Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 191 - Chapter 200

305 Chapters

191. Berapa yang Kau Mau?

“Makan dong, Hen, jangan dilihatin doang. Ini kan makanan kesukaan kamu, loh. Ingat nggak, dulu kamu selalu bilang ke aku jangan buang makanan. Malah sekarang kamu kok sia-siakan makanan di depan mata, sih? Nggak baik loh, mubazir.”Lilis terus bercetoleh di depan Hendra, sementara dia hanya diam menatap makanan di atas meja. Tak ada nafsu sama sekali melihat menu yang tersaji di depannya, meski cacing di dalam perut sudah meronta meminta diberi makan. Yang ada di dalam kepalanya hanya lah, segera menyelesaikan masalah dengan perempuan yang terus berbicara itu.“Kita sudah lama nggak makan bareng, kan? Sudah lebih satu tahun. Ingat, Hen, dulu kita setiap hari hanya makan apa adanya dan kamu selalu habisin makanan kamu. Apa karena sudah kaya, banyak uang, makanya kamu jadi buang-buang makanan?”Masih terus berceloteh, tapi Hendra sama sekali tidak menjawab. Jangankan untuk makan, duduk berhadapan dengan perempuan itu pun sudah merusak selera makan Hendra. Jika bukan karena demi nama ba
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

192. Aku Tak Butuh Uangmu!

Uang memang sangat menggoda di mata Lilis, tidak dia pungkiri itu. Apalagi dengan status Hendra yang sekarang seorang bos dari restoran mewah, sudah barang tentu uangnya pun tidak main-main. Belum lagi keluarga istrinya adalah orang kaya, berapa pun yang Lilis minta pasti bisa dikabulkan oleh Hendra.Dengan uang yang cukup banyak, Lilis bisa saja mengulang kembali bisnisnya yang hancur oleh Steve, dan memulai kembali kehidupan yang baru. Tapi Lilis tidak ingin mengulang kembali kesalahan yang sama, dan berakhir menderita bersama laki-laki pemalas seperti Steve. Tujuannya bukan sekedar uang Hendra saja.“Aku nggak butuh uang kamu,” sahut Lilis lirih, wajahnya sembab dengan air mata yang sejak tadi sudah membanjiri kedua pipi.“Kenapa tidak butuh? Bukannya kamu hidup untuk uang?” Hendra tidak bisa percaya begitu saja, sebab karakter seseorang tidak mungkin bisa diubah dalam waktu dekat.Dengan wajah sedihnya, Lilis memungut tas dari atas meja. Dia keluarkan beberapa lembar uang ratusan
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

193. Rencana di balik Rencana

“Goblok!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Lilis, mengakibatkan tubuhnya terhuyung ke belakang. Kakinya terbentur sofa sebelum akhirnya tubuh kecilnya terjatuh dan mengenai sudut sofa. Lilis merasa sangat sakit memegangi punggungnya. “Sebenarnya lo ini niat nggak, sih? Bisa nggak melakukannya? Kalo nggak bisa, ngomong! Biar gue yang bekerja!” teriak Steve penuh amarah. Kesal sekali dia rasa. Sudah membiarkan Lilis bertemu Hendra beberapa kali, tapi tetap tak ada hasil. Selalu pulang dengan banyak alasan yang mengatakan sedang berusaha membujuk Hendra lah, berusaha mendapatkan kepercayaan Hendra lah. Padahal jika Lilis benar-benar niat, bisa saja dia langsung mengambil anak itu saat Hendra sibuk bekerja. “Dia kerja sampai ke luar kota, dan lo kayak pelacur datengin dia ke sana. Hasilnya tetap nol!”Lilis meringis menahan wajahnya dengan kedua pipi, sebelum Steve melayangkan tamparan lagi di pipinya. “Tapi nggak bisa begitu, Steve, kita harus sedikit lebih sabar,” terang Lilis untu
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

194. Tak Bisa Menahan Rindu.

Di rumah besar itu, Hendra juga lelah dengan keadaan rumah tangganya. Akan seperti apa pernikahan ini ke depan nanti? Bukankah Juwita sendiri berkata, ingin mereka tetap bersama bahkan setelah kontrak pernikahannya selesai? Hendra sudah tak sabar hanya diam menunggu Juwita keluar dari kamarnya. Hingga satu malam, dia mendapatkan ide untuk memperjelas akan ke mana tujuan rumah tangga itu.Dengan bantuan alat bor yang sengaja dia beli saat akan kembali ke rumah, Hendra tidak segan-segan membuka paksa pintu kamar Juwita.Juwita yang sedang mandi sangat terkejut mendengar suara bising, dia berlari mencari di mana arah suara mesin yang sangat mengganggu.Wanita itu berdiri di pintu kamar mandi dengan sebuah kimono yang terlilit di tubuhnya. Mata mereka bertemu, sekujur tubuh membeku, mulut tidak mampu berbicara untuk beberapa saat. Hanya sorot mata mereka yang terlihat begitu menunjukkan kerinduan dari keduanya.Wangi harum dari sabun mandinya masih menempel di tubuh Juwita, menyeruak masu
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

195. Juwita Kembali Hidup

Setelah peperangan batin yang cukup panjang, Juwi memutuskan akan menemui Hendra. Segalanya harus dibicarakan sejak awal agar ke depan nanti tak ada penyesalan dan tuntutan salah satu dari mereka. Jika Hendra masih ingin melanjutkan pernikahan mereka, Hendra harus berjanji mengubur dalam-dalam kenangan pahit itu dan tidak boleh membahasnya di masa depan. Dan jika Hendra tidak mampu berjanji, Juwi pun harus siap mengambil risiko bercerai sejak sekarang.Namun, sebelum menemui Hendra, Juwita lebih dulu memilah pakaian terbaik yang akan dia kenakan. Memoles wajahnya dengan riasan tipis natural, riasan yang sangat disukai oleh Hendra. Dia ingin tampil cantik di depan suaminya, seperti seorang remaja yang baru saja merasakan bibit-bibit cinta.Setelah segalanya dirasa cukup, Juwita pun memberanikan diri keluar dari dalam kamarnya. Pintu yang sudah rusak itu sempat membuatnya tersenyum, membayangkan bagaimana bisa suaminya berpikiran merusak pintu kamar karena tak bisa menahan rindu.“Ibu!”
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

196. Kejutan Untuk Suami.

“Bapak sama Alan di mana, Bi, Ratih? Kalian malah menunduk begitu, ada apa, sih?” tanya Juwita sekali lagi, ada kejanggalan dari sikap para pekerjanya.Masih dengan wajah gugup, Ratih dan yang lainnya membalas tatapan Juwita. Mereka ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan dari nyonya rumah.“Bapak... bapak sudah keluar pagi-pagi sekali, Bu,” sahut Bi Asih akhirnya, meski dengan berat hati dia katakan.Pagi-pagi sekali sudah keluar? Juwita mengerut kening. Memangnya ke mana Hendra pagi-pagi sekali?“Sudah beberapa minggu ini bapak bulak balik ke Bandung, mengurus cabang restoran baru yang akan segera dibuka.” Bi Inah melanjutkan ucapan Bi Asih, dan kembali disambung oleh Ratih.“Bapak biasanya pergi sendiri. Tapi pagi tadi bapak bilang ingin bawa Mas Alan. Katanya biar Mas Alan nggak bosen hanya di rumah.”Seketika Juwi merasa kecewa di dasar hatinya. Setelah mengumpulkan keberanian keluar dari dalam kamar persembunyian itu, dia tidak juga bisa bertemu dengan Hendra dan Alan. Sudah berdand
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

197. Kamu Merindukan Mama, Sayang?

Peresmian restoran baru itu begitu meriah dengan dihadiri banyak orang. Hendra dengan seorang pria bertubuh besar berdiri di depan pita merah, dengan sebuah gunting besar di tangan mereka. Keduanya tersenyum bangga oleh tepukan meriah di sekelilingnya.Hendra melirik ke arah lain, berharap jika saja Juwita tiba-tiba muncul dari sana. Senyum manis yang selalu menjadi penyejuk hatinya seakan bisa Hendra lihat Juwi sunggingkan hanya untuknya. Akan tetapi, hanya di dalam kepalanya lah senyuman itu hadir, sebab Juwita tidak ada di tengah keramaian.Menatap Alan di tempatnya berdiri, kemudian Hendra tersenyum. Meski anak itu belum mengerti apa yang sedang terjadi di sini, setidaknya kehadiran Alan cukup untuk menghibur hati Hendra.Tepukan semakin meriah bersama dengan ucapan selamat dari para yang hadir di sana, kala pita merah itu akhirnya berhasil digunting. Hendra menyalami semua orang yang mengucapkan selamat atas peresmian restorannya. Berikutnya, dia duduk di salah satu meja bersama
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

198. Pa, Siapa Dia?

Senyum wanita itu begitu bersinar menyaingi mentari di luar sana. Tapi seperti apa pun dia berusaha membuat senyuman itu terlihat lebih indah, Hendra tidak bisa menikmatinya. Pertanyaan yang barusan terlontar dari mulutnya, untuk Alan, sangat mengganggu pikiran Hendra.“Pa,” panggil Alan, merapatkan diri pada Hendra. “Dia siapa?” ucapnya memeluk lengan papanya erat. Terlihat jelas ketakutan di wajah anak lugu itu.Hendra tersadar dari keterpakuannya dan segera dia memeluk Alan. Dadanya bergemuruh membalas tatapan wanita yang tak lain adalah Lilis, ibu kandung yang melahirkan Alan.Berani sekali dia memanggil Alan seperti itu?“Mad!” panggil Hendra.Orang yang belakangan ini selalu berada di dekatnya itu pun bergegas mendekati Hendra.“Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?”“Tolong bawa putraku.” Hendra hendak menurunkan Alan dari kursinya, tapi Lilis segera menghentikan niat lelaki itu.“Tidak boleh. Aku ingin bersama dengan Alan,” cegahnya.Rahang Hendra mengetat, marah tentu saja. Ap
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

199. Butuh Kasih Sayang

Hendra memegangi kepalanya yang seketika terasa sakit. Permintaan Lilis sangat berat baginya, tidak mungkin dia biarkan Lilis berada di sisi Alan. Jika Juwita sampai tahu Hendra bertemu dengan perempuan ini, bisa saja Juwita menjadi marah. Apalagi sudah melibatkan Alan, mungkin Juwi akan berpikir Hendra berniat memperbaiki hubungan dengan Lilis.Sementara untuk saat ini dia merasa seperti dunianya sudah sangat jauh terbalik dibandingkan hidupnya yang dulu. Semua karena Juwita. Jika tak ada Juwita yang menyelamatkan hidupnya dari keterpurukan, Hendra pasti masih menjadi seorang pria miskin sekarang. Suami yang sama sekali tidak dianggap, suami yang selalu disebut tidak berguna dan direndahkan. Suami yang tak ada harga dirinya di depan wanita bernama Lilis. Bukankah sudah seharusnya Hendra sangat berterima kasih pada Juwita?Hal itu pula salah satu penguat hati Hendra untuk bertahan menunggu Juwita membuka diri kembali. Dia tidak akan menyia-nyiakan semua budi baik Juwi, dan juga cinta
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

200. Ini Bukan Mimpi

“Huft!”Juwita menutup pintu mobilnya kasar. Setelah melewati kemacetan yang sangat padat, akhirnya dia sampai di tempat tujuan. Juwi menatap bangunan lantai dua yang ada di depannya, restoran milik suaminya yang baru dibuka. Meski sangat lelah menyetir selama berjam-jam, akhirnya dia tiba di sini. Rasa lelah itu seakan berkurang berganti dengan senyum bahagia, akhirnya sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang yang dicintainya.“Dandanan aku nggak berantakan, kan?” Juwi segera menunduk di depan kaca spion mobilnya, melihat riasan wajah di sana. Untunglah dandanannya masih terlihat rapi dan cantik, tidak terbayangkan jika itu menjadi berantakan saat bertemu dengan Hendra.“Ya ampun, kenapa jadi grogi begini?” lagi dan lagi dia bergumam sendiri merasakan debaran jantung yang bertalu-talu di dalam sana. Bertemu Hendra setelah lama berdiam diri di kamar, ternyata bisa membuat seorang wanita berdebar tak karuan. Sudah seperti seorang yang baru merasakan jatuh cinta saja.“Tarik napas,
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status