BAHAGIAYusuf sendiri, ia tampak tenang di depan Mami ataupun istrinya. Tak ingin merusak suasana, euforia bebas dari lapas, dengan kecanggungan yang seolah tak berujung di depan orang tua kandungnya itu."Em, sebaiknya kita makan malam dulu, Mas." Hanna menengahi. Tak ingin wanita yang sudah terlalu baik padanya itu terlihat sedih.Sontak saja Yusuf menoleh, mendengar apa yang Hanna ucap. Wanita itu berusaha menahannya agar tak buru buru pergi dari rumah ini. Itu artinya dia harus makan satu meja dan berbincang dengan Eksha. Itu bukan hal mudah buat Yusuf."Dek. Yang benar saja," bisik Yusuf protes."Eum. Tak apa kalau memang kalian ingin pulang. Mami bisa maklum, mungkin karena lama tak bertemu. Jadi ...." Ucapan wanita paruh baya itu segera dipotong Naima."Ah, bukan begitu, Mi." Hanna menggeleng berkali kali dengan cepat sambil menggerakkan dua tangan, sebagai penegasan bahwa yang dipikirkan mami mertua tidak benar.Namun, berbeda
Baca selengkapnya