"Selamat Pagi Pak Dewa, perkenalkan karyawan baru kita bernama Mbak Zahra Fatma. Menurut Pak Devan, untuk sementara Mbak Zahra menggantikan Mbak Liana sebagai sekretaris di sini." Mata Mas Dewa membelalak. "Apaa? Zahra?" Spontan Mas Dewa menyebut namaku. "Oh, Pak Dewa sudah kenal?" "B-belum, belum, kok. Mari, silakan duduk!" Mas Dewa gugup, sama sepertilku. Pantas saja aku merasa tidak asing ketika mendengar nama perusahaan Giant House ini. Sepertinya beberapa kali aku pernah membaca tulisan Giant House pada barang milik Mas Dewa. "Silakan, Mbak Zahra. Saya tinggal dulu!" "Baik, Pak." Beruntung aku bisa langsung menyesuaikan diriku dari kegugupan. Dengan menarik napas panjang, berusaha tenang, perlahan duduk pada kursi tepat di hadapan Mas Dewa. "Mimpi apa aku semalam, istriku sendiri menjadi sekretarisku," ucap Mas Dewa dengan seringainya. "Aku harap kita bisa profesional," tegasku. "Zahra ... zahra ... kamu cuma sekretaris di sini. Sedangkan aku manager. Kamu nggak bis
Read more