Home / Romansa / Prahara Sang Pengacara / Bab 2. Sherly Keguguran

Share

Bab 2. Sherly Keguguran

Author: KOI'DE
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lo dimana sekarang?" tanya Edo pada Zerlina melalui telepon genggamnya.

"Gue masih di rumah sakit," jawab Zerlina lalu menceritakan secara singkat keadaan Sherly.

"Ya udah, gue ke rumah sakit sekarang dan Lo jangan kemana-mana sebelum gue datang," ancam Edo pada Zerlina dan menyudahi pembicaraan mereka.

Sementara itu, Zerlina masih berada di rumah sakit memantau perkembangan keadaan Sherly. Zerlina mencoba untuk menghubungi kedua orang tua Sherly untuk memberitahukan keadaan Sherly. Sekarang Sherly sedang berada di ruang ICU dengan keadaan kritis. Niatnya urung dilakukan saat dia melihat suster yang keluar dari ruang ICU. 

"Bagaimana keadaan pasien, Sus?" tanya Zerlina pada suster itu.

"Dengan keluarga pasien?" tanya suster itu.

"Bukan, Sus. Saya pengacara Ibu Sherly dan orang yang membawanya ke sini," jelas Zerlina pada suster itu agar mau memberikan penjelasan bagaimana keadaan Sherly.

"Saya membutuhkan persetujuan tindakan kuretase secepatnya karena keadaan pasien yang sedang kritis karena keguguran yang dialaminya sudah cukup lama terjadi tanpa penanganan yang tepat," terang suster menjelaskan permintaannya.

"Baik, saya yang akan memberikan tanda tangan persetujuan tindakan kuretase itu," sahut Zerlina. 

"Baik, silahkan tanda tangan di sini," ujar suster itu sambil menyodorkan selembar kertas persetujuan tindakan kuretase pada Sherly. "Dan di sini juga." 

"Baik, terima kasih atas tanda tangannya. Nona bisa menunggu di ruang tunggu di depan ruang operasi di sebelah sana. Pasien akan langsung dibawa ke ruang operasi, " ucap suster itu lalu pergi masuk kembali kedalam ruang ICU.

Zerlina berjalan menuju tempat yang di maksud oleh suster tersebut sambil terus mencoba menghubungi kedua orang tua Sherly kembali. Baik telepon papa Sherly ataupun mama Sherly tidak ada satu pun yang bisa dihubungi. Terpaksa Zerlina mengirimkan pesan di kedua nomor itu. 

Sambil menunggu tindakan kuretase, Zerlina menghubungi atasannya untuk menceritakan semua yang terjadi serta tindakan apa yang akan diambilnya. Rencana yang akan dilakukannya itu mendapatkan larangan dari atasannya dengan dalih tidak ada persetujuan tertulis dari pihak Sherly untuk dilakukan pembelaan setelah pencabutan tuntutan dan pembatalan kerjasama pendampingan hukum.

Zerlina terus memberikan sanggahan dan berusaha untuk terus memberikan penjelasan kepada atasannya itu. Akhirnya usaha Zerlina menyakinkan atasannya itu berbuah keberhasilan. Atasan Zerlina bersedia mengikuti dan menyetujui rencana Zerlina untuk membantu menyelesaikan kasus KDRT yang diterima Sherly dengan beberapa syarat. 

"Gimana keadaan Sherly?" tanya Edo setelah bertemu dengan Zerlina di depan ruang operasi.

"Seperti yang tadi gue bilang, dia dalam keadaan kritis dan harus menjalani kuretase karena janinnya sudah meninggal di dalam cukup lama," jelas Zerlina.

"Punya suami yang hiperseks dan gila bisa bertahan sampai lima tahun. Sherly hebat banget! Btw, hebat atau super bego ya?!" sarkas Zerlina sambil memperhatikan pintu ruang operasi yang masih tertutup dan tersenyum miring membayangkan kehidupan rumah tangga Sherly. 

"Kita gak tahu apa yang membuat Sherly bertahan sampai sekarang," ucap Edo.

"Dok, bagaimana keadaan pasien?" tanya Zerlina saat seorang dokter membuka pintu ruang operasi dan keluar dari sana.

"Proses kuretase berjalan dengan baik dan puji Tuhan rahimnya tidak mengalami kerusakan yang berarti. Tapi, keadaan pasien masih kritis pasca pemerkosaan yang dialaminya," terang dokter itu. 

"Apa?! pekik Zerlina kaget.

Ingatan Zerlina terbang jauh ke masa di mana dia mengalami peristiwa yang membuat dirinya berada di titik terendah dalam hidup.

Banyak orang yang tidak tahu kejadian sebenarnya, tetapi berucap memfitnah dirinya. Bahkan teman-teman di sekolah ikut mengeluarkan statement yang memojokkannya.

Sejak kejadian itu, sikap Zerlina mulai berubah. Dari yang periang menjadi pendiam, dari yang mudah bergaul dengan siapa saja, sekarang agak menutup diri dari lingkungan sekitar, dan tidak mudah percaya pada orang lain terutama kaum adam, kecuali Edo.

Kekecewaan, kebencian, dan kemarahan kembali dirasakan oleh Zerlina. Edo yang melihat Zerlina mulai tidak nyaman setelah mengetahui kejadian yang menimpa Sherly segera mengelus punggung Zerlina. Edo mencoba untuk menenangkannya. Edo tahu persis apa yang pernah dialami oleh sahabatnya itu. 

"Dok, saya mohon bantuannya untuk memberikan keterangan terkait rekam medis Bu Sherly. Jika di kemudian hari diperlukan, untuk membantu memberikan keadilan bagi Bu Sherly." Permintaan Zerlina pada dokter yang menangani operasi Sherly setelah berhasil menekan perasaan gundahnya. 

"Baik. Saya akan memberikan informasi yang diperlukan. Sudah tidak ada lagi yang akan ditanyakan?" ucap dokter itu.

"Untuk sementara ini, tidak ada, Dok. Saya mewakili Bu Sherly mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongannya hari ini, Dok," ucap Zerlina mengakhiri percakapan mereka.

"Sama-sama. Sudah menjadi tugas saya untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Mari, saya undur diri untuk melakukan kegiatan yang lainnya," pamit dokter itu.

Selama dua puluh empat jam lebih Sherly betah menutup matanya. Tampak tenang, seakan tertidur pulas tanpa beban. Selama kondisi Sherly yang seperti itu, Zerlina setia menunggu untuk menemani dan memantau perkembangan kesehatan Sherly.

Ada rasa empati yang dirasakan oleh Zerlina atas keadaan yang dialami Sherly. Sampai sekarang tidak ada kabar berita tentang keberadaan kedua orang tua Sherly. Edo membantu mencari tahu tentang bagaimana keadaan yang sebenarnya tentang kedua orang itu.

Zerlina merasakan ada gerakan pada jari-jari Sherly. 

"Sher--Sherly," panggil Zerlina sambil menyentuh tangan yang tadi bergerak.

"Sherly. Kamu sudah sadar. Tunggu, saya panggilkan suster dulu," ucap Zerlina sambil memencet tombol untuk memanggil suster yang berjaga di lantai ruang rawat inap di rumah sakit itu. Lalu Zerlina memberikan air minum untuk Sherly.

"Kak Ana," panggil Sherly lirih. 

"Terima kasih sudah datang ke rumah dan menolong saya," ucap Sherly dengan suara parau dan mata sudah mulai mengembun. 

"Maaf. Maafkan saya, karena sudah mencabut tuntutan dan kembali bersama Hendrik lagi," sesal Sherly yang sudah berurai air mata.

Zerlina langsung memeluk tubuh Sherly dan menepuk tepuk bahunya untuk menenangkan. Zerlina menebak jika kehamilan Sherly yang menjadi alasan memutuskan kembali pada suaminya itu.

Kedatangan suster bersama dengan dokter jaga membuat Zerlina segera melerai pelukannya. Zerlina bergeser dari tempatnya untuk memberikan ruang pada dokter untuk memeriksa keadaan Sherly. 

"Bu Sherly sudah keluar dari masa kritis, hanya saja karena baru menjalani kuretase, ada baiknya Bu Sherly banyak istirahat dan tidak stress agar masa pemulihannya berjalan dengan baik. Banyak makanan bergizi untuk menunjang pemulihan dengan cepat," terang dokter jaga yang baru saja memeriksa keadaan Sherly.

"A--Apa? Kuretase? Anakku …! Tidak, itu tidak mungkin. Dokter, katakan kalau ini cuma mimpi. Please, dokter … katakan … anakku … oh … itu tidak mungkin!" raung Sherly yang shock mengetahui kondisi janinnya yang sudah tidak ada. 

Sherly terus menangis dan menjerit karena kesedihan yang mendalam dan penyesalan yang besar. Sherly menyalahkan dirinya sebagai penyebab kematian anaknya. 

Sherly terus memukuli dirinya, sehingga dokter jaga segera memberikan suntikan obat penenang yang telah dibawakan oleh suster setelah melihat kondisi Sherly yang sangat terpuruk karena baru mengetahui bahwa anak yang telah dinantikan begitu lama terpaksa harus meninggalkan dirinya sebelum sempat dilahirkan.

"Sabar, Sher…. Please, yang tabah. Saya mengerti apa yang kamu alami saat ini sangat berat. Namun, pikirkan baik-baik tubuh kamu sendiri. Kamu harus kuat untuk bisa menghukum pelaku yang sudah melakukan itu semua sama kamu," Zerlina terus memeluk dan memberikan dukungan serta semangat buat Sherly.

Perlahan Sherly mulai tenang karena pengaruh suntikan yang diberikan kepadanya. 

"Di-dia harus bertanggung jawab dan dihukum," ucap Sherly lirih dan tertidur. 

Related chapters

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 3. Latar Belakang Hilangnya Orang Tua Sherly

    Keesokan hari, Sherly sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit yang sudah terjadi. Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, Sherly memilih untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya. Pihak kepolisian juga sudah meminta keterangan kronologi kejadian yang dialami Sherly. Pihak kepolisian segera mengerahkan anggota mereka untuk mencari Hendrik dan keberadaan kedua orang tua Sherly. Kedua orang tua Hendrik juga sudah dimintai keterangan perihal status DPO yang sekarang disematkan pada Hendrik. Mereka tidak percaya dengan apa yang didengarnya, karena selama ini Hendrik tidak pernah bertindak kasar dan sangat mencintai Sherly. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mama Hendrik mengenai salah satu anaknya itu. Mama Hendrik memilih untuk tidak memberitahukan pada siapa pun tentang apa yang menjadi ganjalannya. Sebagai sesama wanita, Mama Hendrik memilih menutup mata dan hati atas apa yang dialami oleh Sherly saat ini. Mama Hendrik memang tidak menyukai Sherly menjadi mena

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 4. Hukuman Untuk Hendrik

    "Halo, Zerlin," sapa Edo di seberang."Ya, kenapa, Do?" balas Zerlina."Gue dapet informasi, kepolisian Klaten menemukan Hendrik. Anehnya, dia ada di RSJD Dr. RM Soedjarwadi," tutur Edo."Apa?" seru Zerlina yang terkejut dengan informasi yang baru saja diberikan Edo."Lo, gak salah info, Do?" sambung Zerlina."Makanya, gue telepon, Lo. Kita ke Klaten buat memastikan informasi itu. Gue juga dengar kalau pihak keluarga Hendrik sedang menuju kesana dan sudah menunjuk seorang pengacara," terang Edo lagi."Gak usah, Do. Gue tunggu di Jakarta aja. Lihat keadaan dulu, baru ntar gue pikirin mau bagaimana," balas Zerlina."Lo, yakin?" Edo bertanya untuk memastikan."Iya, gue yakin. Ya udah, gue mau kasih tahu Sherly dulu. Biar dia mempersiapkan mental kalau itu benar-benar Hendrik," jelas Zerlina.Zerlina segera menghubungi Sherly. Dia memberikan informasi seperti yang Edo berikan. Zerlina berharap, Sherly mampu melewati semua proses yang harus dijalaninya hingga tuntas. Tertangkapnya, Hendri

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 5. Awal Perkenalan Dengan Christy

    "Hai! Selamat pagi," sapa gadis itu. "Ba--baik. Kamu siapa?" tanya Zerlina kaget. Wajah gadis itu mengingatkan pada sosok yang membuat dirinya sangat terluka. Seseorang yang sangat ingin dilupakan. Tak mau diingat tapi, masih sangat melekat di pikiran. 'Bagaimana bisa, wajahnya mirip dengan dia?' tanya Zerlina dalam hati. "Kamu kenal, Venchi?" tanya Zerlina pada gadis itu. "Ooh, jadi namanya Venchi? Bukan Ven-Ven," sahut gadis itu sambil tersenyum lebar. "Hai! Venchi. Kamu sudah lama tidak bermain kemari. Tahu ya, gak ada Luppy. Luppy sedang sakit, kemarin dia muntah-muntah jadi harus menginap di klinik Om Heru. Jadi aku tidak ada teman," ucap gadis itu sambil mengulurkan tangan dan mengusap kepala Venchi. Tentu saja hal itu membuat Venchi senang. Anjing itu langsung duduk dan memberikan tangannya pada tangan gadis itu seolah-olah mengajak bersalaman. Lalu Venchi berputar-putar di sekitar kursi roda, entah apa maunya. "Tante, dia pintar dan lucu sekali," teriak gadis itu kegi

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 6. Perselisihan Zerlina Dengan Daffa

    Daffa, nama laki-laki yang dipanggil 'Om' oleh Christy. Sosok yang tiba-tiba muncul dan membuat Christy menahan rasa takutnya. Dia berpikir tidaklah mungkin Daffa melakukan hal menjijikkan menurut Christy saat ini, di muka umum. Zerlina melihat perubahan wajah dan aura pada Christy. Dari awal melihat Daffa turun dari mobil sampai Daffa yang berjalan mendekati mereka. Sangat terasa dan menyakitkan saat tadi tangan Christy mencengkram lengannya semakin mengerat. Ditambah lagi saat Christy yang melepaskan cengkraman tangan dan memindahkan posisi kruk dari kanan ke kiri. Zerlina dapat menilai bahwa Christy berusaha menghindarkan kepala dari tangan Daffa yang hendak menyentuhnya. Setelah perdebatan kecil antara Christy dan Daffa tentang siapa yang duduk di samping pengemudi, akhirnya Zerlina yang duduk di sana. Christy dengan alasan susah menempatkan kruk yang dibawa akhirnya mempertahankan keinginannya untuk duduk di bangku belakang. "Hai!" sapa Daffa mencoba memecahkan keheningan di

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 7. Awal Rencana Zerlina

    Setelah mendapatkan taksi online, Christy segera menghubungi Raymond dan memberikan telepon genggamnya pada Zerlina.["Selamat malam, kenapa Christy tidak pulang bersama dengan Daffa, sahabat saya,"] tegur Raymond sebelum Zerlina mengatakan apapun.["Maaf, jika keputusan saya untuk turun dari mobil Pak Daffa membuat Anda marah. Saya mengambil keputusan itu demi keselamatan saya, termasuk Christy,"] jelas Zerlina.["Saya akan menjelaskan semuanya setelah saya sampai di rumah."]Sebelum menutup pembicaraan mereka, Zerlina meminta ijin agar Christy diperbolehkan untuk menginap di rumahnya malam ini.Raymond tidak memberikan ijin. Dia justru menyuruh Zerlina untuk langsung membawa pulang Christy."Gak boleh ya, Kak?" tanya Christy dengan berwajah muram.Zerlina hanya menganggukkan kepala dan menyerahkan telepon genggam Christy."Udah, kamu tenang aja. Kakak nanti ngomong lagi ke papa kamu." Zerlina mengamati Christy yang tampak sedang memendam permasalahan. "Kalau boleh kakak tahu, kamu t

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 8. Edo Bertemu Christy

    Christy merasa sedikit lebih lega setelah berbicara dengan Zerlina. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba mengikuti saran dari Zerlina."Pa …. Papa, boleh aku masuk?" tanya Christy yang berada di depan kamar Raymond sambil mengetuk pelan pintunya."Masuk, Sayang.""Pa, aku mau tidur di sini.""Tumben minta tidur sama papa.""Sudah lama gak tidur bareng papa lagi, boleh ya, ya?" rayu Christy pada Raymond."Tentu saja boleh, Sayang. Sini masuk dan tolong kamu tutup pintunya."Dari lantai bawah sepasang telinga mendengarkan percakapan ayah dan anak. Tampak seringai dari sudut bibirnya.'Jadi, kamu berusaha kabur lagi dari gue, Yang? Baiklah, coba kita lihat sampai sejauh apa usahamu untuk kabur.' Cibir Daffa pada usaha Christy."Pa, papa percaya banget ya sama, Om Daffa?" tanya Christy yang menghadap samping ke arah Raymond sambil memeluk boneka kesayangan yang dia bawa bersamanya."Kenapa, Sayang? Tentu saja papa percaya dengan sahabat papa itu. Hanya dia lah satu-satunya oran

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 9. Malam Kelam Christy

    Zerlina menghentikan perkataan Edo, dia tidak ingin sahabatnya itu melanjutkan keingintahuannya. Lalu dia mengajak Edo untuk segera pergi sesuai rencana mereka."Chris, maaf Kakak pergi dulu ya, ada kerjaan di kantor," jelas Zerlina pada anak remaja yang sudah dianggap sebagai adiknya itu. Begitu pula pada Christy yang sudah merasa nyaman bersama Zerlina."Iya, Kak."Edo dan Zerlina naik ke mobil Zerlina. Edo diantar pulang sampai ke rumahnya. Kebetulan rumah laki-laki itu tak jauh dari kantor Zerlina. Edo segera ingin mencari tahu lebih detail tentang Daffa, sedangkan Zerlina bergegas menuju ke ruangan atasannya.Rencana Christy setelah selesai home schooling adalah bertemu dengan Zerlina. Sebenarnya, dia masih ada ganjalan hati yang ingin dibicarakan pada Zerlina, tetapi kepergian sosok wanita yang sudah dianggap sebagai kakak perempuannya itu membuat Christy mengurungkan niatnya. Dia tahu ada prioritas yang harus dilakukan oleh Zerlina.Christy kembali ke rumahnya sambil membawa Ve

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 10. Christy Menginap di Rumah Zerlina

    Raymond berjalan menuju ke kamarnya sambil memeluk tubuh remaja yang masih lemah itu. Kamar Raymond dan Christy bersebelahan. Ada pintu sekat di antara kamar mereka, tetapi sejak Christy berumur 7 tahun, pintu itu dikunci karena istri Raymond tidak ingin tidur malamnya diganggu dengan segala rengekan dari putrinya. Jadi, Raymond mempersiapkan toilet training sejak Christy sudah mulai bisa berjalan agar tidak mengganggu tidur istrinya. Dia membiasakan putrinya untuk membuang air kecil setelah minum susu sebelum tidur di malam hari. Jika di tengah malam ada keinginan untuk buang air kecil lagi, Raymond melatih Christy untuk melakukannya di pispot. Pispot itu ditaruh di dalam kamar mandi yang ada di kamar miliki Christy. "Sudah, tidak apa-apa. Kamu aman sama papa. Mimpi buruk takut sama papa," canda Raymond sambil menepuk pundak dan menghibur Christy setelah sampai di dalam kamar. Christy tersenyum getir mendengar candaan papanya. Christy ingin menceritakan peristiwa yang baru saja d

Latest chapter

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 15. Sekelumit Masa Lalu Daffa

    "Anak Konglomerat Dilaporkan Atas Kasus Pelecehan" "Heboh! Sahabat Makan Anak Sahabat" "Inisial D Pelaku Pedofil, Korban C Adalah Anak Dr R" "Benarkah Tuan Muda D Pelaku Pedofil?" "Anak Dokter Jadi Korban Pedofilia." "Anak Rumahan Jadi Korban Pelecehan Orang Terdekat" "Bejat! Pelaku D Tega Melakukan Pelecehan Pada C Yang Notabene Adalah Anak Sahabatnya Sendiri." "Korban C Anak Dokter di RS Terkenal di Jakarta" "Pelaku D Sudah Kenal Dekat Dengan Keluarga C" "Pelaporan Pelecehan Atas C Telah di Terima Pihak Kepolisian" *** "Sialan! Apa yang sudah lo lakukan, Ray! Berengsek!," umpat Daffa yang baru membaca headline di beberapa sosial media dan berita di televisi. "Halo, iya Pa?" sapa Daffa saat ponselnya berdering. "Apa maksud berita yang beredar. Kamu masih belum kapok juga, HAH!" bentak papa Daffa–di seberang–Arman Sanjaya, konglomerat terkaya di kotanya. "Fitnah itu, Pa. Daffa sudah tidak pernah melakukan itu," kilah Daffa dengan perasaan takut. "Hari ini juga kamu pul

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 14. Nasi Goreng Ala-ala

    "Baik, kalau begitu. Besok pagi kita pergi bersama ke kantor polisi untuk membuat laporan terlebih dahulu," jelas Zerlina setelah mendengar keputusan Raymond. Raut muka Raymond seakan terlukis apa yang baru saja dibacanya dari laptop milik Edo. Walaupun Zerlina belum sempat membacanya, tapi dia merasa yakin ada kenyataan yang tidak pernah diketahui oleh Raymond selama ini. "Besok Christy harus ikut atau tidak?" tanya Raymond. Jujur saja, Raymond gelisah memikirkan bagaimana penilaian orang pada anak gadisnya. Bukan bermaksud menutupi, tetapi lebih menjaga mental Christy. "Bisa hadir, bisa juga tidak. Terpenting saat memberikan keterangan harus jelas dan detail. Nanti kita bisa tanyakan langsung pada Christy, apakah dia siap memberikan keterangan atau mau diwakilkan," terang gadis itu sambil menatap wajah Raymond. Keesokkan pagi, di rumah Raymond. Terlihat Bi Minah sedang membuat sayur cap cay dan telur dadar untuk sarapan. "Bi, benar Christy gak pulang semalam?" Terdengar suara

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 13. Keputusan Raymond

    Christy merasakan dirinya lebih tenang dan lega. Apa yang telah dia lakukan, menceritakan yang sudah terjadi di hidupnya. Termasuk kejadian menyakitkan beberapa waktu yang lalu kepada Raymond. Respon dari papanya, membuat dia merasa lebih dipercaya dan dihargai oleh seseorang yang selama ini diandalkannya. Walaupun Daffa adalah orang yang sudah diberikan kepercayaan yang besar oleh Raymond, tetapi itu tidak membuat papanya menutup telinga dengan apa yang telah dia ceritakan. "Sekali lagi, maafkan, Papa. Satu hal yang harus kamu camkan dalam hati dan pikiran kamu, bahwa papa sangat menyayangi kamu. Kamu adalah hidup papa. Maaf, jika selama ini Papa kurang perhatian sama kamu, Papa sungguh menyesali hal itu. Papa terlena dengan kebaikan manusia, sehingga kejadian buruk bisa menimpamu. Papa janji akan melakukan semua yang sudah papa katakan tadi. Papa tidak akan membiarkan dia bebas setelah mengetahui perbuatanya. Sekarang kamu istirahat lah. Papa masih ada yang mau dibicarakan dengan

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 12. Christy Berbicara

    Christy mulai meneteskan air matanya. Dengan perlahan dia mulai menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya. Pelecehan pertama yang terjadi dan pelakunya adalah orang yang selama ini dekat, bahkan sudah dianggap sebagai keluarga oleh dia dan Raymond.Sembari menahan air mata, Christy menceritakan dari awal hingga akhir tentang perbuatan Daffa setelah pulang dari liburan ke Yogyakarta. Beberapa menit berlalu, tak terlihat mimik wajah Raymond yang berubah, tampak datar-datar saja, tak ada emosi yang terbaca di sana. Entah apa yang terlintas di benak Raymond. Serta apa yang dirasakan oleh ayah satu anak itu, setelah mendengarkan cerita Christy tentang sahabatnya.Walaupun tampak tak ada emosi di wajah Raymond, tapi tidak di dalam hatinya. Laki-laki itu sedang menahan emosi yang bergemuruh menyesakkan hati. Sakit hati berulam jantung yang dia rasakan atas kemalangan anak gadisnya. Dia tahu, tidak mungkin Christy mengatakan kebohongan tentang apa yang telah menimpanya. Akan tetapi, dia jug

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 11. Raymond ke Rumah Zerlina

    'Apa-apan ini. Dasar gadis aneh. Meminta izin, tetapi juga mengancam. Lagi pula, kenapa aku gak boleh mengajak Daffa? Jangan-jangan gadis ini mau menggodaku? Tapi, dia bilang ada masalah penting. Masalah siapa yang harus aku tahu dan tidak melibatkan Daffa? Apa ada hubungannya dengan Christy?' ungkap Raymond dalam hati saat membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Zerlina. "Maaf, Dok. Saya ingin memberitahukan jika pasien sudah tidak ada lagi. Tadi pasien terakhir," ucap seorang suster perawat yang membantu Raymond praktik. Raymond seorang dokter anak yang bekerja di rumah sakit milik kakaknya. Dia diberikan tanggung jawab untuk mengelola rumah sakit umum itu sejak semua keluarga kakaknya pindah ke luar negeri. Karena di sini terjadi permasalahan yang cukup besar dan membuat rumah sakit serta perusahaan milik kakaknya sedikit mengalami goncangan. Permasalahan yang terjadi pada keponakannya itu telah merusak nama baik keluarga kakaknya. Entah peristiwa apa yang dihadapi oleh kepon

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 10. Christy Menginap di Rumah Zerlina

    Raymond berjalan menuju ke kamarnya sambil memeluk tubuh remaja yang masih lemah itu. Kamar Raymond dan Christy bersebelahan. Ada pintu sekat di antara kamar mereka, tetapi sejak Christy berumur 7 tahun, pintu itu dikunci karena istri Raymond tidak ingin tidur malamnya diganggu dengan segala rengekan dari putrinya. Jadi, Raymond mempersiapkan toilet training sejak Christy sudah mulai bisa berjalan agar tidak mengganggu tidur istrinya. Dia membiasakan putrinya untuk membuang air kecil setelah minum susu sebelum tidur di malam hari. Jika di tengah malam ada keinginan untuk buang air kecil lagi, Raymond melatih Christy untuk melakukannya di pispot. Pispot itu ditaruh di dalam kamar mandi yang ada di kamar miliki Christy. "Sudah, tidak apa-apa. Kamu aman sama papa. Mimpi buruk takut sama papa," canda Raymond sambil menepuk pundak dan menghibur Christy setelah sampai di dalam kamar. Christy tersenyum getir mendengar candaan papanya. Christy ingin menceritakan peristiwa yang baru saja d

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 9. Malam Kelam Christy

    Zerlina menghentikan perkataan Edo, dia tidak ingin sahabatnya itu melanjutkan keingintahuannya. Lalu dia mengajak Edo untuk segera pergi sesuai rencana mereka."Chris, maaf Kakak pergi dulu ya, ada kerjaan di kantor," jelas Zerlina pada anak remaja yang sudah dianggap sebagai adiknya itu. Begitu pula pada Christy yang sudah merasa nyaman bersama Zerlina."Iya, Kak."Edo dan Zerlina naik ke mobil Zerlina. Edo diantar pulang sampai ke rumahnya. Kebetulan rumah laki-laki itu tak jauh dari kantor Zerlina. Edo segera ingin mencari tahu lebih detail tentang Daffa, sedangkan Zerlina bergegas menuju ke ruangan atasannya.Rencana Christy setelah selesai home schooling adalah bertemu dengan Zerlina. Sebenarnya, dia masih ada ganjalan hati yang ingin dibicarakan pada Zerlina, tetapi kepergian sosok wanita yang sudah dianggap sebagai kakak perempuannya itu membuat Christy mengurungkan niatnya. Dia tahu ada prioritas yang harus dilakukan oleh Zerlina.Christy kembali ke rumahnya sambil membawa Ve

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 8. Edo Bertemu Christy

    Christy merasa sedikit lebih lega setelah berbicara dengan Zerlina. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba mengikuti saran dari Zerlina."Pa …. Papa, boleh aku masuk?" tanya Christy yang berada di depan kamar Raymond sambil mengetuk pelan pintunya."Masuk, Sayang.""Pa, aku mau tidur di sini.""Tumben minta tidur sama papa.""Sudah lama gak tidur bareng papa lagi, boleh ya, ya?" rayu Christy pada Raymond."Tentu saja boleh, Sayang. Sini masuk dan tolong kamu tutup pintunya."Dari lantai bawah sepasang telinga mendengarkan percakapan ayah dan anak. Tampak seringai dari sudut bibirnya.'Jadi, kamu berusaha kabur lagi dari gue, Yang? Baiklah, coba kita lihat sampai sejauh apa usahamu untuk kabur.' Cibir Daffa pada usaha Christy."Pa, papa percaya banget ya sama, Om Daffa?" tanya Christy yang menghadap samping ke arah Raymond sambil memeluk boneka kesayangan yang dia bawa bersamanya."Kenapa, Sayang? Tentu saja papa percaya dengan sahabat papa itu. Hanya dia lah satu-satunya oran

  • Prahara Sang Pengacara    Bab 7. Awal Rencana Zerlina

    Setelah mendapatkan taksi online, Christy segera menghubungi Raymond dan memberikan telepon genggamnya pada Zerlina.["Selamat malam, kenapa Christy tidak pulang bersama dengan Daffa, sahabat saya,"] tegur Raymond sebelum Zerlina mengatakan apapun.["Maaf, jika keputusan saya untuk turun dari mobil Pak Daffa membuat Anda marah. Saya mengambil keputusan itu demi keselamatan saya, termasuk Christy,"] jelas Zerlina.["Saya akan menjelaskan semuanya setelah saya sampai di rumah."]Sebelum menutup pembicaraan mereka, Zerlina meminta ijin agar Christy diperbolehkan untuk menginap di rumahnya malam ini.Raymond tidak memberikan ijin. Dia justru menyuruh Zerlina untuk langsung membawa pulang Christy."Gak boleh ya, Kak?" tanya Christy dengan berwajah muram.Zerlina hanya menganggukkan kepala dan menyerahkan telepon genggam Christy."Udah, kamu tenang aja. Kakak nanti ngomong lagi ke papa kamu." Zerlina mengamati Christy yang tampak sedang memendam permasalahan. "Kalau boleh kakak tahu, kamu t

DMCA.com Protection Status