Home / CEO / Bilik Lain di Rumah Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bilik Lain di Rumah Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100

145 Chapters

Ratu Telah Terbangun

Ratu Telah Terbangun"Tolong meski kamu tak mau menemuiku dan tak mau bicara padaku, terimalah Risa saat ingin bicara dan memelukmu. Dia ... menderita selama puluhan tahun menunggu anaknya."Hati Yusuf bergetar mendengar ucapan pria itu. Sesuatu yang mengukuhkan dalam hatinya, bahwa ia bersikap buruk pada ibu kandung yang merindukannya."Ya, Om. Tentu.""Terima kasih." Eksha yang merasa miris, melangkahkan kaki ke luar. Sementara Yusuf tak berkedip menatap punggung pria tua yang menjauh darinya.'Itukah papaku yang sebenarnya. Dia yang tampak dingin, nyatanya memikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang dicintainya. Menjaganya agar tak terluka.'Pria itu mendesah. Merasa bersalah. Ia tahu bagaimana sakitnya mengingini dan merindukan, tapi yang dirindukan tidak tahu-tahu. Begitulah yang Yusuf pikirkan sejak kecil.Prayoga selalu bilang bahwa kedua orang tuanya telah meninggal, tapi Yusuf remaja punya pemikiran lain. Dia selalu berpik
Read more

Wanita yang Kuat

Wanita yang KuatMata Zaki membeliak. Semua akan jadi bahaya untuknya karena sejak semalam perempuan itu tak mendapat suntikan obat darinya.Ia merasa harus berbuat sesuatu sekarang.Zaki terus memutar otak, sementara Adelia telah mendapat lebih banyak kesadaran."Tenang, Bu. Kami akan membawa Anda ke rumah sakit," ucap salah satu petugas polisi."Rumah sakit?" Matanya yang cekung melebar. Ia kemudian menggeleng. "Di mana Kak Yusuf?" tanyanya mulai panik tak mendapati satu-satunya orang yang bisa diandalkan."Berikan obat penenang saja. Sepertinya reaksi obat sebelumnya belum hilang. Dia bahkan mencari orang yang membuat kondisinya semakin memburuk, yang artinya dia tak sadar apa yang sedang dibicarakan."Seorang polisi meminta rekannya yang bekerja bagian medis untuk bertindak."Apa maksud kalian? Siapa yang membuat kondisiku memburuk?" Adelia semakin bingung melihat sekeliling, dan orang-orang berseragam itu tampak mengerumun
Read more

Hanna yang Selalu Menang

Hanna yang Selalu MenangIndah masih menatap Hanna dengan tak percaya. Kenapa dia tak menangis? Mengeluh? Atau setidaknya meminta quotes bijak seperti biasa kala menghadapi masalah pada Indah, untuk menguatkan hatinya.Namun, istri Zidan itu pasrah mengikuti adik iparnya bergerak menjauh dari teras kantor polisi. Begitu juga Zidan. Pria itu berjalan ke arah mobilnya mengikuti dua wanita yang lebih dulu melangkah ke sana."Apa wanita memang seperti itu? Misterius dan sulit dimengerti." Zidan menggumam. Namun, gumamanya terdengar oleh pria yang berjalan mensejajarinya."Apa Tuan mau saya menyelidiki Ibu Hanna juga?" tanya detektif tersebut, ucapan itu terdengar seperti mengejeknya."Hah? Apa kamu mengejekku sekarang?""Hahaha." Detektif itu terkekeh. "Siapa tahu memang Anda perlu, wanita memang begitu. Tapi, seharusnya Tuan bersyukur. Wanita itu tak tampak lemah dan bisa menguasai diri sendiri. Ini awal yang bagus, karena di depan sana akan ba
Read more

Mendahulukan Suami

Mendahulukan Suami"Kali ini aku tak akan melepaskanmu," ucap polisi yang sebelumnya mendapat air mineral berisi racun dari Zaki."Ini adalah operasi tangkap tangan, jadi jangan bertanya surat perintah padaku!" tekan polisi itu. Mengingat sebelumnya Zaki kukuh meminta surat perintah agar bisa ikut ke kantor polisi."Ka-kamu?" Mata Zaki melebar. Bagaimana bisa, pria yang dipikir sudah mati, tiba-tiba berdiri di hadapannya sekarang? Apa mungkin dia yang berhslusinasi?Namun, apa pun itu, Zaki tak berkutik sekarang."Yul! Ambil ampul itu dan bawa ke lab!" perintah polisi itu pada rekannya. Menunjuk ke arah perawat yang juga tampak kebingungan dari kejauhan."Baik, Bang." Pria itu menyahut, seketika langkahnya mendekat pada asisten Zaki yang akan pergi ke ruang administrasi."Ada apa, Pak? Saya tidak melakukan apa pun." Perasaan perawat itu jadi buruk seketika, saat dia turut diseret dalam masalah Zaki."Pak, tolong lepaskan! Saya
Read more

Alasan Bertahan

Alasan Bertahan"Jangan memperlakukanku seperti penjahat! Kalau tidak, kalian akan menyesal!" gertak Zaki sambil berteriak, kala polisi mendorongnya paksa begitu keluar dari mobil."Ya, lakukan itu kalau kamu bisa!" jawab polisi yang menangkapnya. Pria itu baru saja keluar dari mobil sementara sejak tadi, Zaki diurus oleh rekannya sepanjang perjalanan.Ia tak peduli dianggap kasar dan semena-mena oleh penjahat berdarah dingin sepertinya.***Saat membuka gorden dan melihat perempuan di depan pintu, wanita itu segera membuka pintu."Ka-kamu?" Mata Hanna melebar. Bingung kenapa wanita itu ada di depannya sekarang."Selamat pagi, Nyonya." Arista menyapa lebih dulu."Ah, ya. Selamat pagi. Assalamuallaikum." Hanna mengucap salam yang biasa diucap kala baru bertemu seseorang."Maaf Nyonya, saya mendapat amanah dari Tuan Yusuf untuk menemani Anda di rumah." Wanita itu mengucap."Oh, begitu. Tapi, bagaimana dengan Adelia?
Read more

Pertemuan Istri Pertama dan Kedua

Pertemuan Istri Pertama dan Kedua"Jangan memperlakukanku seperti penjahat! Kalau tidak, kalian akan menyesal!" Zaki mengancam."Ya, lakukan itu kalau kamu bisa!" jawab polisi yang menangkapnya. Pria itu baru saja keluar dari mobil sementara sejak tadi, Zaki diurus oleh rekannya sepanjang perjalanan.Ia tak peduli dianggap kasar dan semena-mena oleh penjahat berdarah dingin sepertinya."Permisi." Seorang pria membuat polisi yang membawa Zaki menoleh. Begitu pun Zaki. Dokter muda itu mengenalnya, tapi ia memilih tak peduli dan diam. Memalukan sekali, diseret polisi dalam kondisi terborgol."Ada yang bisa saya bantu?" tanya polisi itu pada pria yang baru datang"Saya ingin bertemu, seorang kenalan. Dia beberapa hari lalu ditangkap polisi." Subakhi menjelaskan maksud kedatangannya. Namun, ia terhenyak kala melihat seorang pria yang menunduk dan melihat ke arah lain, seolah menyembunyikan jati dirinya.Subakhi menautkan alis. "Dokter Zaki
Read more

Saat Semuanya Jelas

Saat Semua Jelas"Tolong ambilkan saya air," ucap Adelia yang merasa kerongkongannya terlalu kering. Banyak sekali pertanyaan menurutnya, yang polisi itu ajukan, padahal dia belum lama bisa berpikir normal."Ah ya." Seorang polisi wanita segera bergerak ke nakas. Menunmpah air dicerek yang sudah perawat siapkan untuk pasien. Kamar VVIP itu memang tampak tak biasa, lebih mirip kamar hotel yang di dalamnya ada sebuah ranjang empuk berisi pasien.Fasilitas tiudr, toilet, kursi tamu dan televisi besar yang menempel di dinding dengan interior mewah. Polisi yang mereka dari kalangan menengah, bahkan sampai geleng-geleng takjub melihat."Saya hanya akan mengajukan beberapa pertanyaan jika tak masalah. Namun, tugas utama saya adalah menjaga kondisi pasien. Jadi Ibu bisa menjelaskan keluhan yang dirasakan." Seorang polisi yang memegang bolpoin dan buku di tangan mengucap pada Adelia yang tengah meneguk minuman dalam gelas yang disodorkan rekannya. Ia merasa meski
Read more

Menguatkan Posisinya sebagai Seorang Istri

Menguatkan Posisinya sebagai Seorang Istri"Ini barangkali bisa membantu," ucap seorang pria berusia 30 tahun. Pria yang bernama Herman Faris itu menyodorkan sebuah amplop besar berisi hasil pekerjaannya.Yusuf memang tak mau dia menjadi pengacara yang mengurus kasusnya. Akan tetapi pria itu bekerja untuk Eksha, dan pimpinan Eksha Group itu menginginkannya melakukan pekerjaan di balik layar dengan memberikans semua analisa dan hasil penyelidikannya pada pengacara yang disewa Yusuf."Apa ini?" tanya pengacara Yusuf yang meraih amplop tersebut dan mengintip isi, dengan membuka bagian penutupnya."Berkas. Foto. Fakta yang terjadi. Anda bisa memakai itu untuk menguatkan posisi Yusuf." Pria itu menyahut."Kenapa Anda memberikan ini?" tanya pengacara Yusuf heran."Anda tidak mau?" Herman Faris balik bertanya.Balik ditanya, orang yang disewa Yusuf itu mendecih. Lalu diambil coffee latte yang masih mengepulkan asap tipis-tipis di depannya.
Read more

Wanita yang Tak Bisa Mengambil Pelajaran

Wanita yang Tak Bisa Mengambil Pelajaran"Akhirnya Om kemari." Alex memeluk pria paruh baya yang datang mengunjunginya.Jika dulu Subakhi akan membalas pelukan itu, meski dengan hanya menepuk pundaknya. Kini pria itu bersikap dingin dengan hanya diam saja.Alex yang merasakan hal itu, pria yang mengenakan pakaian berwarna orange tersebut menjauhkan tubuhnya sambil mencebik."Yah, baiklah. Om, sudah berubah terhadapku." Alex melepas tangan dari tubuh gembul Subakhi lalu duduk lebih dulu ke kursi.Subakhi sendiri yang sebenarnya merasa malasp bertemu Alex mendesah panjang sebelum akhirnya ikut duduk di seberang pria itu."Aku tahu Om akan ke sini. Mengingat sudah banyak hal yang kita lalui bersama.""Diamlah! Kalau bukan karena Mamimu merengek dan mengungkit kebaikanmu aku tentu tak akan ke sini. Kesannya aku harus membayar apa yang sudah kamu lakukan untuk keluargaku. Jadi ini, kukira kamu tulus tanpa pamrih mendekati kami.""Ha
Read more

Adil atau Lepaskan

Adil atau Lepaskan"Terima kasih, Om." Alex yang sudah bangkit dan akan kembali ke sel mengucap basa-basi.Subakhi hanya menanggapi dengan tersenyum masam. Pemuda yang menurutnya berlebihan dalam bersikap. Semua kebaikan Alex yang dulu pernah tampak di matanya kini bernilai nol, karena mengungkit dan menunjukkan bahwa semuanya palsu, dan tak tulus.Untung saja Subakhi tak sempat menjodohkan Hanna. Kalau saja terjadi entah, Hanna pasti akan sangat menderita hidup dengan pria semacam Alex."Oh ya, Om." Alex berbalik. Memanggil Subakhi yang sudah bangkit dan juga akan pergi.Pria paruh baya itu pun berhenti. Lalu, membalik tubuh menatap pada Alex. Barangkali ada info yang tertinggal. Meski aslinya malas berlama-lama bicara dengannya."Apa Om tidak tahu kalau menantu kesayangan Om masuk ke sel ini?" tanya Alex dengan mengangkat kedua alisnya.Subakhi terdiam. Dia hampir saja lupa, bahwa Yusuf pun ada di sini, seperti info yang didapatnya
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status