Home / CEO / Bilik Lain di Rumah Suamiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bilik Lain di Rumah Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120

145 Chapters

Sakit Hati Istri Pertama

Sakit Hati Istri PertamaYusuf memilih tidak banyak bergaul dengan narapidana lain, dan berdiam diri di sel dengan memperbanyak amaliyah yang sebelum ini banyak terbengkalai oleh pekerjaannya.Barangkali ini cara Allah, mengingatkan pria tampan itu agar kembali pada Tuhannya. Tidak lalai dan terus disibukkan oleh urusan dunia yang tak ada habisnya.Sementara di sel lain. Zaki dijemput oleh sipir untuk dipindahkan sel. Karena laporan pengacara, dan sang detektif sebagai saksi. Mengingat kasusnya adalah pembunuhan, polisi menerapkan penjagaan lebih ketat untuknya.Zaki sudah buntu. Ia tak tahu harus minta tolong pada siapa. Bahkan hingga detik ini, belum menemukan pengacara yang mau membela.***Begitu mobil yang dikemudikan Arista masuk ke area kantor polisi, Hanna langsung bergegas keluar. Tak sabar mencapai ruangan dan melaporkan apa yang sudah menimpa sang mama."Hati-hati Nyonya!" seru Arista yang baru melepas sabuk pengaman. Semen
Read more

Dua Polisi

Dua Polisi"Yang dia alami tak sebanding, bahkan tidak seujung kuku dari pada penderitaanku selama 6 bulan terakhir, dikurung dalam bilik itu." Adelia kembali bicara di tengah tatapan kosongnya."Maaf, bukan enam bulan Nyonya. Saya mendengar cerita dari satpam yang bekerja. Bahwa Tuan Yusuf belum lama menempati rumah itu.""Apa maksudmu?" Adelia menoleh cepat. Seolah tak terima pernyataannya dibantah."Saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar. Em, itu saja. Maaf jika tidak berkenan." Suara Bean melemah. Takut jika majikannya itu marah karena kebenaran yang diungkapkan.Setelah beberapa detik menatap wajah Bean, yang tampak dari sisi kiri itu, Adelia melengos. Kembali menatap jalanan yang tak berujung di luar mobil. Menatap keramaian manusia yang sudah lama tak ia saksikan.Pikirannya mengembara. Sebenarnya dia sudah memahami hati Yusuf, bukan miliknya. Pria itu membawanya meski telah pindah rumah pasti karena ingin melindungi, bukan kare
Read more

Hal Tak Terduga

Hal tak Terduga"Hehm. Kudengar kamu akan sidang besok." Alex menyandar di dinding, di mana Yusuf duduk di sebuah kursi tak jauh darinya."Argh! Sial! Padahal aku senior di sini. Masuk lebih dulu sebagai narapidana. Malah dapat giliran belakangan," keluh Alex yang merasa kecewa.Meski kenyataannya, ia sadar, bahwa antara dirinya dan Yusuf memiliki loyalitas dari orang sekitar dengan kadar yang berbeda.Bukan hanya seorang Presdir yang memiliki kekuasaan sendiri, Yusuf bahkan memiliki orang tua sehebat Eksha. Belum lagi dari pihak keluarga Hanna. Mereka juga pasti tak akan tinggal diam membiarkan Yusuf berlama-lama dalam penjara.Yusuf tampak tenang. Masih tak ingin terpancing dan meladeni omong kosong pria yang tergila-gila pada istrinya, Hanna.Alex menyesap rokok yang didapat dari narapidana lain, memainkan asap-asapnya, sambil sesekali melirik ke arah Yusuf dengan senyum masam.Yusuf masih tampak tenang dengan buku yang dipegang. M
Read more

Baby Blues

Baby BluesPolisi dengan cepat bergerak masuk ke dalam mobil mereka."Pak, tolong hati-hati, Nyonya Adelia baru beberapa hari ini melahirkan." Bean mengucap pada polisi.Polisi menatap wajah pemuda itu sejenak tanpa bicara apa pun, menyelidik ekspresinya."Ayo!" ajak rekannya yang sudah siap menjalankan mobil."Ah ya," sahutnya yang kemudian mengabaikan ucapan Bean.Pria yang merasa tak dianggap itu mengacak rambut kasar. Seolah ia frustrasi dengan kejadian di depannya. Tugasnya adalah menjaga Adelia, sejak kemarin ia telah berusaha keras dan hati-hati, bahkan menuruti semua kemauan Adelia yang menurutnya sudah melampaui batas dan gila.Namun, pada akhirnya ia lengah dan kecolongan. Entah, bagaimana jika nanti terjadi sesuatu pada wanita itu."Bean, apa yang terjadi?" tanya Arista yang sudah berada di sampingnya.Perempuan yang mengenakan pakaian syari itu bisa melihat kecemasan di wajah rekannya."Ini gila! Ini b
Read more

Firasat

FIRASATSemua orang menunggu dengan cemas kabar Adelia, yang telah kabur. Hanna yang duduk memeluk sang mama, karena masih lekat rasa khawatir dan kehilangan setelah kejadian sebelumnya. Lalu Arista yang bersiaga, di sekitar istri kedua Yusuf itu.Ada Zidan yang bertahan di sana, sementara Subakhi dan detektif sewaannya pergi ke kantor polisi, mengurus Adelia yang mungkin sudah mereka tangkap.Zidan memilih tinggal karena berjaga-jaga, polisi akan kembali menjemput Bean, sekaligus menjaga Bean agar tak kabur dari tanggung jawabnya yang telah berani mengurung sang mama.Di waktu yang sama, datang sebuah mobil mewah lain. Semua orang sontak melihat ke arah mobil yang tengah berhenti di depan pos satpam.Agak lama. Sampai orang-orang yang melihat dari ruang tamu heran.Bean segera bangkit, penasaran, siapa tamu yang membuat satpam di rumah majikannya, tidak segera membiarkannya masuk dan terkesan menginterogasi.Namun, dengan cepat Zidan
Read more

Hasil Test DNA

Hasil Test DNARisa tak sabar, selain ingin bertemu Hanna, ia juga ingin melihat cucunya yang lahir dari rahim Adelia, yang dia pikir itu pasti anak Yusuf. Meski tak tahu, siapa ayah kandungnya antara dia dan dokter Zaki.Namun dalam pikiran Risa, mana mungkin Yusuf tak pernah menyentuh Adelia? Rasanya mustahil. Meski sebenarnya dia sendiri lebih suka, mereka tak pernah melakukan itu. Walau bagaimana masih ada ikatan keluarga yang terlalu dekat, dan sudah menjadi tradisi dalam keluarga, kalau sepupu tak boleh menikah dengan sepupu."Assalamuallaikum," ucap Risa sambil menenteng makanan di tangan.Wanita yang memakai pakaian panjang itu, masih memiliki perasaan sungkan karena melihat keluarga besannya memakai pakaian muslimah yang jauh lebih tertutup darinya. Alhasil, dia yang tak pernah mengucap salam, kini dengan ragu mengucap."Waallaikumussalam." Hanna yang pertama kali menyambut wanita paruh baya tersebut.Matanya beralih fokus, kala ia
Read more

Kamar Mayat?

Kamar Mayat?"Adelia kecelakaan?" Mata Hanna melebar. Lalu menatap sang mama yang juga sedang menatapnya penuh tanya.'Ya Rabb, kalau begitu bagaimana dengan bayinya?'"Kita harus bergegas ke rumah sakit sekarang!" Hanna menoleh pada Arista, seolah memberi kode perempuan itu untuk mengantar."Kita sama-sama saja!" celetuk Risa."Hah?" Hanna menatap wanita itu, ia bisa menangkap harapan di matanya. Ucapan barusan adalah sebuah pernyataan yang lebih dari tawaran. "Ahm, ya. Mi." Hanna mengangguk cepat."Mas, Ma. Hanna pergi dulu, ya," pamitnya pada Zidan dan Nyonya Subakhi.Keduanya mengangguk. Meski sangat muak melihat kelakuan Adelia, mereka tak mungkin melampiaskan pada bayi merah tanpa dosa."Hati-hati, Na!" pesan sang mama."Mama gak papa aku tinggal?" tanya Hanna sembari mencium tangan wanita paruh baya tersebut. Wanita itu kemudian menggeleng."Nggak papa, Na. Mama justru khawatir sama kamu. Baru sampe rumah u
Read more

Mendapat Pertolongan

Mendapat PertolonganHanna bergerak cepat diikuti Risa. Mata mereka melihat satu per satu papan kecil sebagai penanda satu ruangan dengan ruangan lain. Namun, sejauh mata memandang, Hanna ataupun mertuanya tak melihat 'kamar jenazah.'Sang suster yang tahu, bahwa mereka akan kesulitan menemukan ruangan tersebut, akhirnya mengikuti guna membantu menunjukkan jalan."Lewat sini, Bu." Wanita berpakaian warna putih itu menunjuk koridor sebelah kanan."Ya." Hanna pun mengikutinya."Kalau ponakan saya meninggal, kenapa tidak diberikan keluarga, Sus?" tanya Risa keheranan. Apa gunanya meletakkan Adelia di kamar mayat? Jelas-jelas keluarganya ingin mengurusnya."Eum, itu polisi yang mengurus, Bu. Entah untuk otopsi atau hal lain, saya tak mengerti. Tapi ... biasanya kalau otopsi itu ada kasus sebelum kecelakaan." Sang suster yang tak tahu persis kenapa polisi yang membawa wanita itu menelengkan kepala. Seolah tengah berpikir.Hanna paham maksu
Read more

Azab: Rasa Sakit yang Sama

Azab: Rasa Sakit yang Sama"Apa tidak apa-apa jika Zaki pergi dari lapas?""Anda tak perlu memikirkan itu, Tuan. Waktu kita tak tak banyak." Pengacara tak ingin kehilangan banyak waktu. Ia pun kemudian menyentuh lengan Yusuf dan berniat membawanya pergi, sebagai penekanan bahwa mereka harus bergegas."Masih ada asisten dokter Zaki, yang bisa memberikan saksi."Namun, dengan cepat Yusuf menepis tangan pria berpakaian rapi dan telah siap dengan berbagai macam pembalaan untuknya itu."Tunggu." Yusuf tampak berpikir."Ya, Tuan?" Pengacara itu pun akhirnya menyerah, dan memutuskan mendengar apa yang ingin kliennya katakan."Bagaimana kalau ini hanya alibi Zaki agar dia kabur?" Yusuf bertanya dengan nada khawatir."Em, soal itu. Memang harus diwaspadai sejak awal oleh polisi. Mereka yang memutuskan membawanya keluar, pasti juga sudah memikirkan kemungkinan tersebut." Pengacara coba menenangkan Yusuf sambil melihat ke arah arloji yang
Read more

Tamu yang Mengejutkan

Tamu yang Mengejutkan"Apa yang harus kita lakukan, Dok?" tanya seorang perawat yang memegangi tubuh Zaki. Dokter dan kini seorang pasien di sebuah rumah sakit."Tunggu sampai obatnya bereaksi. Setelah melihat riwayat pasien, rupanya dia tak hanya terganggu psikisnya, tapi juga ginjalnya sudah dipenuhi sisa obat.""Apa, Dok?" Perawat tampak terkejut. Nyaris tak percaya. Apa mungkin itu efek obat? Tapu bukankah Zaki seorang dokter, pasti dia tahu dosis yang boleh dan tidak diknsumsi.***Persidangan pertama telah usai. Pengacara tersenyum puas. "Selamat, Tuan. Anda telah melakukan yang terbaik."Yusuf meraih tangan pengacara itu. Sang pengacara tersenyum, tapi tak lama ia terkejut kala Yusuf menarik tubuh dan memeluk. Dua bola matanya melebar. Ini kali pertama pria itu dipeluk klien yang sebelumnya dikenal dingin, dan terkesan tak terlalu peduli pada perasaan orang lain.Sementara dalam hati Yusuf, ia bersyukur sang pengacara berpihak
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status