Home / CEO / Bilik Lain di Rumah Suamiku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Bilik Lain di Rumah Suamiku: Chapter 81 - Chapter 90

145 Chapters

Orang Tua yang Peduli

Orang Tua yang PeduliDi waktu yang sama, di sela kegaduhan itu, semua orang dikejutkan dengan kedatangan beberapa orang yang sudah berada di depan pintu. Karena pintu tak tertutup, mereka pun leluasa masuk ke dalam menemui orang-orang di sana."Permisi," ucap salah seorang, yang membuat fokus semua orang di dalam beralih padanya.Pria dengan postur tegak dan memakai seragam berwarna cokelat. Mereka adalah petugas kepolisian yang mendapat surat perintah penangkapan."Kami membawa surat perintah. Atas laporan seseorang, Bapak Yusuf diduga telah menyuntikkan obat-obat ilegal ke tubuh istrinya." Salah seorang pria berseragam memperlihatkan sebuah kertas."Ap-apa? Maksud Bapak-bapak? Saya tidak mengerti mengenai obat-obatan, lalu bagaimana saya bisa memilikinya dan punya rencana buruk untuk itu?" Yusuf berusaha meyakinkan polisi agar mempercayai apa yang sebenarnya terjadi."Jelaskan itu di kantor. Sekarang, kami tak punya waktu untuk mendengar
Read more

Aku Memang Sudah Gila, Mbak

Aku Memang Sudah Gila, Mbak"Ma, Zidan dan istrinya ke mana? Mereka meninggalkan Zio sendiri di kamar," tanya Subakhi yang baru masuk ke kamar, sementara istri tengah sibuk membereskan tempat tidurnya usai mandi.Hal itu adalah kegiatan rutin, di sela waktunya menunggu sang suami yang pergi ke masjid menunaikan sholat subuh berjamaah."Oya?" Istri Subakhi memelankan gerakan karena sedikit terkejut mendengar berita dari sang suami."Heem." Subakhi mengangguk. "Bibik bilang tidak melihat Zidan dan istrinya sedari mereka bangun jam empat tadi. Waktu Zio minta susu, Indah juga tak nongol." Pria itu merasa heran. Tak biasanya anak dan mantunya pergi tanpa pamit."Mungkin jogging kali, Pa." Istri Subakhi menebak. Meski ia tak yakin mereka berolahraga di waktu yang bahkan sebelum jam empat pagi. Hari masih terlalu gelap dan dingin untuk melakukan itu."Hem. Rasanya aneh." Subakhi menggumam."Huft." Wanita paruh baya itu meniup berat. Ia lalu
Read more

Kedatangan Wanita Asing

Kedatangan Wanita Asing"Argh! Sial! Perempuan itu tak sepolos yang kukira." Zaki memijit pelipis. Mencari cara lain agar bisa manrgetkannya."Dia lah sekarang wanita yang sangat dicintai Yusuf, aku bisa melihat dari tatapan mereka saat saling bicara."Kini tangan Zaki mengetuk-ngetukkan bolpoin ke meja yang dilapis kaca tebal di ruangannya.Sedang sibuk memikirkan hal itu, ponsel dalam sakunya kembali berdering. Pria itu pun segera merogoh dan melihat siapa yang menghubungi."Bimo? Ada apa lagi sekarang?" gumam Zaki. Tak ingin membuang waktu ia pun mengangkat panggilan tersebut dengan mengklik icon berwarna hijau di atas layar ponselnya."Halo, Bim. Ada masalah apalagi sekarang?" tanya Zaki berusaha tenang, meski ada firasat buruk setiap kali menerima panggilan dari perawat yang ia tugaskan menjaga Adelia tersebut."Halo, Dok. Polisi datang kemari, Dok. Mereka menyerahkan surat berisi prosedur pemindahan Ibu Adelia." Bimo bicara langsung ke inti masalah. Kali ini ia sangat perlu araha
Read more

Zaki Tamat!

Zaki Tamat!"Kamu istrinya Dareen, Nak?" Ucapan itu terdengar seperti sebuah pertanyaan. Namun, pada kenyataan istri Eksha itu sudah mengetahui dengan jelas."Dareen?" Hanna menggumam dengan dahi berkerut.Nama itu tak asing dalam memori otaknya. Sambil terus mengingat, wanita kedua Yusuf itu balik bertanya pada wanita yang masih menempelkan tubuhnya erat.Sementara Indah hanya diam melihat keduanya tampak perlu bicara serius. Tak berani berkomentar karena memang tak tahu bagaimana duduk perkaranya.Risa menjauhkan tubuh, mendengar pertanyaan menantunya sambil menyeka air mata kasar."Eum, maafkan saya. Maksud saya Yusuf," sahutnya meralat. Tangannya kemudian meraih kedua tangan Hanna dan mengusapnya dalam genggaman."Yusuf? Mas Yusuf, Bu?" tanya Hanna.Wanita itu kemudian mengangguk. Meski ia tak yakin apa Hanna mau menerimanya. Bisa saja seperti hal yang telah Yusuf lakukan padanya. Menolak dan memintanya menjauh. Lantaran ta
Read more

Percaya pada Orang yang Salah

Percaya pada Orang yang Salah"Ini ruangan dokter Zaki praktek?" tanya pria berusia 27 tahun itu pada seorang perawat."Ya, tapi beliau sedang tak ada di tempat.""Oh, begitu. Jadi beliau juga yang sering memimpin operasi?" tanya pria itu lagi. Ia akan membuang waktunya di rumah sakit.Sambil menunggu keluarga kliennya datang, detektif itu memanfaatkan waktu mencari tahu tentang dokter yang gelagatnya sangat mencurigakan saat di rumah Yusuf tadi.Jelas-jelas dia yang mengurus istri pertama Yusuf, tapi seolah tanpa beban melaporkan pada polisi kasusnya."Benar.""Em. Maaf, Mas. Saya harus pergi ada yang ...." Ucapan wanita itu terhenti kala sang detektif mengeluarkan lima lembaran uang berwarna merah di atas meja sambil bersiul."Saya tak punya niat buruk." Detektif itu tersenyum. Lalu mengeluarkan sebuah kartu nama."Ahya, saya mengerti." Perawat itu meraih uang di atas meja sambil celingukan."Apa yang bisa saya
Read more

Berjuang untuk Yusuf

Berjuang untuk Yusuf"Apa?! Apa mungkin ...." Ucapan Zidan tergantung, pikirannya ikut arus pikiran sang detektif yang telah menemukan bukti."Ya, sekilas orang umum akan melihat itu sebagai kegagalan operasi, tapi buat saya, itu adalah pembunuhan," tegas detektif tersebut.Mata Zidan melebar. Apa itu artinya dia percaya pada orang yang salah? Kalau dia yang membunuh Prayoga apa tujuannya? Tapi kalau Yusuf yang membunuh dengan menyuruh Zaki, jelas dia ingin menguasai hartanya, dan itu paling masuk akal.Zidan menggeleng. Pikirannya sudah terlalu jahat pada Yusuf."Bagaimana? Apa sekarang Tuan masih hanya akan fokus pada Bapak Yusuf?" tanya sang detektif. Ia ingin tahu apa berita darinuya akan berguna dan menjadi pertimbangan untuk Zidan."Eum. Sebentar. Kita tak boleh gegabah sebelum menemukan bukti yang benar-benar jelas.""Hem yah, Tuan. Tapi saya juga akan merasa bersalah, kalau ternyata bukan Bapak Yusuf dalang dari kejahatan ini.
Read more

Pengkhianat yang Dikhianati

Pengkhianat yang Dikhianati"Em, yah. Baik, Dok." Bimo pun keluar bangsal, meninggalkan Zaki dan Adelia hanya berdua, untuk melakukan tugas dari dokter itu.Zaki tersenyum senang. Lalu menatap pada Adelia yang tampak tenang dalam tidurnya. "Siapa sangka kita akan berjalan sejauh ini, Sayang?" Pria itu menyeringai.Bimo yang akan menutup pintu, memperhatikan ekspresi dokter psikopat tersebut dengan kebingungan yang memenuhi hatinya. Kenapa seorang dokter yang harusnya menyelamatkan nyawa pasien, bisa berpikir untuk membunuh seseorang? Bimo mungkin bukan orang baik, dan mata duitan tapi ... apa iya dia tega melenyapkan nyawa seseorang.Sedang Zaki? Jangan-jangan pria itu sudah membunuh banyak orang dengan obat di tangannya. Tatapan Bimo beralih ke arah ampul obat dan air mineral, yang sekarang berada di tangan. Ia mendesah, dengan pertanyaan dalam hatinya, 'Apa aku sanggup melakukan ini?'Pria itu akhirnya melangkah pergi setelah pintu tertutup rapat
Read more

Sang Penyelamat

Sang Penyelamat"Na, kamu yang sabar, ya." Indah berusaha menenangkan adik iparnya. Hanna terdiam, ia masih menyeka air mata yang terus jatuh membasahi pipinya."Ingat kamu sedang hamil jadi tak boleh banyak pikiran.""Apa?!" Risa yang duduk di sebelah dua wanita itu terkejut. "Hanna hamil? Benarkah?" Eksha pun bahkan turut menoleh. Ingin tahu benarkah keluarganya akan kedatangan anggota baru? Itu pasti akan sangat menyenangkan.Indah mengangguk. Wanita oaruh baya itu sontak tersenyum. Namun, tak lama senyum itu redup kala ingat kasus yang menjerat Yusuf. Ia takut, anak dalam kandungan Hanna akan lahir tanpa ayah kandung di sisinya.Risa manggut-manggut. "Semoga dia kuat ya di dalam sana," ucapnya lagi sambil mengelus perut Hanna.Tak lama perhatian mereka beralih pada seseorang yang baru datang. Pria dengan perawakan sedang dan berpakaian rapi itu menenteng tas di tangan.Begitu jarak mereka sudah sangat dekat, orang pertama yang di
Read more

Pura - Pura Jahat

Pura-Pura Jahat"Perkenalkan saya Herman Faris. Pengacara yang akan membela Bapak Muhammad Yusuf." Pria dengan pakaian rapi itu mengulurkan tangan pada polisi."Yah, itu hak Anda." Polisi meraih uluran tangan sang pengacara. "Silakan duduk, sebelum berdiskusi dengan tersangka, kami ingin menyampaikan sesuatu pada Anda." Polisi mengatakannya pada Eksha dan sang pengacara."Hem, ya." Eksha menoleh sebentar sebelum akhirnya duduk di depan polisi telat di samping Yusuf. Keduanya tampak canggung kala tatapan mereka beradu sejenak."Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, Pasal 1 butir 14 KUHAP.Tersangka merupakan pihak yang diduga telah melakukan tindak pidana. Tersangka atau terdakwa belum tentu bersalah sehingga masih harus dibuktikan dulu kesalahannya di depan pengadilan.""Hem, kalau begitu, seharusnya tidak ada kontak fisik dengan tersangka ole
Read more

Akui Dia Saja! Aku Tak Apa!

Polisi akhirnya memberi waktu pengacara dan Yusuf untuk berdiskusi. Namun, Eksha yang merasa ini adalah kesempatan bicara dengan Dareen anaknya, meminta sang pengacara berbagi waktu dengannya sebelum mereka berbincang sebagai pengacara dan klien. Yusuf yang duduk dengan tangan terborgol, mendongak kala merasakan sebuah pergerakan dari arah pintu. Tampak sosok paruh baya dengan jas mahal membalut tubuhnya. Pria itu terus berjalan dengan tatapan canggung ke arah Yusuf. Eksha mendapat sebuah anggukan kecil dari Yusuf sebagai sebuah tanda bahwa ia menghormati orang tua itu. Ekspresinya masih datar. Tak ada senyum hangat yang ditujukan pada pria yang telah jelas adalah ayah kandungnya. Berbeda dengan Eksha, pria yang biasanya tampak dingin, kali ini memberikan tatapan hangat dan teduh pada Yusuf. Pria itu langsung duduk begitu saja di sebernag Yusuf dengan berbatasan meja. "Di sini hawanya panas." Eksha memulai obrolan dengan canggung. Yusuf mengangguk. "Saya sudah terbiasa sejak keci
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status