Semua Bab Prahara Sang Pengacara : Bab 1 - Bab 10

15 Bab

Bab 1. Tragedi Sherly

"Permisi!" ucap Zerlina sambil mengetuk pintu kayu yang ada di depannya. "Sher …. Sherly!" seru Zerlina lebih keras lagi sambil terus mengetuk pintu itu. Ketukan yang semakin lama semakin berubah gedoran karena si penghuni rumah tidak juga membukakan pintu. Zerlina merasakan tangannya mulai sakit, dia menghentikan untuk mengetuk pintu dan membuka tas selempang untuk mencari sesuatu di dalamnya. Sedangkan mulutnya masih terus memanggil Sherly. "Yes! Ketemu." Ternyata Zerlina mencari koin yang rencananya akan digunakan sebagai alat pengganti untuk mengetuk jendela kaca di sebelah pintu kayu. "Sherly!" teriak Zerlina sambil mengetuk jendela menggunakan koin itu. "Tidak mungkin dia tidak mendengar ketukan pintu ini," gumam Zerlina yang masih terus mencoba memanggil serta mengetuk pintu dan jendela. "Ada yang tidak beres ini." "Do, lo udah pasang CCTV yang gue suruh, kan?" tanya Zerlina pada seseorang di seberang telepon genggamnya dengan suara pelan. Walaupun dia yakin tidak ada
Baca selengkapnya

Bab 2. Sherly Keguguran

"Lo dimana sekarang?" tanya Edo pada Zerlina melalui telepon genggamnya. "Gue masih di rumah sakit," jawab Zerlina lalu menceritakan secara singkat keadaan Sherly. "Ya udah, gue ke rumah sakit sekarang dan Lo jangan kemana-mana sebelum gue datang," ancam Edo pada Zerlina dan menyudahi pembicaraan mereka. Sementara itu, Zerlina masih berada di rumah sakit memantau perkembangan keadaan Sherly. Zerlina mencoba untuk menghubungi kedua orang tua Sherly untuk memberitahukan keadaan Sherly. Sekarang Sherly sedang berada di ruang ICU dengan keadaan kritis. Niatnya urung dilakukan saat dia melihat suster yang keluar dari ruang ICU. "Bagaimana keadaan pasien, Sus?" tanya Zerlina pada suster itu. "Dengan keluarga pasien?" tanya suster itu. "Bukan, Sus. Saya pengacara Ibu Sherly dan orang yang membawanya ke sini," jelas Zerlina pada suster itu agar mau memberikan penjelasan bagaimana keadaan Sherly. "Saya membutuhkan persetujuan tindakan kuretase secepatnya karena keadaan pasien yang seda
Baca selengkapnya

Bab 3. Latar Belakang Hilangnya Orang Tua Sherly

Keesokan hari, Sherly sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit yang sudah terjadi. Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, Sherly memilih untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya. Pihak kepolisian juga sudah meminta keterangan kronologi kejadian yang dialami Sherly. Pihak kepolisian segera mengerahkan anggota mereka untuk mencari Hendrik dan keberadaan kedua orang tua Sherly. Kedua orang tua Hendrik juga sudah dimintai keterangan perihal status DPO yang sekarang disematkan pada Hendrik. Mereka tidak percaya dengan apa yang didengarnya, karena selama ini Hendrik tidak pernah bertindak kasar dan sangat mencintai Sherly. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mama Hendrik mengenai salah satu anaknya itu. Mama Hendrik memilih untuk tidak memberitahukan pada siapa pun tentang apa yang menjadi ganjalannya. Sebagai sesama wanita, Mama Hendrik memilih menutup mata dan hati atas apa yang dialami oleh Sherly saat ini. Mama Hendrik memang tidak menyukai Sherly menjadi mena
Baca selengkapnya

Bab 4. Hukuman Untuk Hendrik

"Halo, Zerlin," sapa Edo di seberang."Ya, kenapa, Do?" balas Zerlina."Gue dapet informasi, kepolisian Klaten menemukan Hendrik. Anehnya, dia ada di RSJD Dr. RM Soedjarwadi," tutur Edo."Apa?" seru Zerlina yang terkejut dengan informasi yang baru saja diberikan Edo."Lo, gak salah info, Do?" sambung Zerlina."Makanya, gue telepon, Lo. Kita ke Klaten buat memastikan informasi itu. Gue juga dengar kalau pihak keluarga Hendrik sedang menuju kesana dan sudah menunjuk seorang pengacara," terang Edo lagi."Gak usah, Do. Gue tunggu di Jakarta aja. Lihat keadaan dulu, baru ntar gue pikirin mau bagaimana," balas Zerlina."Lo, yakin?" Edo bertanya untuk memastikan."Iya, gue yakin. Ya udah, gue mau kasih tahu Sherly dulu. Biar dia mempersiapkan mental kalau itu benar-benar Hendrik," jelas Zerlina.Zerlina segera menghubungi Sherly. Dia memberikan informasi seperti yang Edo berikan. Zerlina berharap, Sherly mampu melewati semua proses yang harus dijalaninya hingga tuntas. Tertangkapnya, Hendri
Baca selengkapnya

Bab 5. Awal Perkenalan Dengan Christy

"Hai! Selamat pagi," sapa gadis itu. "Ba--baik. Kamu siapa?" tanya Zerlina kaget. Wajah gadis itu mengingatkan pada sosok yang membuat dirinya sangat terluka. Seseorang yang sangat ingin dilupakan. Tak mau diingat tapi, masih sangat melekat di pikiran. 'Bagaimana bisa, wajahnya mirip dengan dia?' tanya Zerlina dalam hati. "Kamu kenal, Venchi?" tanya Zerlina pada gadis itu. "Ooh, jadi namanya Venchi? Bukan Ven-Ven," sahut gadis itu sambil tersenyum lebar. "Hai! Venchi. Kamu sudah lama tidak bermain kemari. Tahu ya, gak ada Luppy. Luppy sedang sakit, kemarin dia muntah-muntah jadi harus menginap di klinik Om Heru. Jadi aku tidak ada teman," ucap gadis itu sambil mengulurkan tangan dan mengusap kepala Venchi. Tentu saja hal itu membuat Venchi senang. Anjing itu langsung duduk dan memberikan tangannya pada tangan gadis itu seolah-olah mengajak bersalaman. Lalu Venchi berputar-putar di sekitar kursi roda, entah apa maunya. "Tante, dia pintar dan lucu sekali," teriak gadis itu kegi
Baca selengkapnya

Bab 6. Perselisihan Zerlina Dengan Daffa

Daffa, nama laki-laki yang dipanggil 'Om' oleh Christy. Sosok yang tiba-tiba muncul dan membuat Christy menahan rasa takutnya. Dia berpikir tidaklah mungkin Daffa melakukan hal menjijikkan menurut Christy saat ini, di muka umum. Zerlina melihat perubahan wajah dan aura pada Christy. Dari awal melihat Daffa turun dari mobil sampai Daffa yang berjalan mendekati mereka. Sangat terasa dan menyakitkan saat tadi tangan Christy mencengkram lengannya semakin mengerat. Ditambah lagi saat Christy yang melepaskan cengkraman tangan dan memindahkan posisi kruk dari kanan ke kiri. Zerlina dapat menilai bahwa Christy berusaha menghindarkan kepala dari tangan Daffa yang hendak menyentuhnya. Setelah perdebatan kecil antara Christy dan Daffa tentang siapa yang duduk di samping pengemudi, akhirnya Zerlina yang duduk di sana. Christy dengan alasan susah menempatkan kruk yang dibawa akhirnya mempertahankan keinginannya untuk duduk di bangku belakang. "Hai!" sapa Daffa mencoba memecahkan keheningan di
Baca selengkapnya

Bab 7. Awal Rencana Zerlina

Setelah mendapatkan taksi online, Christy segera menghubungi Raymond dan memberikan telepon genggamnya pada Zerlina.["Selamat malam, kenapa Christy tidak pulang bersama dengan Daffa, sahabat saya,"] tegur Raymond sebelum Zerlina mengatakan apapun.["Maaf, jika keputusan saya untuk turun dari mobil Pak Daffa membuat Anda marah. Saya mengambil keputusan itu demi keselamatan saya, termasuk Christy,"] jelas Zerlina.["Saya akan menjelaskan semuanya setelah saya sampai di rumah."]Sebelum menutup pembicaraan mereka, Zerlina meminta ijin agar Christy diperbolehkan untuk menginap di rumahnya malam ini.Raymond tidak memberikan ijin. Dia justru menyuruh Zerlina untuk langsung membawa pulang Christy."Gak boleh ya, Kak?" tanya Christy dengan berwajah muram.Zerlina hanya menganggukkan kepala dan menyerahkan telepon genggam Christy."Udah, kamu tenang aja. Kakak nanti ngomong lagi ke papa kamu." Zerlina mengamati Christy yang tampak sedang memendam permasalahan. "Kalau boleh kakak tahu, kamu t
Baca selengkapnya

Bab 8. Edo Bertemu Christy

Christy merasa sedikit lebih lega setelah berbicara dengan Zerlina. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba mengikuti saran dari Zerlina."Pa …. Papa, boleh aku masuk?" tanya Christy yang berada di depan kamar Raymond sambil mengetuk pelan pintunya."Masuk, Sayang.""Pa, aku mau tidur di sini.""Tumben minta tidur sama papa.""Sudah lama gak tidur bareng papa lagi, boleh ya, ya?" rayu Christy pada Raymond."Tentu saja boleh, Sayang. Sini masuk dan tolong kamu tutup pintunya."Dari lantai bawah sepasang telinga mendengarkan percakapan ayah dan anak. Tampak seringai dari sudut bibirnya.'Jadi, kamu berusaha kabur lagi dari gue, Yang? Baiklah, coba kita lihat sampai sejauh apa usahamu untuk kabur.' Cibir Daffa pada usaha Christy."Pa, papa percaya banget ya sama, Om Daffa?" tanya Christy yang menghadap samping ke arah Raymond sambil memeluk boneka kesayangan yang dia bawa bersamanya."Kenapa, Sayang? Tentu saja papa percaya dengan sahabat papa itu. Hanya dia lah satu-satunya oran
Baca selengkapnya

Bab 9. Malam Kelam Christy

Zerlina menghentikan perkataan Edo, dia tidak ingin sahabatnya itu melanjutkan keingintahuannya. Lalu dia mengajak Edo untuk segera pergi sesuai rencana mereka."Chris, maaf Kakak pergi dulu ya, ada kerjaan di kantor," jelas Zerlina pada anak remaja yang sudah dianggap sebagai adiknya itu. Begitu pula pada Christy yang sudah merasa nyaman bersama Zerlina."Iya, Kak."Edo dan Zerlina naik ke mobil Zerlina. Edo diantar pulang sampai ke rumahnya. Kebetulan rumah laki-laki itu tak jauh dari kantor Zerlina. Edo segera ingin mencari tahu lebih detail tentang Daffa, sedangkan Zerlina bergegas menuju ke ruangan atasannya.Rencana Christy setelah selesai home schooling adalah bertemu dengan Zerlina. Sebenarnya, dia masih ada ganjalan hati yang ingin dibicarakan pada Zerlina, tetapi kepergian sosok wanita yang sudah dianggap sebagai kakak perempuannya itu membuat Christy mengurungkan niatnya. Dia tahu ada prioritas yang harus dilakukan oleh Zerlina.Christy kembali ke rumahnya sambil membawa Ve
Baca selengkapnya

Bab 10. Christy Menginap di Rumah Zerlina

Raymond berjalan menuju ke kamarnya sambil memeluk tubuh remaja yang masih lemah itu. Kamar Raymond dan Christy bersebelahan. Ada pintu sekat di antara kamar mereka, tetapi sejak Christy berumur 7 tahun, pintu itu dikunci karena istri Raymond tidak ingin tidur malamnya diganggu dengan segala rengekan dari putrinya. Jadi, Raymond mempersiapkan toilet training sejak Christy sudah mulai bisa berjalan agar tidak mengganggu tidur istrinya. Dia membiasakan putrinya untuk membuang air kecil setelah minum susu sebelum tidur di malam hari. Jika di tengah malam ada keinginan untuk buang air kecil lagi, Raymond melatih Christy untuk melakukannya di pispot. Pispot itu ditaruh di dalam kamar mandi yang ada di kamar miliki Christy. "Sudah, tidak apa-apa. Kamu aman sama papa. Mimpi buruk takut sama papa," canda Raymond sambil menepuk pundak dan menghibur Christy setelah sampai di dalam kamar. Christy tersenyum getir mendengar candaan papanya. Christy ingin menceritakan peristiwa yang baru saja d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status