dareen Eksha PrayogaSuara teriakan kesakitan seorang perempuan, melengking dalam bangsal rahasia."Argh!"Hanya itu yang Adelia lalkukan,suara yang disertai erangan dari mulut mungilnya. Menemani setiap rasa sakit yang hadir karena kontraksi. Rasa sakit itu terasa semakin kuat, dan terus berputar karena intensitasnya semakin seringKedua tangannya dipegangi dua perawat sementara seorang bidan sudah melakukan sesuatu di antara kedua kaki perempuan yang mengalami gangguan jiwa tersebut."Bagaimana dengan keluarganya? Semoga kita yang menjaganya tak turut disalahkan atas apa yang menimpanya sekarang," ucap salah seorang perempuan.Zaki yang juga ada di bangsal itu, sontak menoleh pada ucapan dua perawat itu. Ia merasa wajar, atas apa yang disangkakan mereka. Ini soal nyawa. Karena kejadian ini, bisa saja Adelia kehilangan bayinya, atau bahkan nyawanya.Dokter yang turut serta mengurus Adelia itu, merasa gelisah. Belum juga ada kabar dar
Read more

Hal yang Menimpa Adelia?

Hal yang Menimpa Adelia?Langkahnya berhenti di depan sebuah ruangan. Bangsal di mana Adelia tengah menjalani perawatan. Namun, pria yang tersengal karena berlarian itu, dikejutkan oleh sesuatu. Suara bayi dari dalam ruangan tersebut membuatnya membisu dalam sekejap.Kala pintu di depan terbuka, mata Yusuf membeliak. Ada sosok bayi yang tengah dibersihkan oleh dua orang perawat. Namun, hatinya miris, bayi itu tampak tidak seperti bayi pada umumnya yang pernah dia lihat. Sosok kecil yang ukurannya jauh lebih kecil dari umumnya."Sup, kamu datang?" Zaki yang akan keluar melihat sepupunya berdiri di depan bangsal. Pria itu baru saja menyelesaikan tugasnya bersama bidan yang bertugas, sementara dia di sana untuk membantu, sembari terus mengawasi keadaan Adelia.Yusuf hanya mengangguk. Ia tak bisa berkata apa-apa melihat sosok bayi di depan sana.Zaki yang memahami itu manggut-manggut, lalu membawa Yusuf menjauh. Namun, tubuh Yusuf tak mau bergerak dan
Read more

Pertemuan Ibu dan Anak?

Pertemuan Ibu dan Anak?"Sudahlah, kamu tidak boleh stres. Nanti malah buntu dan sulit cari jalan keluar." Mami Alex kini bangkit dari duduknya. Memperlihatkan betapa dia semangat menjalani rencana-rencana mereka.Sedang Alex masih memperlihatkan betapa dia frustrasi menghadapi situasi ini."Mami sudah memanaskan makanan yang tantemu bawakan. Kamu harus tetap makan agar kuat menghadapi kenyataan," sambung sang Mami, yang menepuk bahu putranya sebentar lalu berjalan pergi meninggalkannya ke dapur."Hah!" Alex bangkit. Tanpa disadari sejak tadi, dia juga lapar. Rasa itu baru muncul setelah sang mami mengatakan makanan telah siap. Apalagi dia tahu sendiri masakan tantenya itu terbilang lezat meski yang dimasak bahan sederhana.Sampai di dapur, Alex mencium aroma makanan yang kuat. Lebih setelah makanan itu dipanaskan sebelum disajikan ke atas meja."Hem. Kenapa aku mencium aroma yang lain di sini, Mi?" ucapnya sambil berjalan ke arah kursi.
Read more

Air Mata Seorang Ibu

Air Mata Seorang Ibu"Jadi niat utama Mami membakar kakiku hari itu karena ingin membuat tanda lahir palsu serupa punya Dareen. Kenapa aku gak tahu Om Eksha kehilangan anaknya saat kecil." Alex mengungkit masa lalunya sambil mengunyah makanan di mulut."Hem. Sekarang kamu tahu, kan? Mami diam bukan tanpa alasan. Bayangkan jika kamu menjadi ahli waris tunggal keluarga Eksha Prayoga." Maya tersenyum masam."Ya, ya." Alex mencebik sambil manggut-manggut. Namun, juga senang."Tapi ... menurut Mami apa itu akan berhasil?" Meski ia memiliki kepercayaan diri, ada sisi lain yang membuatnya ragu."Akan berhasil kalau kita bergerak cepat membuat sample palsu untuk DNA-mu dan mereka." Maya menjelaskan kunci keberhasilan rencana mereka. DNA tak bisa dibantah oleh apa pun juga. "Kalau perlu, karena mereka sudah mencurigai Yusuf sebagai Dareen, buat DNA palsu ketidakcocokan juga untuknya." Lagi, satu sudut wanita itu terangkat."Oh. Begitu? Ya, ya." Alex
Read more

Bukan Lelaki yang Mudah

Bukan Lelaki yang Mudah"Kamu di mana?" tanya Alex pada orang di ujung telepon. Pria yang sedsng duduk di Kafe itu celingukan, menunggu kedatangan seseorang untuk membawakan hasil lab yang dimintanya."Sudah di parkiran. Bentar." Panggilan pun karena kegelisahannya telah sirna.Sambil menunggu, Alex menyesap kopi yang dipesannya tadi. Setidaknya mendengar temannya sudah ada di parkiran, hal itu membuatnya tenang. Tak perlu lebih lama menunggu, atau berpikir pria itu gagal datang.Sekitar lima menit, pria yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Alex tersenyum senang."Datang juga kamu, Bro!""Heem." Pria itu duduk begitu saja di seberang meja Alex."Minumlah, aku pesan jus kesukaan kamu." Alex menggeser gelas tersebut persis ke hadapan temannya."Gimana?" tanya Alex tak sabar.Pria yang mengenakan kaos berbalut jaket itu segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya."Ini."Satu sudut bibir Alex naik, cepat ia
Read more

Jatuh Cinta Kali Pertama

Jatuh Cinta Kali PertamaHanna mencuci rambutnya dengan hati-hati, tanpa mengenai kulit kepala yang dijahit dan tak lagi ditumbuhi rambut di bagian sisi kanan kepala. Ditelengkan kepala ke kiri dalam waktu lama di depan cermin wastafel. Air jernih yang mengalir, berubah jadi ari berbusa ketika melewati rambut dan jatuh ke pembuangan. Hanna mematikan kran, kala tak ada lagi busa mengalir dari rambut.Selesai dengan itu, ia pun mengambil hairdryer. Lalu, mengeringkan rambut basah tersebut.Wanita itu mendesah. Menaruh benda yang menurutnya cukup membuat tangan pegal di tangan. Kondisi sakit memang mempersulit melakukan segala hal.Namun, hal demikian tak masalah baginya, asal bisa bertemu dan berkumpul dengan Yusuf.Sayang, semua berkebalikan dari apa yang diinginkan sekarang. Pria itu sudah lebih sehari tak ada kabar."Apa cuma aku yang merindukannya."Lagi, Hanna menghela dalam. Dia berjalan keluar, mencari tahu apa yang terjadi. Bara
Read more

Mencari Kesembuhan

Mencari Kesembuhan"Ya, udah aku datangin Mas Zidan dulu. Nanti kalau sudah bicara dengan Mas Yusuf baru aku kasih tahu rencana selanjutnya."Indah mengangguk. Merasa sudah cukup bicara, Hanna pun berjalan turun ke lantai satu.Kaki wanita ayu itu menjejak satu anak tangga ke anak tangga lain untuk mencapai keberadaan sang kakak.Baru saja selesai menuruni anak-anak tangga itu sembari mengedarkan pandang, Hanna melihat Zidan tengah berbincang dengan sang mama. Kali ini tak ada sosok Subakhi, lantaran pria itu harus ke kantor mengurus pekerjaan. Sementara Zidan seperti biasa, pekerjaannya yang lebih sering terjun ke lapangan langsung, membuatnya tidak terikat waktu, seperti pekerja lain yang terikat jam kerja kantor."Mas!" panggil Hanna mendekat pada kakaknya itu.Zidan dan sang mama sontak menoleh mendengar suara Hanna."Ya?" Zidan menyahut, kini fokusnya beralih dari ibunya ke adiknya.Tadi, pria itu tengah menjelaskan apa ya
Read more

Perempuan yang Dibuat Koma

Perempuan yang Dibuat Koma"Mbak, makasih ya. Maaf kalau harus ngerepotin Mbak Indah terus," ucap Hanna sembari merapikan pakaiannya."Iya, Na. Santai aja." Indah merasa senang bisa membantu adiknya, walau pada akhirnya nanti dia akan mendapat omelan dari sang suami."Hem. Nanti kalau Mas Zidan marah, bilang aja aku ngancam bunuh diri.""Ish, mana dia percaya?! Kamu lagian ada-ada aja, sih!" Indah mendesis, menekan pakaian yang sudah dirapikan di tangannya"Hahaha. Ya, siapa tahu berhasil." Hanna tertawa. Melihat tawanya, Indah sampai tersenyum. Rasanya belakangan ini, ia tak melihat tawa di wajah adik iparnya itu.Masalah yang Hanna hadapi terlalu banyak dan berersiko, entah, jika Indah ada di posisinya apa mungkin bisa bertahan dan tetap mengambil jalan yang baik?"Ya, sudah. Cepat! Mumpung Mas Zidan gak ada.""Ya!" Hanna menyahut dengan sangat bersemangat.***Pimpinan Eksha Group itu tak melupakan wajahnya lan
Read more

Fantasi Seorang Pria

Fantasi Seorang Pria"Pak! Pak!" Tangan Arista melambai saat sebuah taxi berjalan akan melewatinya.Mobil pun berhenti menghampiri perempuan yang mengenakan celana jeans dengan atasan kemeja. Setelah membuka pintu dan duduk dengan nyaman di bagian belakang, Arista mengeluarkan ponsel dan memasang headset ke telinga."Ke mana, Non?" tanya sopir sebelum melajukan mobilnya."Sebentar, Pak." Arista menyahut sambil mengutak-atik ponselnya, untuk mendeteksi keberadaan si bos yang sudah dulu melaju. Mobilnya bahkan sudah tak lagi tampak oleh Arista.Wanita itu semalam, mengendap-endap masuk kamar Yusuf dengan keahliannya masuk ke tempat musuh tanpa diketahui. Tentunya bukan tanpa tujuan, ia melakukannya untuk memasang penyadap di ponsel pria tersebut.Saat telah usai melakukan aksinya, Arista berhasil ke luar dan berdiri di balkon. Namun, saat akan melewati pintu kaca dan turun, Yusuf tiba-tiba ke luar dari kamar mandi dengan tubuh kekarnya yang ha
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status