Semua Bab Bilik Lain di Rumah Suamiku: Bab 121 - Bab 130

145 Bab

Canggung yang tak Berujung

Canggung yang tak Berujung"Apa yang terjadi?" tanya seorang pria pada Adelia yang tidur di atas ranjang.Pria yang juga sahabatnya dan Dokternya Enriq yang sebelum ini berpapasan dengan Adelia di rumah sakit."Aku dicampakkan suamiku, Hen." Adelia menjawab, seiring air mata yang jatuh ke pipi. "Pria yang kupikir tak akan pernah menduakanku, dan setia berada di sisiku untuk menjaga. Tapi ...." Tangisnya makind deras sampai ia tak bisa meneruskan kata-katanya."Siapa maksudmu? Yusuf? Bukankah dia pria baik? Tak mungkin dia menyakitimu.""Ceritanya panjang." Kini Adelia menatapTubuhnya tampak lemas dengan beberapa luka dj tubuhnya. Ditambah benturan-benturan saat kecelakaan membuatnya merasakan nyeri di seluruh tubuh."Maaf kalau aku repotin kamu.""Ck. Pakai aku kamu. Haha." Dokter itu terkekeh.Adelia tampak lebih emosional dari gadis yang dikenalnya dulu. Waktu dan kesulitan telah mengubah dirinya, gadis ceria yang bic
Baca selengkapnya

Bahagia

BAHAGIAYusuf sendiri, ia tampak tenang di depan Mami ataupun istrinya. Tak ingin merusak suasana, euforia bebas dari lapas, dengan kecanggungan yang seolah tak berujung di depan orang tua kandungnya itu."Em, sebaiknya kita makan malam dulu, Mas." Hanna menengahi. Tak ingin wanita yang sudah terlalu baik padanya itu terlihat sedih.Sontak saja Yusuf menoleh, mendengar apa yang Hanna ucap. Wanita itu berusaha menahannya agar tak buru buru pergi dari rumah ini. Itu artinya dia harus makan satu meja dan berbincang dengan Eksha. Itu bukan hal mudah buat Yusuf."Dek. Yang benar saja," bisik Yusuf protes."Eum. Tak apa kalau memang kalian ingin pulang. Mami bisa maklum, mungkin karena lama tak bertemu. Jadi ...." Ucapan wanita paruh baya itu segera dipotong Naima."Ah, bukan begitu, Mi." Hanna menggeleng berkali kali dengan cepat sambil menggerakkan dua tangan, sebagai penegasan bahwa yang dipikirkan mami mertua tidak benar.Namun, berbeda
Baca selengkapnya

Pasangan yang Terdzolimi

Pasangan yang Terdzalimi"Gimana?" tanya Arista sambil mengeluarkan bundelan dari perutnya.Perempuan itu terpaksa memakai perut palsu berisi karet, agar tampak hamil, untuk bisa masuk melihat isi ruangan klinik dokter Henry. Pria yang kini menampung Adelia.Untung saja, asisten dokter itu tak memaksanya untuk melihat kondisi janin dengan USG, dengan alasan perutnya terasa mual jika disentuh. Arista bahkan meragukan sebelum melakukan itu, apa perawat itu akan percaya. Namun, tanpa ia duga sang perawat mengatakan hal itu bisa saja terjadi karena bawaan ibu ngidam itu beda-beda."Semoga di trimester tiga, udah gak mual lagi ya, Bu. Karena waktu melahirkan mau gak mau ada dokter dan perawat yang menangani Ibu."Arista manggut-manggut saja menanggapinya."Itu kenapa gak dilepaa sekalian?" tanya Bean menggoda."Hiss!" Arista mencebik. Mana mungkin dia melepas perut palsunya di depan Bean. "Jangan omes ya!""Hahaha. Bean tertawa."
Baca selengkapnya

Sebuah Kode Keras

Sebuah Kode Keras"Cepatlah! Ikuti mobil mereka. Kita perlu tahu apa yang sebenarnya Adelia rencanakan." Arista menyeru. Untuk menguasai dirinya dan mencairkan suasana yang sempat singgah di antara mereka."Ah, ya!" Bean menyahut cepat. "Ayo kita bekerja!"Pria itu mengikuti kemauan rekannya, dan segera melajukan mobil agar tak kehilangan jejak Adelia di depan sana. Bean sendiri mendadak merasa canggung pada wanita di sampingnya. Akan lebih mudah menghadapi Arista yang ceplas-ceplos dan menolaknya dibanding menghadapi wanita itu dalam kondisi malu-malu seperti sekarang.Mobil yang mereka tumpangi terus bergerak, lebih dari dua puluh menit dan belum juga ke tempat tujuan."Ke mana mereka kira-kira?" celetuk Arista yang membuat Bean terhenyak dari lamunan."Ah?" Pria itu menoleh sejenak, sebagai respon atas pertanyaan rekan kerjanya."Mungkin ke suatu tempat untuk merayakan pertemuan mereka.""Apa menurutmu mereka memiliki hubung
Baca selengkapnya

Dia Bukan Anakku

Dia Bukan Anakku"Wah, benar. Tujuannya adalah rumah Tuan Eksha." Bean mengucap sambil menajamkan pandang ke arah mobil yang bergerak memasuki kawasan rumah elit."Iya, kalau ke sini beloknya, memang rumah siapa lagi yang dituju kalau bukan rumah omnya." Arista menimpali."Hem. Ya. Telepon lah, Tuan Yusuf. Dia perlu tahu ini." Bean meminta pada Arista."Ya, kamu benar. Tuan Yusuf perlu tahu," timpalnya sembari merogoh ponsel di saku gamisnya.Namun, setelah melakukan panggilan beberapa kali tak ada jawaban dari ujung telepon. Padahal panggilan itu telah tersambung."Kenapa? Tak dijawab?" tanya Bean melihat wajah Arista yang kecewa."Yah." Arista mendesah panjang karena kecewa."Lalu, bagaimana? Apa kita halangi mereka masuk?" tanya Bean."Sudah terlambat, lagi pula mereka perlu bicara setelah Nyonya gila itu kabur.""Ck. Sepertinya kamu sangat membencinya," gumam Bean.Arista hanya melirik tak suka mendenga
Baca selengkapnya

Hikmah Kehidupan

Hikmah KehidupanEmosi dalam diri Adelia, membuat wanita itu tanpa sadar menekan tangannya di tubuh sang bayi, hingga sosok mungil di tangannya mengalami kesakitan dan menangis.Semua orang seketika menoleh pada Adelia. Risa yang merasa ada sesuatu teremas nyeri dalam hatinya, kala mendengar tangis bayi itu, segera mengambil kembali bayi dalam gendongan Adelia.Karena Bundanya fokus pada pernyataan Yusuf, ia tak sadar, dan dengan mudah, tanpa perlawanan tubuh bayi sudah beralih ke tangan neneknya lagi."Kamu seharusnya tak menyakiti bayi ini." Risa menyalahkan Adelia.Namun, lagi-lagi pikiran wanita yang belum lama melahirkan itu kosong, ia tak menangkap apa pun nasihat yang meluncur dari mulut tantenya.Eksha yang sempat berempati kini turut muak melihat tingkahnya. Jika dia saja bisa berlaku begitu pada bayinya di depan semua orang, bagaimana nanti jika dia membawa bayi itu?Henry menatap Adelia dalam, berusaha menyelidik apa yang d
Baca selengkapnya

Tak Lagi Sombong

Tak Lagi SombongZaki menatap langit-langit kamar tempat di mana ia tengah dirawat. Kamar pasien yang hanya berukuran dua kali tiga meter. Ia melihat kamera CCTV dan berpura-pura tak terpengaruh.Bangsal yang merupakan ruang perawatan bagi pasien-pasien dengan gangguan kejiwaan, ada sebanyak 6 tempat tidur dan dua kamar diantaranya adalah kamar isolasi yang diperuntukan basi pasien-pasien dengan gangguan jiwa akut. Di kamar isolasi inilah Zaki ditempatkan.Dia ditempatkan dengan pelayanan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atau biasa disebut dengan Psikiater, serta tenaga Perawat Profesional dibidangnya.Selain Profesional Pemberi Asuhan Dokter dan Perawat, kondisi Zaki juga didukung dengan tenaga kesehatan lainnya seperti nutrisionis, ahli laboratorium dan Dokter konsulen lainnya jika pasien yang bersangkutan didiagnosa penyakit selain penyakit kejiwaan.Tampaknya polisi sangat berhati-hati merawat pasien tersebut, sesuai permintaan pengacara Yusuf.
Baca selengkapnya

Masa Iddah yang Sulit

Masa Iddah yang Sulit"Dokter sudah buang air?""Ya."Perawat itu manggut-manggut. Tersenyum lega, karena tak ada masalah pencernaan pada pasien yang dijaga."Kamu mengenaliku?" Zaki menatap intens ke arah wanita yang tengah merawatnya."Ada apa, Dok?" tanya suster yang mengenakan kerudung sedada berwarna hijau.Tentu saja dia mengenal Dokter Zaki, mereka beberapa kali bertemu dalam seminar kesehatan yang diadakan beberapa rumah sakit. Dan Zaki ini merupakan salah satu dokter muda yang banyak diundang oleh penyelenggara.Sebagai teman sejawat yang sama-sama bekerja di bagian kesehatan, wanita itu hanya syok saja mendengar kabar, pria itu terkena gangguan jiwa dan banyak menelan korban.Kali ini sudah waktunya Zaki minum obat. Meski ada semacam ketakutan, dia turut kena menjadi korbannya. Wanita itu tengah memeriksa kondisi pasien yang menjadi tanggung jawabnya, dan harus ada di kamar Zaki sesuai jadwal.Zaki menggeleng.
Baca selengkapnya

Ketika Semua Terbayar Lunas

Ketika Semua Terbayar LunasPolisi menoleh, begitu terdengar gagang pintu di belakangnya bergerak. Pria itu berbalik dan menggeser tubuh, karena tahu perawat akan keluar dan melewatinya.Ia tak beranjak walau sedetik, kecuali sift jaga telah berganti. Apalagi sekarang satu rekan lain tengah izin padanya ke toilet.Dari pintu, keluarlah sosok seorang wanita yang mengenakan pakaian perawat dengan kerudung yang menutupi separuh wajah. Hal itu membuat polisi mengerutkan kening, karena merasa wanita itu terlihat aneh."Sudah selesai, Sus?"Perawat tersebut mengangguk tanpa melihat ke arah polisi. Lalu meninggalkan polisi itu begitu saja."Aneh," gumam Pria yang mengenakan baju dinas, sebuah jaket dengan lambang lembaga kepolisian.Instingnya sebagai seorang polisi terpancing. Matanya menyipit melihat cara jalan wanita itu yang berbeda dari sebelumnya."Apa dia sakit?"Tak ingin kecolongan, ia pun membuka kembali pintu yang su
Baca selengkapnya

Melepas Tembakan

Melepas TembakanZaki yang mengenakan pakaian perempuan, tersengal-sengal sepanjang pelarian, karena merasa letih. Tak tahu ke mana harus bersembunyi. Dia pun memutuskan ke bangsal terakhir. Berharap tak ada seorang pun di sana, dan kemudian bisa kabur dari celah-celah ruangan.Merasa kesal dan risih karena pandangannya terganggu oleh kerudung yang dikenakan, ia pun menarik kain penutup itu dengan kasar dan melemparkan asal.Ia lalu memecahkan kaca berisi kapak yang menempel di dinding dengan sebuah penyemprot api , lalu mengambil benda itu untuk berjaga-jaga ketika bertemu petugas."Lihat saja, jika kalian berani menyentuhku. Aku akan membunuh kalian," dengkusnya dengan amarah yang memuncak, hingga rasa takutnya akan tertangkap dan mendapat hukuman lebih berat menghilang.Zaki terus berjalan, menuju bangsal terakhir. Mendobrak paksa pintu dan masuk perlahan ke sana. Tanpa ia sadari ada lampu merah berkedip-kedip menandakan sebuah CCTV aktif tengah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status