Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 211 - Chapter 220

305 Chapters

211. Kamu Tak Suka Aku Hamil?

Langkah panjang Hendra menerobos masuk ke dalam rumah yang dia huni bersama Juwita. Sejak di jalan tadi Hendra tidak bisa tenang, takut jika terjadi sesuatu pada istri yang sangat dia cintai itu. Apalagi mengingat tadi Juwita berkata akan pergi ke kantor milik papanya, itu membuat Hendra teringat akan menghilangnya Juwita dulu. Semua itu terjadi saat Juwi akan pulang dari kantor.“Wi! Juwi!” panggil Hendra membuka pintu, dan sangat terkejut melihat istrinya tengah berbaring di atas sofa ruang tengah.Hendra lantas berlari menghampiri istrinya, berteriak dengan suara panik.“Sayang, ada apa ini? Ada apa dengan kamu, Wi? Apa yang terjadi?” Pertanyaannya berulang-ulang saking khawatir.Juwita yang tadinya sudah sempat tertidur pun ikut terbangun, dia tatap mata suaminya yang sangat khawatir di atasnya.“Kamu sudah nyampe?” Juwita mengangkat tubuhnya berdiri. “Mukanya ketakutan banget, sih,” ucap Juwi terkekeh.“Siapa yang nggak khawatir melihat istrinya tidur seperti ini? Ada apa, kenapa
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

212. Anak Siapa Ini?

Juwita menutup mulutnya cepat, ragu setelah mengatakan kalimat itu sangat gamblang pada Hendra. Apalagi melihat Hendra yang mengerutkan alisnya membuat Juwi menjadi serba salah.“Kenapa berkata seperti itu?” tanya Hendra yang membuat Juwita menjadi bingung sendiri.Apakah Juwi yang salah menilai respons Hendra? Tapi dia yakin, Hendra hanya diam saat dia mengatakan kehamilannya. Tidak tampak gembira dan tidak pula bersorak senang seperti suami-suami di dalam cerita yang pernah Juwita baca.“Bukan begitu. Tadi... kamu sangat tegang dan aku pikir mungkin kamu tidak suka aku hamil.”“Justru aku terlalu bahagia sampai tidak mempercayai telingaku. Aku harus memutar kalimat itu berkali-kali di dalam kepala, sampai aku bisa merasakan kebahagiaan di menit berikutnya,” ucap Hendra tulus.“Kamu... senang aku hamil?” tanya Juwita lagi, memastikan ucapan Hendra. Pemandangan tadi membuatnya ragu untuk mempercayai ucapan suaminya sendiri.“Sayang, kenapa aku harus tidak bahagia mendengarmu hamil? It
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

213. Jangan Stress

“Janinnya baik-baik saja, Dokter? Tak ada yang harus dikhawatirkan?” “Katakan sesuatu, Anda hanya diam bagaimana kami akan tahu tentang calon bayi kami?” “Dok, bagaimana?” Hendra terus saja bertanya sejak mereka memasuki ruang pemeriksaan. Bahkan Juwita saja belum diperiksa, masih baru berbaring di atas ranjang dan asisten dokter itu membantu menyingkap baju Juwita. Hal itu membuat Juwi memutar matanya melihat Hendra yang sangat tidak sabaran. “Katakan sesuatu, Dok. Katakan bayi kami baik-baik saja.” “Hen, ini baru akan diperiksa. Kalau kamu tanya terus, dokter tidak akan bisa fokus,” sahut Juwita, menghentikan suaminya. Tapi, hanya Juwita yang tahu betapa khawatir dirinya sekarang. Jika saja dia bisa mengelak, ingin sekali Juwita melarikan diri dari ruangan pemeriksaan itu, agar tidak pernah mendengar berapa usia kandungannya sekarang. Bagaimana jika itu benar masih sekitar satu bulan? Sementara dalam satu bulan lalu Juwi dan Hendra tidak melakukan hubungan badan. Hanya kejadia
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more

214. Apa Lagi Maunya?

“Kamu yakin bisa kerja? Sayang, ini kehamilan pertama kamu, loh. Masih banyak pantangan orang hamil yang kamu nggak tahu. Orang hamil itu banyak pamalinya.” Kabar kehamilan Juwita tidak hanya membahagiakan pasangan suami istri itu saja. Ketika mereka menghubungi kedua orang tua Juwi, segera mereka bergegas datang untuk mengucapkan selamat untuk putrinya. Bahkan ketika Juwita berangkat ke kantor pun, Maria turut serta mengantarkan Juwita sampai ke lobi. “Wi, mending pikirkan dulu, Sayang. Kamu ini butuh istirahat yang banyak, biarkan papa kamu saja yang urus kantor, ya. Setidaknya sampai anak kamu lahir,” ucap Maria lagi, berharap Juwi akan mengurungkan niatnya. “Ma, dokter juga bilang nggak apa-apa, kok. Lagian toh aku bisa merasakan jika tubuhku nggak enak, aku bakal langsung pulang dan meminta Hendra menjemputku.”Juwi mencoba memberi pengertian pada mamanya, bahwa dia dan Hendra sudah sepakat jika Juwita tidak sanggup bekerja dia harus pulang ke rumah. Tapi keraguan seorang ibu
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

215. Dia Tidak Berhak Bahagia!

Sekitar beberapa menit Lilis memendar pemandangan di restoran itu, akhirnya bisa melihat Hendra datang dari arah berlawanan. Lilis membuat senyumnya sangat lebar menyambut Hendra, berpikir mungkin akan membuat suaminya senang. Tapi tanpa diduga, Hendra langsung menarik lengan Lilis dan membawanya keluar dari tempat itu.“Kamu kenapa, sih? Lepasin, Hen, tangan aku sakit ditarik-tarik begini tahu nggak?” serga Lilis kesal, memegangi pergelangannya yang dicengkeram kuat oleh Hendra.Sebenarnya Hendra sangat muak dengan sikap Lilis yang belakangan ini terlalu berani. Padahal sudah beberapa kali diingatkan agar perempuan itu tidak terlalu sering menemuinya.Selain karena Hendra sudah menikah dan bahagia bersama Juwita, Hendra juga tak ingin disebut-sebut ada hubungan terlarang dengan mantan istrinya itu. Lilis memiliki suami seorang aktor, sudah barang tentu hidupnya juga sangat dekat dengan pandangan publik, dan Hendra tidak ingin dirinya ikut terbawa ke dalam gosip murahan yang akan membu
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

216. Benarkah Lilis Berubah?

“Selamat atas kehamilan Juwita, kalau begitu.”Lilis mengucapkan kata selamat dengan mengulurkan tangannya. Tentu saja itu hanya ucapan di bibir, tapi di dalam hatinya Lilis tak rela dengan kebahagiaan yang tengah Juwita rasakan. Bahkan ketika melihat mata Hendra berbinar saat mengatakan kehamilan istrinya pun sudah menyayat hati Lilis sangat sakit.Bukan Lilis tidak sadar dirinya lah yang memberi kesempatan Juwita berbahagia dengan Hendra. Tapi Lilis punya alasan untuk semua itu. Dia tidak mungkin menjual suaminya sendiri jika seluruh kebutuhannya tercukupi saat bersama dengan Hendra.“Kenapa tidak menerima ucapan selamat dariku?” tanya Lilis, menyadari Hendra sama sekali tidak menyambut uluran tangannya. Sesak di dalam dadanya semakin sakit Lilis rasakan. “Baik lah, aku paham. Kamu pasti tidak ingin ada seseorang melihat kita berjabat tangan, lantas melaporkannya pada istrimu. Ya... perempuan hamil memang sangat sensitif, aku pernah begitu saat mengandung Alan,” lanjut Lilis lagi, l
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

217. Mau Mati?

“Aku bahkan yakin kamu masih mencintaiku sampai sekarang, Hendra. Kamu hanya sedang melawan perasaan itu, mendahulukan ego atas perbuatanku padamu, dulu. Aku tidak mungkin salah, buktinya kamu sendiri nggak mampu menolak keinginan aku.”Lilis berbicara sendiri membawa mobilnya meninggalkan mal tempatnya bertemu dengan Hendra.Sangat wajar Hendra bersikap jaga jarak dengan Lilis, bukan? Hendra pasti masih kesal mengingat Lilis menjualnya pada Juwita di masa yang lalu. Laki-laki memang seperti itu, merasa harga dirinya sangat penting padahal saat itu pun mereka sangat terdesak. Jika saja Hendra paham tujuan Lilis hanya ingin mengangkat derajat rumah tangganya, agar tidak selalu hidup miskin dan serba kekurangan, sepatutnya lelaki itu tidak harus membenci Lilis.Ini juga demi kebaikan mereka, hanya Hendra saja yang terlalu bodoh dalam menyikapinya dan berpikir Lilis jahat. Ini juga demi Alan agar bisa bersekolah di tempat yang layak, mendapat kehidupan yang lebih baik, tidak ketinggalan s
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

218. Alan Nakal, ya?

Karena kesalahan kecil sudah berani menjawab perkataan Steve, Lilis harus mendapat perlakuan kasar lagi dari laki-laki itu. Apa lagi jika bukan pukulan? Wajah Lilis sudah membiru disebabkan tinju Steve yang mengenai tepat di bawah matanya. Hanya bisa menangis dan mengutuk yang bisa Lilis lakukan, sebab jika berani angkat suara lagi, dia pasti mendapat pukulan yang lebih hebat lagi.“Ampun, ampun, Steve....” ucap Lilis, saat Steve mengangkat tangannya sekali lagi, bersiap memberinya pukulan.Steve menurunkan tangannya dan berkata dengan kejam, “Bersyukur lu, gue masih setengah mabuk. Kalau tidak, yakin lu sudah babak belur sekarang. Enak saja lu nyuruh-nyuruh gue cari duit? Lu nggakk sadar, gue kehilangan ketenaran itu karena elu!” sentak Steve dan kembali ke atas sofa.Lilis tidak menjawab tuduhan laki-laki itu, sebab dia sadar hanya akan membuatnya dalam kesulitan. Lilis juga sadar, dulu memang dia lah yang sangat tergila-gila ingin menikah dengan Steve, sampai-sampai tidak mencari t
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

219. Papa Enggak Sayang Alan.

Alan mendongak menatap sang mama, ada keterkejutan di wajah anak itu. Wajah polos Alan terlihat bingung, membuat Juwita harus menahan kembali kalimat selanjutnya yang harus dia ucapkan. Juwita sedikit ragu merasa mungkin Alan tidak senang dengan kehamilannya? Dia harus memilah kalimat yang tepat sebelum melanjutkan kalimatnya lagi.“Adik bayi?” tanya Alan masih dengan wajahnya yang bingung, mata polos anak itu seakan sedang mencari sesuatu di manik mata Juwita.Alan memang belum tahu tentang kehamilan Juwita, sebab hari itu dia tinggal dengan Maria. Baru tadi malam Maria datang mengantarkan Alan setelah Hendra menelepon. Wajar saja Alan masih bingung, apalagi mengingat usianya yang masih sangat kecil pasti lah membingungkan baginya mendengar akan segera memiliki seorang adik bayi.“Iya, Sayang, Alan akan punya adik bayi. Apa Alan suka adik bayi?” kata Juwita lagi, ingin memastikan apakah Alan mungkin tidak menyukai kehadiran sang adik.Bukan hanya Juwita saja ternyata yang terlihat kh
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

220. Menjadi Selingkuhan Hendra.

“Aku tidak seharusnya membentak Alan, dia masih terlalu kecil untuk mengerti,” ucap Hendra, dia meletakkan pekerjaannya dengan kasar, memijit kepala yang sedikit sakit oleh beban pikiran.Seharian Hendra tidak tenang dalam bekerja. Setiap kali pertanyaan Alan masih berputar di kepalanya membuat laki-laki itu sangat merasa bersalah. Hendra tidak pernah memarahi Alan dengan suara bentakan, dan itu membuat dirinya merasa menjadi ayah yang buruk, yang tak bisa mengerti betapa kecilnya masih Alan.Tanpa berpikir panjang, Hendra sudah mengambil ponselnya dari laci meja dan menghubungi nomor ponsel Lilis. Dia berpikir mungkin perasaan bersalah itu akan sedikit hilang jika dia mengizinkan putranya bertemu dengan ibu kandungnya.“Iya, Hen, ada apa?” Suara Lilis terdengar girang di ujung sana. Sebenarnya Hendra tidak senang menyadari Lilis betapa bersemangat mendapat telepon darinya.“Kau sibuk? Ada pekerjaan?”“Nggak, aku lagi santai. Ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan? Aku bisa datang ke
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status