Home / Pernikahan / Air Mata Maduku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Air Mata Maduku: Chapter 21 - Chapter 30

105 Chapters

Kamu Masih Istriku

"Sstt .., Frans, Pak Dewa galak, ya?" tanyaku setengah berbisik pada pria yang bernama Frans di sebelahku. Frans menggeleng. "Nggak biasanya Pak Dewa seperti itu." "Owh ..." balasku lagi. Hingga siang aku terus melakukan tugas dari Devan. Beberapa kali aku memergoki Mas dewa memperhatikanku dari ruangannya yang berdinding kaca. Sepertinya Suamiku itu sengaja membuka tirai pada salah satu sisi kaca yang berhadapan langsung denganku. Mungkin dia tak menyangka aku bisa mengerjakan semua ini. Mungkin dia tak menyangka aku bisa diterima di perusahaan ini. Zahra yang selama ini dia anggap sebagai wanita bodoh dan sederhana, hanya mampu mengurus rumah tangga dan tak mengerti apapun tentang pekerjaan kantor. Tanpa sadar aku mengulum senyum. "Ngapain senyum-senyum?" Aku terlonjak saat mendengar suara mas Dewa yang ternyata sudah berada di belakangku. "Apa kamu benar-benar mengerti tentang pekerjaan ini, Zahra?" tanyanya dengan nada meremehkan. Suamiku itu membungkukkan sedikit badan h
Read more

Kau Berbeda

POV Dewa Zahra mengizinkan aku menikah lagi asalkan dia diizinkan bekerja. Sebenarnya aku sangat keberatan. Namun, biarlah dia bekerja, dari pada minta cerai. Bagaimanapun juga Zahra adalah istri yang baik. Dia mengurusku dengan baik. Bukan hanya itu, Zahra juga mengurus Ibuku dengan baik. Jika dia aku ceraikan, lalu siapa nanti yang merawat ibu. Liana? Mana mungkin wanita manja itu bisa merawat ibu? Mengurusku saja dia tidak becus. Kalau saja di perutnya itu tidak ada anakku, rasanya aku tidak sudi menikahinya. Liana hanya kesenangan sesaat untukku. Ternyata jika dirumah pun dia tak menarik sama sekali. Apalagi sejak hamil, penampilannya makin memuakkan. Dia hanya menarik jika berdandan tebal dan memakai pakaian seksi. Zahra, sebenarnya istriku itu mau kerja apa sih? Memangnya dia punya pengalaman kerja? Sebagai seorang manager di kantor, aku bisa menilai seseorang dari kesehariannya. Wanita seperti Zahra ini mana bisa kerja di kantoran. Jika diterima pun, cocoknya Zahra itu jadi
Read more

Kamu Membuatku Gila

POV DewaLagi-lagi aku ternganga ketika melihat Zahra berjalan dengan laki-laki lain. Wanitaku itu melangkah bersisian dengan Pak Devan-CEO perusahaan ini. Kenapa rasanya sangat sakit melihat Zahra dekat dengan pria lain. Terlebih pria itu adalah atasanku. Rasanya dadaku bergemuruh. Dadaku terasa panas membara, aku terbakar api cemburu yang sangat dahsyat. Kedua tanganku mengepal. Andai saja pria itu bukanlah Pak Devan, sudah kuhabisi dia. Lihatlah, semua orang kantor memandang heran pada mereka berdua. Selama ini aku tak pernah melihat Pak Devan sedekat itu dengan wanita. Apalagi dengan karyawan kantor ini. Mereka nampak begitu akrab dan sama sekali tidak canggung. Ada hubungan apa di antara mereka. Lagi-lagi darahku seakan mendidih. Zahra benar-benar menguras emosiku hari ini. Diam-diam aku turun hendak mengikuti mereka. Mungkin saja mereka makan di restorant seberang. Mana mungkin Pak Devan makan di kantin karyawan. Biasanya jika tidak ada meeting di luar, bos aku itu justru hanya
Read more

Makan Siang bersama Devan

[Ingat Zahra! Kamu masih Istriku!] Aku tersenyum membaca pesan dari Mas Dewa. Pesan yang tersirat penuh penekanan dan emosi yang memuncak. Dari sudut mataku, nampak Mas Dewa mengikuti aku dan Devan hingga ke lobby. Devan membukakan pintu mobil untukku. Kami duduk berdua di kursi belakang. Dari balik kaca mobil ini aku bisa melihat wajah Mas Dewa berubah menjadi merah padam, rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal. Rasanya sangat puas membuat suamiku itu marah. Agar dia tahu seperti apa rasanya dikhianati. Bagaimana rasanya jika disakiti. Aku tak pernah mengatakan padanya seperti apa rasanya. Tapi aku menyampaikannya dengan caraku. "Ada apa, Zahra? Kenapa senyum-senyum?" Spontan aku menoleh pada Devan yang ternyata memperhatikanku sejak tadi. "Eh, tidak, tidak apa-apa. Karyawan di kantormu ramah-ramah," jawabku. Devan terkekeh. Sepertinya dia tahu bahwa itu bukan jawaban sebenarnya. "Bagaiman dengan Dewa? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" "Oh, baik. Baik, kok." "S
Read more

Zahra dan Pajero Sport

Sepanjang jalan pulang ternyata aku tertidur. Betapa malunya aku saat terjaga ternyata posisi kepalaku bersandar pada bahu Devan. "M-maaf, aku nggak sengaja." ucapku gugup dan langsung menggeser tubuhku yang ternyata sejak tadi menempel dengan laki-laki itu "Its oke! Kalau kamu nyaman, nggak masalah dilanjutkan!" sahut Devan dengan wajah serius. "Ah tidak. Tidak usah. Terima kasih," balasku tanpa menoleh padanya. Rasanya ingin keluar saja dari mobil ini, jika tidak ingat saat ini kami berada di tengah jalan tol. Mobil Devan memasuki komplek perumahan tempat aku tinggal. Sesekali Aku memberi petunjuk arah pada pak supir. Akhirnya mobil pajero sport berwarma putih milik Devan berhenti tepat di depan pagar rumahku. Devan hendak turun, namun aku cegah karena aku melihat Liana sedang berada di teras. Tentunya dia akan mengenali Devan. "Dev, terima kasih sudah antar aku sampai rumah. Maaf aku nggak bisa nawarin kamu mampir. Sepertinya suamiku tidak ada di rumah." "Oh, its oke. Lain
Read more

Kamu Milikku

PLAAK ! "Jaga bicaramu!" Ups! Sebuah tamparan mendarat cantik di pipi kemerahan milik Liana. Tamparan yang begitu keras dari Mas Dewa mengakibatkan luka pada sudut bibir Liana hingga mengeluarkan sedikit darah. Tubuh Liana terhuyung ke samping. Beruntung wanita yang selalu berpakaian serba terbuka itu mampu menyeimbangkan tubuhnya hingga tak sampai terjatuh. "Maaass ... kamu tega menamparku? Kamu membela perempuan itu? Perempuan yang kamu bilang tidak pernah kamu cinta?" Suara Liana bergetar, tubuhnya gemetar hebat. Isak tangis mulai terdengar dari mulutnya. Apaa? Liana bilang Mas Dewa tidak pernah mencintaiku? Mas Dewa mengatakan itu pada Liana? Sementara Mas Dewa hanya terpaku menatap Liana dengan rasa bersalah. Dari matanya terpancar raut penyesalan yang mendalam. "Li, m-maaf ... maafkan A-aku ...!"lirihnya. Liana berlari keluar dari kamar ibu. Mas Dewa mengejarnya. Huh! Mulai drama lagi! Ibu yang berada tepat di sampingku, dengan satu tangannya menyentuh dan mengusap
Read more

Gara-gara Devan

Pagi menyapa. Seperti biasa sejak subuh aku sudah terjaga, membuatkan sarapan untuk Ibu, kemudian memandikan dan menyuapi beliau makan. Tanpa pamit pada Mas Dewa yang masih di kamar bersama istri barunya itu, aku berangkat lebih pagi karena hendak mampir menemui Andri di tempat kerjanya. Kebetulan temanku itu semalam dinas malam dan pulang pagi ini. Jadi, Andri bisa membantuku memeriksakan teh itu di laboratorium. "Aku minta hasilnya secepatnya, An!" "Aku usahakan." Setelah selesai menemui Andri, Aku segera berangkat menuju kantor dengan taksi online. Beruntung perjalanan lancar hingga aku tiba di kantor tepat waktu. Aku melangkah hendak menuju lift karyawan yang terlihat penuh dan antri. Hampir semua karyawan yang sedang mengantri di depan lift memandangku seraya saling menyenggol dan berbisik. Astaga! Ini pasti gara-gara kemarin aku jalan berdampingan dengan Devan di depan semua karyawan. Aku mengangguk ramah ketika sudah berada tepat dihadapan mereka. Sebagian dari mereka me
Read more

Ada Apa Dengan Hatiku

S-selamat p-pagi, P-pak Devan!" Aku menoleh pada seseorang yang baru saja datang. "Silakan duduk Dewa! Sudah sarapan?" "S-sudah, Pak. Terima kasih," sahut Mas Dewa yang kemudian menjatuhkan bobotnya di sofa, menunggu kami selesai sarapan. Mas Dewa terlihat gugup. Namun matanya berkali-kali melirik padaku. Kedua tangannya saling meremas. Dadanya naik turun. "Makan yang banyak, Zahra!" ucap Devan seraya menambahkan sepotong roti ke dalam piringku." Aku hanya tersenyum melihat sikap Devan yang semakin hari semakin membuatku tak karuan. "Oh ya, Zahra, kamu harus coba steak salmon ini." Devan memotong steak salmon di piringnya. "Steak Salmon? Enakkah?" tanyaku. "Enak banget. Cobain, deh ini!" Aku tersentak saat Devan memberikan potongan steak salmon tadi ke mulutku.Aku menerima suapan dari Devan. "Hmmm, beneran enak banget ini." gumamku seraya menikmati rasa lembut dan citarasa gurih dan sedikit manis yang timbul di dalam mulutku. Kemudian Devan kembali menaruh beberapa steak
Read more

Kobaran Api Cemburu

Aku tersentak saat tiba-tiba pintu lift mulai terbuka. Namun Mas Dewa tak menghiraukan. "Lepas, Mas! liftnya terbuka!"desisku. Namun Mas Dewa justru semakin merapatkan tubuhnya padaku dan menatapku penuh amarah. Napasnya menyapu hangat wajahku. Saat ini nyaris tak ada jarak diantara kami. "Astaga ...! Pak Dewaaa ...!" Seorang karyawati berambut pendek menjerit ketika melihat kami berdua.Spontan Mas Dewa melepaskanku. "Dewi .... dewi ....!" Mas Dewa langsung mengejar karyawati yang dipanggil Dewi itu olehnya. Aku merasa lemas. Selama menikah dengan Mas Dewa, baru kali ini suamiku itu bersikap seperti tadi. Begitu cemburukah dia? Kenapa harus cemburu jika dia tidak pernah mencintaiku? Masih merasakan shock akan kejadian di lift tadi, perlahan aku melangkah ke mejaku melewati beberapa kubikel karyawan. Tiba-tiba langkahku terhenti saat mendengar seseorang menyebut nama-nama yang tidak asing di telingaku. "Lo harus hati-hati, Liana, Pak Dewa kayaknya suka sama karyawan baru yan
Read more

Kamu Kekasihku

Makan siang kiriman dari Devan telah habis kusantap. Pria itu selalu saja membuatku tersanjung dan senyum-senyum sendiri. Sikapnya yang selalu manis nyaris membuatku berpikir yang seharusnya tidak pantas aku pikirkan. Astaga! Apakah Devan sudah memiliki istri? Bagaimanapun juga, aku nggak mau sikap Devan padaku sampai mengganggu rumah tangga mereka. Aku tak ingin ada salah paham hingga menyakiti hati istrinya kelak. Aku sangat mengerti seperti apa rasanya. Aku harus memastikan apakah Devan sudah menikah atau belum. Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang. Sebaiknya aku bersiap-siap untuk turun ke lobby. Jangan sampai Devan menunggu lebih lama. "Frans, bareng!" Aku mempercepat langkahku saat Frans juga akan masuk ke dalam lift. Aku memang sengaja menghindar dari Mas Dewa. Tak ingin kejadian di dalam lift tadi terulang kembali. "Ayo, Zahra!" Frans menahan pintu lift menunggu aku masuk. "Tunggu!" Aku terlonjak saat mendengar suara Mas Dewa di belakangku. "Kamu duluan saja, F
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status