Fantasi Seorang Pria
"Pak! Pak!" Tangan Arista melambai saat sebuah taxi berjalan akan melewatinya.
Mobil pun berhenti menghampiri perempuan yang mengenakan celana jeans dengan atasan kemeja. Setelah membuka pintu dan duduk dengan nyaman di bagian belakang, Arista mengeluarkan ponsel dan memasang headset ke telinga.
"Ke mana, Non?" tanya sopir sebelum melajukan mobilnya.
"Sebentar, Pak." Arista menyahut sambil mengutak-atik ponselnya, untuk mendeteksi keberadaan si bos yang sudah dulu melaju. Mobilnya bahkan sudah tak lagi tampak oleh Arista.
Wanita itu semalam, mengendap-endap masuk kamar Yusuf dengan keahliannya masuk ke tempat musuh tanpa diketahui. Tentunya bukan tanpa tujuan, ia melakukannya untuk memasang penyadap di ponsel pria tersebut.
Saat telah usai melakukan aksinya, Arista berhasil ke luar dan berdiri di balkon. Namun, saat akan melewati pintu kaca dan turun, Yusuf tiba-tiba ke luar dari kamar mandi dengan tubuh kekarnya yang ha
Maya keluar rumah adiknya dengan bersungut-sungut. Risa yang dianggap akan membela Alex atau paling tidak memaafkan. Namun, panggang jauh dari api, apa yang diharap tak bisa dicapai. Mereka bukannya membela justru memenjarakannya.Pikir wanita paruh baya itu setidaknya, ada belas kasih dari dua orang yang selama puluhan tahun mendamba kehadiran seorang putra."Huh! Pantes saja Tuhan mengambil Dareen dan tak lagi memberi kalian keturunan! Sama anak muda saja gak mau ngalah!" dengkusnya sembari masuk ke dalam mobil taksi online yang sengaja menunggu."Kita ke lapas ya, Pak!" pinta Risa pada sopir yang membawanya."Baik, Bu.""Bu, Bu. Panggil saya Nyonya!" Maya yang sedang kesal, tersulut emosi hanya karena panggilan yang tak sesuai maunya."Ah, ya. Nyonya." Sopir itu mengangguk sambil menatap ke arah lain dengan mencebik. Baru kali ini mendapat penumpang yang aneh. Pakai minta dipanggil Nyonya segala, memangnya dia sopir pribadin
Flashback (POV Zaki)"Gadis itu terus menerorku. Ck," keluh pria yang mengenakan kemeja dengan lengan tergulung di seberang meja. Wajah dengan garis tegas itu tampak suntuk setiap kali bercerita tentang Adelia.Yusuf bercerita padaku, seseorang yang bukan hanya di-persepupukan oleh orang tua kami di panti asuhan, tapi juga hidup layaknya seorang sahabat yang tak punya rahasia satu sama lain.Namun, satu hal yang Yusuf tak tahu, bahwa apa yang aku inginkan harus kudapatkan. Apa pun itu!Wajah Yusuf bukan tampak suntuk ketika bercerita, aku yakin dia hanya berpura-pura tak suka pada sikap calon istrinya itu. Bagaimana tidak, siapa yang bisa menolak gadis secantik Adelia. Yusuf saja yang sok jaim dan jual mahal.Namun, saat Prayoga menjodohkan mereka, pria dengan ketampanan yang menurutku paripurna itu langsung menerimanya. MUNAFIK!Aku hanya tersenyum masam mendengar ocehannya. "Apa perlu kubantu?""Gimana caramu membantu?" tanya pemuda
Adelia bukan Perempuan Gila"Zak, gimana?" tanya Yusuf pada sepupunya yang tengah memeriksa laptop di ruang kerja .Yusuf memberi wewenang penuh pada dokter itu agar terus bisa memperhatikan dan memantau kondisi Adelia dari waktu ke waktu."Ahm, ya, Suf. Dia aman." Zaki mengusap wajahnya tampak, seperti baru menanggung beban. Tanpa tuan rumah tahu, ia selalu menghapus bagian menit-menit di mana saat menggauli Adelia."Hem?" Mata Yusuf menyipit memperhatikan wajah dokter itu. "Kamu sangat berkeringat.""Ah, ini." Lagi, Zaki menyeka peluh di pelipis. "Aku hanya kelelahan. Adelia lumayan menguras energiku."Bagaimana tidak, dia perlu memaksa perempuan hamil itu tanpa harus melukai dan meninggalkan jejak luka."Ya, aku mengerti. Maaf aku terus merepotkanmu, Zak." Yusuf malah meminta maaf karena tak mengerti maksud Zaki, bahwa dia baru saja menggagahi istri pertamanya itu"Santai saja. Aku akan mengurusnya sampai dia sembuh." Zaki m
Bagaimana dengan Hanna?"Ya, ya. Langsung saja ke intinya. Apa yang terjadi?" Subakhi tak suka mendengar ucapan maminya Alex yang berbelit-belit."Alex dipenjarakan oleh Omnya sendiri.""Apa? Jadi Alex sedang mendekam di penjara?!" Mata Subakhi melebar."Ya, kalau bisa saya ingin bertemu Bapak untuk membicarakan ini." Suara Maya terdengar seperti orang yang tergesa.Mata Subakhi menyipit mendengar permintaan itu. Wanita di ujung telepon tampaknya seperti tengah menagih balas budi padanya. Pria yang tak mudah mengabaikan dan lupa kebaikan orang lain itu jadi pekewuh sendiri."Em, ya. Nanti saya hubungi." Akhirnya Subakhi menuruti kemauan wanita itu.Meski kenyataannya Alex punya niat jahat memisahkan Hanna dan Yusuf, akan tetapi pria itu juga sudah mengorbankan nyawa dan waktunya untuk menolong Hanna. Terlepas apakah sebenarnya Alex terlibat dalam insiden malam itu."Baik, Pak. Saya tunggu. Lebih cepat akan lebih baik." Suara di
Izin Suami"Pak saya ingin bertemu Alex Wijaya. Dia anak saya yang masuk penjara karena Bapak-bapak salah tangkap." Dengan percaya diri Maya menyalahkan polisi.Polisi yang berada di seberang meja dan terkejut, dengan ucapan Maya yang tiba-tiba."Tenang, Bu. Tolong bicara pelan-pelan agar kami bisa memahami maksud Ibu." Polisi tersebut bicara."Ucapan saya tak jelas?" Maya justru kesal. Polisi itu terkesan meremehkan keberadaannya."Saya ingin bertemu anak saya. Alex Wijaya.""Alex Wijaya?""Heem." Maya mengangguk."Tadi siang kami memang menangkap pria bernama Alex. Coba cek di daftar." Polisi lain ikut bicara."Nah itu!" Maya berseru, karena mendapat jawaban dari pria lain. Polisi yang ada di hadapannya lalu segera memeriksa laptopnya."Ehm, benar. Ditangkap atas kasus penipuan.""Dia bukan penipu, dia hanya ingin memperlihatkan apa yang dia miliki. Selanjutnya, Eksha dan istrinya percaya atau tidak itu k
Jatuh Cinta? Mikir Dulu!"Ada apa, Pa?" tanya Mama Hanna yang melihat ekspresi sang suami tampak terkejut setelah mendapat panggilan."Alex, Ma. Rupanya dia adalah keponakan Ekhsa Proyoga pimpinan utama Ekhsa Group yang memiliki pengaruh besar di dunia saham.""Apa?! Kenapa dia tak pernah cerita pada kita, Pa?""Mungkin supaya kita menganggapnya pemuda biasa yang perlu sosok keluarga, jadi kita dengan senang hati menampungnya.""Nah, bisa jadi.""Jangankan untuk hal itu, dia saja berani berbuat jahat pada menantu kita. Maksudku, Yusuf.""Ya. Benar." Sang istri manggut-manggut."Oya, Ma. Sebenarnya yang menghubungi papa tadi adalah maminya Alex dan sudah ke sekian kali sejak tadi siang. Dia sangat gigih rupanya.""Hah? Ada apa, Pa?" tanya wanita yang kini sudah merebahkan diri di ranjang. Wanita itu terus menelepon pasti bukan tanpa alasan."Alex di penjara, Ma. Lebih tepatnya Eksha, omnya sendiri, yang menjebloska
Aku Tak Sebucin itu Mas!"Mi," panggil Ekhsa pada wanita di sampingnya.Ia yakin, bahwa akhir-akhir ini, terutama malam ini, setelah mereka berbincang mengenai putra mereka, Risa tak bisa tidur sama sepertinya."Ya, Pi," sahut wanita yang akhir-akhir ini sedih atas sikap Yusuf padanya. Wanita yang terus menunggu, kapan darah dagingnya mau memanggilnya sebagai ibu?"Apa Mami pernah kepikiran, kalau selama Dareen jauh dari kita, dia hidup berdasarkan cara orang lain hidup." Eksha mengucap begitu saja. Seolah perkataannya itu hanya tiba-tiba timbul tanpa alasan dan asbab tertentu.Pria itu tak mau membuat wanitanya makin bersedih, kala tahu apa yang ditemukan mengenai Yusuf. Bahwa selama ini, dia menyiksa Adelia demi wanita baru bernama Hanna. Cara-cara jahat seperti itu tak pernah ia lakukan selama ini. Berselingkuh dan menyiksa kewarasan seseorang hingga istrinya gila!Kalau saja benar begitu dan Risa tahu, bukankah kesedihannya akan bertamba
No Free Lunch!"Waallaikumussalam, Sayang. Maafkan Mas ...." Ucapan pria itu disela oleh sang istri, hingga dahinya mengerut, memikirkan sikap Hanna yang tak pernah seperti ini.Dalam situasi normal, wanita itu biasa memperhatikan dan menghormatinya kala bicara. Namun, sekarang ... apa yang terjadi dengannya?"Mas, maaf. Aku tak mau mendengar apa pun, cepat pulang sekarang. Ada Mas Zidan, Mbak Indah dan seorang detektif yang membawa bukti perbuatan jahat Mas." Hanna mencoba bicara pelan, meski nada suaranya terdengar ditekan dan penuh emosi."Apa?! Apa yang terjadi?" Yusuf terkejut. Tak biasanya Hanna seketus itu saat bicara. Dia bahkan menyebutnya telah berbuat jahat. Maksudnya perbuatan jahat yang mana?"Ini tentang apa?" tanyanya ingin memperjelas maksud sang istri.Hanna meniup berat, sampai suara anginnya terdengar seperti mesin rusak di ujung telepon. Yusuf menjauhkan benda pipih dan melihat layar dengan mata menyipit."Ada apa,
EP Terakhir - Pujian"Pa, belum tidur?" tanya Zidan pada papanya yang tengah duduk di ruang kerjanya menatap layar komputer. Ia sengaja bertanya, sebagai isyarat meminta izin meminta masuk dan menggangu sang papa."Oh." Papa Zidan yang juga papa dari Hanna itu sontak mendongak. Menatap ke pintu, di mana asal suara datang.Meski pria tua itu tampak sibuk memandangi komputer, namun, kenyataan ... pikiran pria paruh baya itu tak sedang ada di sana. Ia terus kepikiran pada munculnya Alex di depan mereka hari ini. Seseorang yang ia pikir akan mendekam di penjara lebih lama.Putra sulungnya itu lalu masuk ke dalam. Ia duduk di sofa yang jaraknya berdekatan."Apa Papa tahu sesuatu tentang Alex?" Zidan menyampaikan kekhawatirannya melihat sosok Alex tadi pagi.Ia ingin menghubungi pemuda yang dulu jadi teman dekatnya tersebut. Akan tetapi, takut jika masalah justru akan bertambah rumit.Pria paruh baya itu menggeleng. "Aku tak tahu apa pun."
EP11 - Malam Pertama"Apa kamu sudah siap?" tanya Henry yang sudah berdiri di depan ranjang. Di mana Adelia tengah memeluk putrinya.Henry merasa sudah sangat bersih sekarang. Mandi dan menggosok tubuhnya lebih dari setengah jam. Menggosok gigi dan memakai parfum di mulutnya. Juga menyemprotkan ke seluruh tubuh yang hanya dibalut pakaian handuk."Hem?" Mata gadis kecil di pelukan Adelia sontak membuka sempurna.Saat itu Adelia memejamkan mata.Henry tampaknya tak tahu bagaimana harus mengatasi kondisi anak kecil yang akan tidur. Ini saja dia perlu mendongeng, bercerita tentang masa kecilnya, juga menjanjikan banyak hal menyenangkan untuk putrinya kalau dia mau tidur dengan cepat.Akan tetapi ... sekarang. Hanya dalam hitungan detik, Henry mengacaukannya."Ayah mau ke mana Bunda? Aku boleh ikut kan?""Huhhh. Sabar ....." Adelia mengenbus berat. Ia kemudian melirik pada Henry yang tampaknya juga sangat kecewa kala melihat gadis k
EP10 - Double Date (3)"Mau ke mana malam-malam begini?" tanya Maya pada Alex."Ke rumah teman. Bentar Mi." Pria yang sedang sibuk mengikat tali sepatu itu menyahut. Melirik sekilas wanita yang selama ini setia menemaninya."Lex, Mami gak mau kamu kena masalah lagi, ya." Maya mengingatkan. Sudah cukup mereka merasakan hidup lebih sulit dari sebelumnya tanpa Alex.Pikir Maya, sekarang ini, dua keluarga kaya itu pasti tengah mengawasi Alex dan mencari-cari kesalahannya."Iya. Mi. Tenang saja." Alex menyahut singkat. Kali ini ia telah berdiri tegak di atas kedua kakinya dan siap bergerak pergi."Aku pamit dulu." Pria itu menunjuk keluar, di mana mobil sudah siap di depan rumah mengantarnya ke mana saja."Ya." Maya melepas putranya dengan kondisi hati yang was-was. Berharap Alex bisa memegang kata-kata, dan tak membuat masalah di luar sana.***"Jadi tadi ... aku bertemu dan bicara dengan Alex, bahkan dia sempat mencengkeram
EP9 - Double Date 2Yusuf menyerah. "Kita bahas soal bulan madu kita saja.""Hah?" Mata Hanna membulat. Semudah itu? "Bu- bukan kita yang bulan madu, tapi mereka Mas.""Tapi kita diajak untuk meramaikan acara mereka." Yusuf tersenyum pada Hanna."Yeah! Itu lebih baik!" Henry berseru senang. Sejak awal pria itu memang terus terlihat senang. Apalagi ini adalah malam pertamanya dengan Adelia.Karena itu juga lah, Yusuf yang sebenarnya sangat kesal, menahan diri untuk tidak marah. Tak etis rasanya kalau harus merusak kebahagiaan pengantin baru karena kesalahan yang menurutnya tak disengaja."Btw, Mas bakal perjalanan bisnis ke mana?" tanya Henry."Ke Inggris. Kami perlu bertemu klien dan memeriksa lapangan untuk memutuskan apakah tanda tangan kontrak atau tidak." Yusuf menjelaskan hal yang tak Henry pahami."Yah ... kenapa ke Inggris. Kami baru mau rencana ke Turkey berkunjung ke Aya Sofia." Henry menyayangkannya."Wah, kali
EP8 - Double DateAlex mondar-mandir gelisah di dekat meja makan. Meski sang mami sudah menyediakan makanan lezat di atas meja, pria itu tampak tak berselera untuk menyantapanya."Lex kenapa tidak segera duduk dan makan?" tanya Maminya heran. Pemuda itu malah mondar-mandir gak jelas, dan membiarkan makanan sampai dingin."Mi, udah dapat telepon dari Tante Risa?" tanya Alex penasaran.Mami Alex menggeleng. "Belum, sabar. Sekarang dia pasti sedang berusaha keras membujuk Om kamu buat maafin kita."***"Waallaikumussalam. Mas Yusuf. Baiknya kamu pulang deh sekarang.""Hah? Pulang?" protes Yusuf. Dia bahkan baru sampai. "Ada apa?""Udah cepetan. Ini aku mumpung baik loh ngasih tau!" teriaknya memaksa di ujung telepon.Yusuf terbengong-bengong. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa ini ada hubungannya dengan kerisauan hatinya. Atau pria itu cuma mengerjainya saja? Henry kan dikenal usil."Bilang deh. Kamu ngerjain aku, ya.
EP7 - Paksaan Henry pada YusufHanna tak ingin mempedulikan Alex dan berjalan begitu saja melewati pria itu. Namun, di saat bersamaan, tangan panjang Alex dengan cepat meraih lengan wanita tersebut. hingga langkah wanita itu terhenti.Merasa tak nyaman dan risih, Hanna menarik kasar tangannya. "Jaga perilakumu!" tekannya mengacungkan jari tepat ke wajah Alex, dengan tatapan tajam pada pria itu."Oke." Alex mengangkat kedua tangannya. Seolah takut pada ancaman Hanna. "Ck. Galak amat. Padahal aku udah berubah jadi anak baik." Senyumnya tipis. Ingin menunjukkan ketulusan pada lawan bicaranya, kalau dia memang sudah berubah.Hanna bergerak mundur, sekira tak lagi sampai Alex meraihnya. Tak ingin berlama-lama meladeni pria yang menurutnya gila, kakinya pun bergerak semakin cepat menjauh.Alex hanya bisa tersenyum. Tak mudah mengambil hati orang-orang yang disakitinya."Yah, semua perlu waktu. Aku akan mencoba memahami itu." Pria itu memiringkan s
EP6 - Apa Maumu, Lex!?Tujuan utama Alex ke rumah Adelia, selain membuat semua orang yang bahagia saat dia di penjara, terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba, adalah untuk bertemu sosok wanita yang terus dirindukannya, Hanna.Setelah menemui Adelia dan suaminya, ia berkeliling mencari di mana Hanna berada. Namun, setelah mendapati Eksha dan tantenya Risa sudah tak terlihat, ia pun yakin bahwa Hanna juga sudah pulang bersama mertuanya itu. Apalagi Yusuf juga tak terlihat. Sepasang suami istri itu harusnya bersama, jika tak ada salah satunya, berarti satu yang lain pun tak ada.Merasa putus asa, Alex akhirnya memilih pulang saja. Dia bisa meneruskan keinginannya itu di lain waktu, dan beristirahat untuk sekarang. Sepulang dari lapas, punggungnya sama sekali belum bertemu tempat rehat, bahkan sekedar untuk bersandar. Di dalam mobil pun, tanpa sadar ia terus duduk tegap, karena serius menyimak penjelasan pengacara yang dibawa sang mami.Langkah lebar pr
EP5 - Bawa Aku, Mas!"Selamat ya," ucap Alex sembari menyodorkan tangan pada mempelai wanita yang kini sedang beristirahat di ruang ganti. Seluruh make up di wajahnya dibersihkan oleh penata rias.Adelia mengerutkan kening. Ia tampak tak mengenali pria itu, lalu menangkupkan dua tangannya. Kenapa ada pria asing yang bisa masuk ke ruang pribadinya. Keluarga atau kenalan dekat memang masih dibolehkan untuk masuk, tapi ia merasa tak mengenal Alex.Alex tersenyum. Meski kecewa respon yang didapat tak sebaik bayangannya. Dia lalu beralih ke mempelai laki-laki. Pria itu dengan terpaksa meraih tangan Alex."Selamat ya, Dokter em ...." Alex tampak berpikir. Bodohnya tak memperhatikan banner di depan dengan nama sepasang pengantin di sana."Henry. Nama saya Henry." Pria itu tersenyum tipis. Setelah bersalaman Alex pun menjauh."Siapa dia?" bisik Henry yang merasa aneh. Karena bahkan wanita yang sudah sah jadi istrinya itu tak mengenalnya."Ent
EP4 - Turunin, Mas!Hanna baru saja selesai mandi. Wanita itu keluar dari pintu toilet sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil."Kenapa pakai handuk kecil itu? Bakal lama selesainya. Itu ada hair dryer." Yusuf yang tengah menggendong Akhyar menunjuk ke arah lemari.Hanna menggeleng. Nanggung menurutnya. Pakai handuk kering sudah cukup simple tak perlu menyalakan mesin dan menggerakkannya ke kepala. Lagi pula mereka tak sedang buru-buru, karena takut kepergok berduaan di kamar itu."Ck. Pasti sengaja, ya. Mau goda," goda Yusuf dengan menyebut Hanna yang menggodanya."Ish, apa sih, Mas? Baru juga selesai. Masa goda lagi," protes Hanna sambil mencebik, melirik pura-pura kesal ke arah sang suami."Heleh. Pura-pura jaim." Yusuf tak menyerah. "Ya, kan, Dek." Kini tatapannya beralih pada batita dalam gendongan. Rasanya senang saja Hanna kesal, dan hanya memperhatikannya."Hehmh. Mas kali yang jaim. Padahal pengen lagi kan tapi ngomong