Pintu lift terbuka. Aku melangkah cepat lebih dulu saat melihat Devan sudah berada di lobby. Sepertinya Devan sedang menghubungi seseorang. Pria itu melambaikan satu tangannya padaku. Devan mengakhiri panggilan ponselnya ketika aku sudah berada di dekatnya. "Sudah makan siang?" tanyanya padaku. "Sudah. Oh, ya, terima kasih kiriman makan siangnya," balasku. "Kamu suka?" "Suka," sahutku seraya melempar senyum padanya. Aku mengulum senyum ketika melihat perubahan pada raut wajah Mas Dewa. "Kita berangkat sekarang, Dev?" "Tunggu sebentar, aku sedang menunggu seseorang." "Ok. Baiklah." "Saya ambil mobil dulu, Pak, Saya dan Zahra jalan duluan saja," ujar Mas Dewa membuatku terkesiap. "Silakan. Nanti saya kirim alamatnya. Tapi Zahra ikut saya," sahut Devan tegas seraya melirikku. Mas Dewa tak mungkin membantah. Sementara raut wajah suamiku itu tampak semakin kesal. Terdengar beberapa kali dia menghembuskan napas kasar. Dengan langkah gontai suamiku itu berjalan menuju parkira
Baca selengkapnya